Pasta, makanan khas Italia yang telah menjadi simbol kuliner global. Setiap tanggal 25 Oktober, warga dunia merayakan World Pasta Day sebagai bentuk penghargaan atas popularitas pasta di berbagai belahan dunia. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Italia memiliki peran terbesar dalam menjadikan pasta menjadi hidangan yang paling digemari.
Asal usul pasta sebenarnya masih penuh perdebatan. Salah satu teori menyebutkan bahwa penjelajah Marco Polo membawa pasta ke Italia pada abad ke-13, tetapi teori ini telah lama dibantah para sejarawan karena bukti menunjukkan pasta sudah ada di Italia jauh sebelum masa Marco Polo. Beberapa teori juga menyebutkan bahwa bangsa Etruscan memiliki kontribusi pada pengembangan pasta.
Namun, teori yang lebih banyak diterima adalah bahwa pedagang Arab memperkenalkan pasta kering berbahan gandum durum ke Sisilia pada abad ke-8 hingga ke-9. Gandum jenis tersebut yang kemudian menjadi bahan utama dalam pembuatan pasta Italia hingga kini.
Jejak sejarah juga menunjukkan bahwa pasta sudah populer di Italia sejak abad pertengahan. Dalam karya sastra The Decameron (abad ke-14) karya Giovanni Boccaccio, digambarkan para juru masak tengah menyiapkan gunungan ravioli dan makaroni, menandakan pasta sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Italia saat itu.
Seiring waktu, pasta menembus semua lapisan sosial. Bagi kalangan bawah, pasta menjadi makanan murah dan mengenyangkan, sementara kaum bangsawan menambahkannya dengan bahan mewah seperti daging babi, jeroan sapi, hingga rempah-rempah seperti kayu manis dan kismis. Tradisi kuliner dengan cita rasa Timur Tengah ini masih bisa ditemukan pada beberapa hidangan khas Sisilia.
Pada abad ke-17, pasta mencapai puncak popularitasnya di Napoli, hingga masyarakat setempat dijuluki “pemakan makaroni.” Saat itu, proses pembuatan pasta masih sangat melelahan. Kata macaroni sendiri berasal dari istilah Sisilia yang berarti “adonan yang diuleni dengan tenaga besar.”
Perpaduan ikonik antara pasta dan tomat baru terjadi beberapa abad kemudian. Meski tomat masuk ke Eropa pada abad ke-16, butuh waktu lama hingga bahan ini diterima di dapur Italia. Baru pada akhir abad ke-18, koki Francesco Leonardi mencatat penggunaan saus tomat untuk pasta dalam bukunya, menandai awal persahabatan abadi antara keduanya.
Selama masa Renaisans, pasta berkembang menjadi hidangan penuh seni. Para koki Italia mulai berinovasi dengan berbagai bentuk, saus, dan teknik memasak baru. Setiap daerah pun menciptakan ciri khasnya, Napoli dengan spaghetti, sementara Bologna terkenal dengan tortellini isi daging dan keju.
Seiring gelombang migrasi besar-besaran, pasta ikut menyebar ke seluruh dunia. Di berbagai negara, resep pasta diadaptasi dengan bahan lokal, menciptakan variasi baru yang memperkaya tradisi kuliner global. Kini, Italia dikenal memiliki lebih dari 300 jenis pasta dengan kebanggaan tinggi terhadap teknik pembuatannya.
Dalam perjalanan sejarahnya, pasta telah menjadi bagian dari budaya dan makanan Indonesia. Mungkin, pada suatu hari nanti kita akan mengetahui siapa-siapa yang pertama kali membawa pasta ke Indonesia, atau bagaimana cara pasta mulai dikenal di dunia barat.
Asal usul pasta sebenarnya masih penuh perdebatan. Salah satu teori menyebutkan bahwa penjelajah Marco Polo membawa pasta ke Italia pada abad ke-13, tetapi teori ini telah lama dibantah para sejarawan karena bukti menunjukkan pasta sudah ada di Italia jauh sebelum masa Marco Polo. Beberapa teori juga menyebutkan bahwa bangsa Etruscan memiliki kontribusi pada pengembangan pasta.
Namun, teori yang lebih banyak diterima adalah bahwa pedagang Arab memperkenalkan pasta kering berbahan gandum durum ke Sisilia pada abad ke-8 hingga ke-9. Gandum jenis tersebut yang kemudian menjadi bahan utama dalam pembuatan pasta Italia hingga kini.
Jejak sejarah juga menunjukkan bahwa pasta sudah populer di Italia sejak abad pertengahan. Dalam karya sastra The Decameron (abad ke-14) karya Giovanni Boccaccio, digambarkan para juru masak tengah menyiapkan gunungan ravioli dan makaroni, menandakan pasta sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Italia saat itu.
Seiring waktu, pasta menembus semua lapisan sosial. Bagi kalangan bawah, pasta menjadi makanan murah dan mengenyangkan, sementara kaum bangsawan menambahkannya dengan bahan mewah seperti daging babi, jeroan sapi, hingga rempah-rempah seperti kayu manis dan kismis. Tradisi kuliner dengan cita rasa Timur Tengah ini masih bisa ditemukan pada beberapa hidangan khas Sisilia.
Pada abad ke-17, pasta mencapai puncak popularitasnya di Napoli, hingga masyarakat setempat dijuluki “pemakan makaroni.” Saat itu, proses pembuatan pasta masih sangat melelahan. Kata macaroni sendiri berasal dari istilah Sisilia yang berarti “adonan yang diuleni dengan tenaga besar.”
Perpaduan ikonik antara pasta dan tomat baru terjadi beberapa abad kemudian. Meski tomat masuk ke Eropa pada abad ke-16, butuh waktu lama hingga bahan ini diterima di dapur Italia. Baru pada akhir abad ke-18, koki Francesco Leonardi mencatat penggunaan saus tomat untuk pasta dalam bukunya, menandai awal persahabatan abadi antara keduanya.
Selama masa Renaisans, pasta berkembang menjadi hidangan penuh seni. Para koki Italia mulai berinovasi dengan berbagai bentuk, saus, dan teknik memasak baru. Setiap daerah pun menciptakan ciri khasnya, Napoli dengan spaghetti, sementara Bologna terkenal dengan tortellini isi daging dan keju.
Seiring gelombang migrasi besar-besaran, pasta ikut menyebar ke seluruh dunia. Di berbagai negara, resep pasta diadaptasi dengan bahan lokal, menciptakan variasi baru yang memperkaya tradisi kuliner global. Kini, Italia dikenal memiliki lebih dari 300 jenis pasta dengan kebanggaan tinggi terhadap teknik pembuatannya.
Dalam perjalanan sejarahnya, pasta telah menjadi bagian dari budaya dan makanan Indonesia. Mungkin, pada suatu hari nanti kita akan mengetahui siapa-siapa yang pertama kali membawa pasta ke Indonesia, atau bagaimana cara pasta mulai dikenal di dunia barat.