Menakar Wacana Kebijakan Bansos Hanya untuk Difabel & Lansia

Wacana menteri Muhaimin untuk membataskan bantuan sosial hanya bagi lansia dan difabel dianggap tidak adil. Menurut mereka, ini adalah kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah kemiskinan karena dapat memberikan insentif kepada kelompok masyarakat yang memiliki potensi produktif.
 
Makasih, tapi aku pikir bukan cuma tentang efektivitas aja, tapi juga tentang siapa yang dipilih bareng-bareng? Lansi dan difabel itu sudah begitu terjangkau, apa kebutuhan mereka sama dengan kebutuhan yang lain? Aku rasa ini salah paham, kalau mau membantu kemiskinan, giliran kelompok masyarakat lain juga harus dibantu ya! Kalau hanya lansi dan difabel aja, aku rasa ada sesuatu yang tidak beres. Aku butuh lihat data bagaimana efektivitas kebijakan ini, apa benar-benar membantu kemiskinan? Tapi aku ragu-ragu, kalau cuma tentang efektivitas saja, aku rasa bisa dipercaya lebih dulu.
 
aku rasa itu kaya konsep 'me first' gak? kenapa hanya lansia dan difabel aja? aku pikir itu kejahatan sosial yang besar banget! apa dengan keluarga mikir mereka gak perlu bantuan? makanya aku pikir ini adalah contoh di mana elite kaya bikin konflik sengit, padahal yang benar bukan tentang partai politik tapi buatan manusia yang bersalah sama-sama.
 
Gue pikir kalau buat membataskan bantuan sosial hanya bagi lansia dan difabel itu tidak adil, kan? Gue rasa semua orang punya hak untuk mendapatkan bantuan jika membutuhkannya πŸ€·β€β™‚οΈ. Jika ingin efektif mengatasi kemiskinan, gue pikir lebih baik buat memberikan insentif kepada masyarakat yang memiliki potensi produktif, tapi tidak berarti tinggalkan mereka yang membutuhkan πŸ™…β€β™‚οΈ. Apalagi kalau kita ada sumber daya yang banyak, seperti itu kalau kita memiliki pendapatan yang tinggi di Indonesia, gue rasa ada kepentingan untuk membantu semua orang yang membutuhkannya 🀝. Jadi, gue rasa menteri Muhaimin bisa buat mencari solusi yang lebih adil dan merata, ya? πŸ™
 
Mengenai kebijakan tersebut itu, aku rasanya kayaknya kita harus lihat dari perspektif lain ya... Kita serasa mau bilang bahwa hanya lansia dan difabel saja yang layak mendapatkan bantuan sosial? Itu bikin aku pikir, apa salah dengan orang lain? Aku rasa kita harus mempertimbangkan juga potensi unggulan masing-masing kelompok, bukan hanya fokus pada kemiskinan.

Aku ingat kisah tentang orang tua yang kerja keras tapi tetap saja kekurangan uang karena anak-anaknya sudah dewasa dan tidak mau pulang ke rumah. Atau kisah tentang orang dengan disabilitas yang masih bisa bekerja dan memberikan kontribusi pada masyarakat, tapi tidak mendapatkan perhatian yang cukup.

Mungkin kita harus mencari solusi yang lebih adil dan mempertimbangkan semua lapisan masyarakat, bukan hanya fokus pada kelompok tertentu. Kita harus ingat, kebaikan itu di mana-mana, tidak ada batas untuk siapa-siapa. 😊
 
Aku paham ide Muhaimin buat membataskan bantuan sosial, tapi aku rasanya kurang adil banget. Siapa yang bilang lansia dan difabel tidak memiliki potensi produktif? Aku sendiri punya teman aja yang sudah umur 60an tapi masih bisa bekerja dengan baik. Dan siapa bilang difabel tidak bisa berkontribusi pada masyarakat? Mereka juga punya diri, aku tidak ngerti kenapa mereka harus dipisahkan. Aku lebih percaya bahwa bantuan sosial harus diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya, tanpa memandang umur atau keterbatasan fisik. Kebijakan seperti ini bisa jadi memberi insentif pada kelompok yang lebih kuat, tapi bagaimana kalau mereka tidak mau menerima bantuan? Aku pikir itu akan semakin sulit bagi orang-orang yang membutuhkannya.
 
