Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, seperti dikatakan dirinya, memang ngaku sembarangan kayak koboi, tapi justru hatinya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena implikasi fiskal yang besar. Ia masih ingat ketika ada usulan untuk menurunkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Indonesia dari 11% menjadi 9% atau 8%. Ketika itu, ia lebih suka mengomong dan berbicara tentang penurunan tersebut.
Tapi kini, sebagai Menteri Keuangan yang berwajib mengelola keuangan negara, ia harus mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan. Menurutnya, setiap 1 persen turunnya PPN, ia akan kehilangan pendapatan sebesar Rp70 triliun. Itulah yang membuatnya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Oleh karena itu, Purbaya lebih fokus pada kemampuan riil penerimaan negara. Ia ingin memperbaiki sistem pengumpulan pajak dan cukai untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kemampuan negara menerima pendapatan dari sumber-sumber tersebut.
Ia berjanji akan melakukan perbaikan ini mulai sekarang hingga dua triwulan ke depan. Dengan demikian, ia bisa mengukur sebenarnya potensi pendapatan negaranya dan kemudian menentukan apakah penurunan PPN 8% itu benar-benar mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tapi kini, sebagai Menteri Keuangan yang berwajib mengelola keuangan negara, ia harus mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan. Menurutnya, setiap 1 persen turunnya PPN, ia akan kehilangan pendapatan sebesar Rp70 triliun. Itulah yang membuatnya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Oleh karena itu, Purbaya lebih fokus pada kemampuan riil penerimaan negara. Ia ingin memperbaiki sistem pengumpulan pajak dan cukai untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kemampuan negara menerima pendapatan dari sumber-sumber tersebut.
Ia berjanji akan melakukan perbaikan ini mulai sekarang hingga dua triwulan ke depan. Dengan demikian, ia bisa mengukur sebenarnya potensi pendapatan negaranya dan kemudian menentukan apakah penurunan PPN 8% itu benar-benar mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.