Menurut saya, ada sebuah kisah inspiratif dari Kabupaten Garut, Jawa Barat yang bisa menjadi contoh bagaimana masyarakat dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam menciptakan keluarga berkualitas. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala (BKKBN) Wihaji saat kunjungan kerja ke Kabupaten Garut tersebut meninjau langsung sejumlah program keluarga berkualitas, termasuk Tamasya An Nisa.
Tamasya An Nisa adalah sebuah taman asuh yang dikelola masyarakat dengan infak hanya Rp500 setiap anak per hari. Menteri Wihaji menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif warga yang mampu menghadirkan tempat penitipan dan pembelajaran anak-anak dengan cara gotong royong.
"Infaknya cuma 500 perak per anak per hari, tapi anak-anak tetap bisa belajar, bermain, dan diasuh dengan penuh kasih," ujarnya dalam keterangan tertulis. Menurut saya ini adalah contoh yang luar biasa bagaimana semangat masyarakat dapat bersinergi dengan program pemerintah dalam membangun keluarga berkualitas.
Selain itu, Tamasya An Nisa juga menjadi bukti nyata integrasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dunia usaha, dan lembaga lain seperti Pertamina, PLN, dan BNI. Anak-anak petani dan pekerja tetap mendapatkan pola asuh yang baik walau orang tuanya bekerja.
Saya juga ingin menekankan pentingnya fokus utama pemerintah saat ini yaitu memperkuat ketahanan keluarga. Menteri Wihaji juga menegaskan bahwa dari keluarga yang kuat, kita akan lahirkan generasi emas Indonesia.
Jika kita melihat kembali awal berdirinya Tamasya An Nisa, bermula muncul dari kebutuhan para ibu yang sehari-hari bekerja di ladang. Awalnya banyak ibu-ibu bingung, kalau ke sawah anaknya dibawa malah main di lumpur. Akhirnya anak-anak dititipin ke Bu Juju. Karena makin banyak yang nitip, dibentuklah tempat penitipan anak.
Menurut saya, ini adalah contoh inspiratif bagaimana masyarakat dapat bekerja sama dalam menciptakan keluarga berkualitas.
Tamasya An Nisa adalah sebuah taman asuh yang dikelola masyarakat dengan infak hanya Rp500 setiap anak per hari. Menteri Wihaji menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif warga yang mampu menghadirkan tempat penitipan dan pembelajaran anak-anak dengan cara gotong royong.
"Infaknya cuma 500 perak per anak per hari, tapi anak-anak tetap bisa belajar, bermain, dan diasuh dengan penuh kasih," ujarnya dalam keterangan tertulis. Menurut saya ini adalah contoh yang luar biasa bagaimana semangat masyarakat dapat bersinergi dengan program pemerintah dalam membangun keluarga berkualitas.
Selain itu, Tamasya An Nisa juga menjadi bukti nyata integrasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dunia usaha, dan lembaga lain seperti Pertamina, PLN, dan BNI. Anak-anak petani dan pekerja tetap mendapatkan pola asuh yang baik walau orang tuanya bekerja.
Saya juga ingin menekankan pentingnya fokus utama pemerintah saat ini yaitu memperkuat ketahanan keluarga. Menteri Wihaji juga menegaskan bahwa dari keluarga yang kuat, kita akan lahirkan generasi emas Indonesia.
Jika kita melihat kembali awal berdirinya Tamasya An Nisa, bermula muncul dari kebutuhan para ibu yang sehari-hari bekerja di ladang. Awalnya banyak ibu-ibu bingung, kalau ke sawah anaknya dibawa malah main di lumpur. Akhirnya anak-anak dititipin ke Bu Juju. Karena makin banyak yang nitip, dibentuklah tempat penitipan anak.
Menurut saya, ini adalah contoh inspiratif bagaimana masyarakat dapat bekerja sama dalam menciptakan keluarga berkualitas.