Rafflesia hasseltii, atau yang lebih dikenal sebagai Bunga Langka, akhirnya menemukan tempat di hati kita. Ahli biologi dari Universitas Oxford, Chris Thorogood, bersama aktivis lokal Septian Andriki dan Iswandi dari LHPN Sumpur Kudus berhasil menemukan spesies tumbuhan langka ini dalam hutan Sumatra.
Mereka menghabiskan perjalanan siang dan malam untuk mencapai lokasi yang hanya dapat diakses dengan izin khusus, dan akhirnya mereka menemukan Rafflesia hasseltii mekar sempurna pada malam hari.
Hal ini membuat Chris Thorogood merasa sangat senang dan mengalami pengalaman yang tidak terlupakan dalam hidupnya.
Rafflesia hasseltii memiliki ciri khas kelopak merah tua dengan bercak putih, dan merupakan salah satu bunga langka yang dilindungi di Indonesia.
Tumbuhan ini memiliki sistem pembuluh untuk mengangkut air dan nutrisi, meskipun sebagai holoparasit, ia bergantung pada tanaman inang untuk memperoleh makanan.
Bunga ini pertama kali dideskripsikan oleh botanis Willem Frederik Reinier Suringar pada 1879.
Dikutip dari laman Community for the Conservation and Research of Rafflesia (CCRR), Rafflesia adalah genus tumbuhan yang menghasilkan bunga terbesar di dunia.
Namun, sebagian besar spesies Rafflesia berada dalam risiko kepunahan, dengan hanya 60% spesies yang masih hidup.
Habitat bunga ini bukan di kawasan konservasi, melainkan di hutan yang dikelola oleh Nagari (desa).
Hal ini menjadi catatan penting bagi upaya konservasi ke depan, dan perlu dilakukan tindakan untuk melindungi Rafflesia dari gangguan manusia, deforestasi, atau kerusakan lingkungan.
Mereka menghabiskan perjalanan siang dan malam untuk mencapai lokasi yang hanya dapat diakses dengan izin khusus, dan akhirnya mereka menemukan Rafflesia hasseltii mekar sempurna pada malam hari.
Hal ini membuat Chris Thorogood merasa sangat senang dan mengalami pengalaman yang tidak terlupakan dalam hidupnya.
Rafflesia hasseltii memiliki ciri khas kelopak merah tua dengan bercak putih, dan merupakan salah satu bunga langka yang dilindungi di Indonesia.
Tumbuhan ini memiliki sistem pembuluh untuk mengangkut air dan nutrisi, meskipun sebagai holoparasit, ia bergantung pada tanaman inang untuk memperoleh makanan.
Bunga ini pertama kali dideskripsikan oleh botanis Willem Frederik Reinier Suringar pada 1879.
Dikutip dari laman Community for the Conservation and Research of Rafflesia (CCRR), Rafflesia adalah genus tumbuhan yang menghasilkan bunga terbesar di dunia.
Namun, sebagian besar spesies Rafflesia berada dalam risiko kepunahan, dengan hanya 60% spesies yang masih hidup.
Habitat bunga ini bukan di kawasan konservasi, melainkan di hutan yang dikelola oleh Nagari (desa).
Hal ini menjadi catatan penting bagi upaya konservasi ke depan, dan perlu dilakukan tindakan untuk melindungi Rafflesia dari gangguan manusia, deforestasi, atau kerusakan lingkungan.