Krisis Lingkungan di Bali Bercanda: Apa yang Memicu Banjir Bandang yang Menewaskan Nyawa?
Pulau Dewata yang indah ini kembali menjadi sorotan dunia karena bencana banjir bandang mematikan yang terjadi akhir pekan lalu. Meskipun jangan sampai dilupakan, kerusakan lingkungan di Bali bukanlah hal baru. Krisis ini digambarkan sebagai hasil dari tahun-tahun pembangunan berlebih dan pengelolaan sampah yang buruk.
Sekarang, kawasan Bali selatan yang dulunya berfungsi sebagai penahan air alami telah diubah secara masif akibat boom pariwisata. Bangunan-b bangunan besar dan jalan-jalan yang serupa menghilangkan fungsi alami lahan, sehingga tanah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyerap air. Hal ini menyebabkan banjir bandang yang mematikan.
Kepada kesalahan pengelolaan sampah di Bali juga disorot. Pulau tersebut menghasilkan 4.200 ton sampah setiap hari, namun kurang dari setengahnya yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Mereka semua bergumul dengan masalah sampah karena tidak adanya sistem pengelolaan sampah yang baik.
Untuk menghadapi fenomena ini, Gubernur Bali I Wayan Koster berkomitmen penuh untuk melakukan pembenahan. Penegakan hukum bagi mereka yang melanggar aturan konstruksi dan tinjauan bangunan di sepanjang empat sungai besar juga akan dilakukan.
Pulau Dewata yang indah ini kembali menjadi sorotan dunia karena bencana banjir bandang mematikan yang terjadi akhir pekan lalu. Meskipun jangan sampai dilupakan, kerusakan lingkungan di Bali bukanlah hal baru. Krisis ini digambarkan sebagai hasil dari tahun-tahun pembangunan berlebih dan pengelolaan sampah yang buruk.
Sekarang, kawasan Bali selatan yang dulunya berfungsi sebagai penahan air alami telah diubah secara masif akibat boom pariwisata. Bangunan-b bangunan besar dan jalan-jalan yang serupa menghilangkan fungsi alami lahan, sehingga tanah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyerap air. Hal ini menyebabkan banjir bandang yang mematikan.
Kepada kesalahan pengelolaan sampah di Bali juga disorot. Pulau tersebut menghasilkan 4.200 ton sampah setiap hari, namun kurang dari setengahnya yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Mereka semua bergumul dengan masalah sampah karena tidak adanya sistem pengelolaan sampah yang baik.
Untuk menghadapi fenomena ini, Gubernur Bali I Wayan Koster berkomitmen penuh untuk melakukan pembenahan. Penegakan hukum bagi mereka yang melanggar aturan konstruksi dan tinjauan bangunan di sepanjang empat sungai besar juga akan dilakukan.