Banyak banjir di Sumatra yang menyebabkan banyak tumpukan kayu terapung di air. Media asing, seperti The New York Times, mengenakan perhatiannya pada pemandangan kayu gelondongan itu. Mereka berpendapat bahwa keadaan ini jauh lebih serius daripada yang hanya sekedar banjir biasa. Banjir tersebut terjadi di beberapa daerah di Sumatra utara yang dibombardir oleh hujan deras selama tiga hari berturut-turut. Keadaan itu menyebabkan empat desa tergenang dan warga menjadi kesulitan. Di daerah lain, seperti Aceh dan Sumatera barat, banyak rumah dihantam oleh kayu gelondongan yang jatuh dari perkebunan dan pembangunan. Badai tersebut memicu banjir bandang dan tanah longsor yang telah menewaskan ratusan orang.
Keadaan ini diperparah oleh deforestasi yang dilakukan selama puluhan tahun di Sumatra. Banyak hutan alam yang terbangun dalam beberapa dekade terakhir berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, perkebunan kayu pulp, dan tambang emas. Kayu gelondongan dari kegiatan tersebut menjadi alat pendobrak terapung setelah badai menerjang. Keterlibatan media asing ini menunjukkan bahwa penderitaan warga yang hidup di daerah-daerah tersebut memerlukan perhatian dan bantuan dari berbagai segala pihak, termasuk pemerintah dan organisasi-organisasi internasional.
Keadaan ini diperparah oleh deforestasi yang dilakukan selama puluhan tahun di Sumatra. Banyak hutan alam yang terbangun dalam beberapa dekade terakhir berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, perkebunan kayu pulp, dan tambang emas. Kayu gelondongan dari kegiatan tersebut menjadi alat pendobrak terapung setelah badai menerjang. Keterlibatan media asing ini menunjukkan bahwa penderitaan warga yang hidup di daerah-daerah tersebut memerlukan perhatian dan bantuan dari berbagai segala pihak, termasuk pemerintah dan organisasi-organisasi internasional.