ini gak jelas apa yang ingin dibicarakan sih... kalau mau membantu lansia dan difabel itu kayaknya harus di ambil contoh dari warga lain juga, nggak bisa cuma hanya kelompok itu aja... tapi aku ngga paham kenapa bantuan sosial harus ditekan karena kalau kita tekan ini juga ada yang jatuh ke dalam kemiskinan. dan kalau ingin memberikan insentif maka harus dari sumber lain bukan, misalnya bantuan untuk pendidikan atau kerja sama bisnis. tapi menteri sih kayaknya salah faham tentang hal ini...
 
Gue rasa ini banget sekali! Menteri Muhaimin gak perlu membataskan bantuan sosial hanya bagi lansia dan difabel, apa lagi kalau ada orang lain yang juga butuh? Gue pikir ini adalah cara gak adil untuk mengatasi masalah kemiskinan. Bagaimana kalau beberapa orang tua yang lembur jadi ketergantungan pada bantuan sosial? Sama-sama kan?

Gue rasa ada solusi lain, seperti membentuk program yang lebih luas untuk membantu mereka yang memiliki potensi produktif. Seperti memberikan pelatihan dan pendidikan untuk orang-orang yang ingin bekerja atau memulai usaha sendiri. Dengan demikian, kita bisa mengurangi kemiskinan secara keseluruhan, bukan hanya fokus pada kelompok tertentu. πŸ€”πŸ’‘
 
"Kalau mau jujur, aja nanti kalian ngeluhin banyak deh πŸ€¦β€β™‚οΈ. Akan tetapi, apa salahnya memberi bantuan sosial untuk semua orang tua dan orang yang membutuhkan? Karena kalau tidak, masing-masing orang akan sendiri sendiri aja 😐."
 
Gak sabar aja banget nih kalau bantuan sosial itu dipprioritaskan hanya bagi lansia dan difabel. Aku rasa ada yang salah dengar, apakah kita harus membiarkan orang lain yang lebih butuh sibuk mencari pekerjaan? Kalau gini, aku pikir ini bukan solusi yang efektif sama sekali! Mana kalau orang tua muda yang ingin kuliah tapi tidak bisa karena gak punya uang? Ataupun orang dengan kebutuhan khusus yang harus bekerja karena keluarga mereka gak bisa dirawat. Ini seperti memberikan insentif kepada orang-orang yang sudah sukses, sementara orang lain yang masih berjuang untuk bertahan hidup di belakang!
 
gak bisa dipercaya lagi sih... wacana itu bukan tentang bantuan sosial tapi tentang cara dihitung kemiskinan... kenapa mereka punya ide seperti itu? siapa bilang bahwa lansia dan difabel nggak memiliki potensi produktif? apa mereka bilang yang orang tua muda dan berkinerja nggak bisa membantu negara? ini kalau bukan aja cara untuk menutup mata dari masalah kemiskinan yang serius di Indonesia... aku pikir itu lebih baik jika bantuan sosial diberikan kepada semua keluarga yang membutuhkan, tidak peduli usia atau kondisi tubuhnya... apa yang penting adalah ada nafkah dan makanan di meja mereka...
 
Gue rasa bukan cuma lansia dan difabel yang membutuhkan bantuan sosial, tapi banyak orang lain yang juga membutuhkannya πŸ˜”. Gue ada teman yang sakit jantung, tapi gak bisa bekerja karena kondisinya 😷, atau temen-temen yang tidak bisa bekerja karena mereka sedang hamil pertama kalinya πŸ€°β€β™€οΈ. Bagaimana mereka bisa diabaikan? πŸ€”. Menteri Muhaimin gak perlu membataskan bantuan sosial hanya bagi lansia dan difabel, tapi gue rasa dia harus cari solusi yang lebih baik untuk mengatasi kemiskinan, misalnya dengan meningkatkan pendapatan orang-orang kerja dan membuat kebijakan yang lebih adil 🀝.
 
Aku pikir ini salah strategi juga sih... kalau kita fokus terus pada wajah lansia dan difabel, tapi apa dengan orang-orang yang kehilangan pekerjaan karena tidak ada kerjaan lagi karena masalah ekonomi? Kita gak bisa sembarangan aja sih. Mau tidak mau, kesusahan sosial ini bukan hanya tentang usia atau kondisi fisik, tapi tentang kemampuan hidup kita semua.
 
