Menjelajah Singapura, rumah hantu itu sebenarnya tak berbeda dari setiap rumah lainnya di Indonesia. Akan tetapi, di sini ada sesuatu yang membuat hati berdegup dan tidak bisa menunggu untuk berangkat kembali ke Jakarta.
Di antara lima wahana khusus Halloween Horror Nights 13 Universal Studios Singapore terdapat "The Unruly Immortals". Kisah ini mengisahkan perkenalan manusia dengan makhluk dari alam lain, rumah sakit jiwa, dan halusinasi. Tapi, di sini ada sesuatu yang membuat para penonton berteriak ketika melihat mereka berjejer di depan lorong yang akan kami lalui.
Saya masih bisa mengingat dinginnya lorong itu. Lampu strobo menyala sebentar-padam sebentar. Ia seperti sengaja menyembunyikan sesuatu di antara jeda gelapnya. Dari kejauhan terdengar deru gergaji mesin, bercampur dengan jeritan samar. Berjalan dua langkah, sudah ada "zombie" tergeletak dan berusaha untuk kayang, sembari berteriak-teriak.
Kami berusaha menguatkan satu sama lain sembari membaca ayat suci yang kami ingat sebisanya di tengah kepanikan. Baru berjalan beberapa meter dari zombie kaya, bertemulah kami dengan sosok yang bikin dengkul lemas. Seorang nenek penjaja kudapan berwajah pucat, dengan rambut berantakan berjalan perlahan, lengkap pakai ketawa yang menggiriskan hati.
Lalu tiba-tiba dia menerkam! Kamu bisa melihat wajahnya yang hanya berjarak satu jengkal dari wajahmu, serta pelototan mata yang seolah menembus jantung.
Seorang teman yang memegang tasku, ngomong sembari setengah teriak. "Aku keluar aja, ya?!"
Kami berusaha menguatkannya. Kami sebenarnya begitu bangga melihat kawan ini, yang sejak awal jujur: dia penakut dan tak bisa tahan dengan horor dan hantu. Tapi toh dia berani melawan ketakutan dan masuk bersama ke rumah hantu yang diilhami kisah kawasan paling menyeramkan di Singapura ini.
Setelah itu, kami melewatkan lima menit terpanjang dalam hidup. Kakek tua berambut putih dengan kuku panjang. Pria berkutang yang telungkup di kasur lalu tiba-tiba bangun dan meraung. Penjaga lorong yang mati mengenaskan dan bangkit menuntut dendam dengan tiba-tiba keluar dan membuatmu melolong.
Ada juga yang klasik di kisah horor Asia Tenggara: pocong. Saya berteriak ketika melihat mereka berjejer di depan lorong yang akan kami lalui.
Tahu gak apa yang kamu sadari di rumah hantu? Bahwa ketakutan itu menular. Ketika orang di depanmu berlari panik, secara otomatis kamu mengikutinya. Kamu mendadak jadi ketakutan juga.
Dan ketika kami melihat cahaya di luar sana, ada rasa lega yang sukar tergambarkan. Kamu merasa seperti karakter dalam film-film Blumhouse yang berhasil bertahan hidup dan bisa memandang matahari sekali lagi.
Di antara lima wahana khusus Halloween Horror Nights 13 Universal Studios Singapore terdapat "The Unruly Immortals". Kisah ini mengisahkan perkenalan manusia dengan makhluk dari alam lain, rumah sakit jiwa, dan halusinasi. Tapi, di sini ada sesuatu yang membuat para penonton berteriak ketika melihat mereka berjejer di depan lorong yang akan kami lalui.
Saya masih bisa mengingat dinginnya lorong itu. Lampu strobo menyala sebentar-padam sebentar. Ia seperti sengaja menyembunyikan sesuatu di antara jeda gelapnya. Dari kejauhan terdengar deru gergaji mesin, bercampur dengan jeritan samar. Berjalan dua langkah, sudah ada "zombie" tergeletak dan berusaha untuk kayang, sembari berteriak-teriak.
Kami berusaha menguatkan satu sama lain sembari membaca ayat suci yang kami ingat sebisanya di tengah kepanikan. Baru berjalan beberapa meter dari zombie kaya, bertemulah kami dengan sosok yang bikin dengkul lemas. Seorang nenek penjaja kudapan berwajah pucat, dengan rambut berantakan berjalan perlahan, lengkap pakai ketawa yang menggiriskan hati.
Lalu tiba-tiba dia menerkam! Kamu bisa melihat wajahnya yang hanya berjarak satu jengkal dari wajahmu, serta pelototan mata yang seolah menembus jantung.
Seorang teman yang memegang tasku, ngomong sembari setengah teriak. "Aku keluar aja, ya?!"
Kami berusaha menguatkannya. Kami sebenarnya begitu bangga melihat kawan ini, yang sejak awal jujur: dia penakut dan tak bisa tahan dengan horor dan hantu. Tapi toh dia berani melawan ketakutan dan masuk bersama ke rumah hantu yang diilhami kisah kawasan paling menyeramkan di Singapura ini.
Setelah itu, kami melewatkan lima menit terpanjang dalam hidup. Kakek tua berambut putih dengan kuku panjang. Pria berkutang yang telungkup di kasur lalu tiba-tiba bangun dan meraung. Penjaga lorong yang mati mengenaskan dan bangkit menuntut dendam dengan tiba-tiba keluar dan membuatmu melolong.
Ada juga yang klasik di kisah horor Asia Tenggara: pocong. Saya berteriak ketika melihat mereka berjejer di depan lorong yang akan kami lalui.
Tahu gak apa yang kamu sadari di rumah hantu? Bahwa ketakutan itu menular. Ketika orang di depanmu berlari panik, secara otomatis kamu mengikutinya. Kamu mendadak jadi ketakutan juga.
Dan ketika kami melihat cahaya di luar sana, ada rasa lega yang sukar tergambarkan. Kamu merasa seperti karakter dalam film-film Blumhouse yang berhasil bertahan hidup dan bisa memandang matahari sekali lagi.