Saya paham bahwa wacana Muhaimin itu nggak ada salahnya, tapi kita harus pikir matang dulu... Bantuan sosial adalah hak asasi manusia, apa sih kebijakan itu efektif tapi nggak adil? Kita harus bayangkan siapa yang akan terkena dampak dari kebijakan ini... kelompok masyarakat yang kurang beruntung, yang kesulitan mencari nafkah... nggak ada alasan untuk memisahkan mereka dari bantuan sosial. Semua kita sibuk dengan masalah kemiskinan, tapi kita lupa bahwa kemiskinan itu nggak hanya tentang uang, tapi juga tentang kesempatan dan perlindungan...
 
ini sapaan saya dari komunitas online nih 😊. wajib dibaca kembali oleh pejabat-pejabatnya sih, memang penting buat mengatasi kemiskinan tapi gak usah memperparuh kalangan yang sudah usia panjang dan buta/bosok sih πŸ€•. sapaan ini juga khawatirin kalau kebijakan ini hanya untuk membantu kelompok tertentu saja, gak ada yang nih bantu mereka yang kurang mampu sama-sama aja πŸ‘₯. moga pejabat-pejabatnya bisa mempertimbangkan lagi kayaknya sih πŸ’‘.
 
Saya pikir itu sangat kecewa banget nih! Menteri Muhaimin berasa bahwa aja mereka yang lansia dan difabel itu, tapi nggak perlu diabaikan juga ada yang lain yang butuh bantuan. Saya rasa kalau mau buat lebih efektif maka harus ada solusi yang lebih baik bukan cuma fokus pada 2 kelompok saja. Apalagi kalau kira-kira ada orang-orang muda yang punya niat untuk bekerja tapi nggak bisa karena tidak punya sumber daya yang cukup... itu juga masalahnya! Saya rasa kita harus mencari solusi yang lebih holistik, bukan cuma fokus pada satu kelompok saja. πŸ€”
 
Maksudnya aja kalau kita pakai logikanya, orang tua dan orang berdisabilitas kayaknya membutuhkan bantuan lebih banyak deh. Mereka sudah tidak memiliki energi untuk mencari pekerjaan seperti orang muda. Padahal, lansia dan difabel punya potensi produktif banget! Tapi apa yang terjadi dengan mereka? Bisa dibilang, ada sengitnya dalam sistem yang terus memadatkan kemiskinan di kalangan anak-anak dan remaja. Mereka yang lagi berada di atas usia dewasa ini kayaknya udah tidak punya potensi untuk menjadi 'super producer' seperti yang dibayangkan oleh belia. Dan apa dengan insentif? Insentif itu kayaknya gampang dipindahkan, siapa yang tahu kayaknya masuk ke mana? Kalau bukan itu, bagaimana cara membantu mereka agar bisa berpartisipasi dalam ekonomi yang makin cepat dan semakin kompleks?
 
😐 ngomong gitu kayaknya, apa yang diharapkan dari warga? jangan biarkan bantuan sosial itu sama sama habis aja. kalau mau efektif kayaknya harus ada sasaran yang lebih spesifik, seperti lansia atau difabel itu saja, tapi siapa nanti yang akan ngurus kelompok lain? πŸ€” biasanya ada konsep yang jelas banget kayaknya. sekarang ini gak perlu diulas lagi kan? πŸ˜’
 
😐 itu bayang-bayang besar kan🀯 si Muhaimin punya ide seperti ini? πŸ™„ bantuan sosial bukan hanya untuk lansia dan difabel, tapi juga harus ada yang bisa menolong orang-orang yang kehilangan pekerjaan atau sedang menghadapi masalah keselamatan 🚨. apa sih potensi produktifnya dari orang tua usianya sudah lanjut, atau orang yang disabilitas? πŸ€” kayaknya perlu ada konsultasi lebih lanjut dan penilaian yang lebih objektif πŸ”. saya rasa kebijakan ini terlalu simplis dan tidak mempertimbangkan banyak faktor πŸ‘Ž. 🀝
 
kembali
Top