"Pro-Israel di Antara Seruan Masyarakat Nasional"
KTT Perdamaian Gaza yang dilakukan di Mesir kemarin menyisakan pertanyaan mengapa mardani Indonesia menandatangani dokumen pro Israel. Menurut sumber dekat dengan Kementerian Luar Negeri, pihak Indonesia memilih untuk tidak menandatangani pernyataan yang disepakati oleh sebagian besar negara lain di dunia, yaitu mendukung pendamaian Gaza.
"Kami memilih untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang sama dengan negara-negara lain karena kami ingin menjaga kesempatan untuk berbicara dan mengekspresikan pendapat kita secara lebih luas", kata salah satu sumber.
Namun, keputusan ini tidak disambut gembira oleh masyarakat Indonesia. Banyak yang merasa terkecewa karena pihak Indonesia terlihat mendukung agama tertentu di sisi luar negeri, meskipun tidak ada pernyataan resmi tentang hal tersebut.
"Mungkin mereka ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang pro-Israel", kata seorang aktivis yang berbasis di Jakarta. "Tapi apa gunanya jika negara ini tidak bisa mengwakili pendapat rakyatnya?"
Pihak Kementerian Luar Negeri meminta maaf atas kekecewaan masyarakat dan menegaskan bahwa keputusan ini bukanlah pernyataan yang melawan negara sendiri, tapi hanya tentang cara untuk menyampaikan pesan dengan lebih efektif.
"Mengapa orang-orang tidak puas dengan pilihan kita? Mungkin karena mereka masih belum memahami konteksnya", kata salah satu pejabat tinggi. "Kita akan terus berusaha untuk menjelaskan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keputusan ini."
KTT Perdamaian Gaza yang dilakukan di Mesir kemarin menyisakan pertanyaan mengapa mardani Indonesia menandatangani dokumen pro Israel. Menurut sumber dekat dengan Kementerian Luar Negeri, pihak Indonesia memilih untuk tidak menandatangani pernyataan yang disepakati oleh sebagian besar negara lain di dunia, yaitu mendukung pendamaian Gaza.
"Kami memilih untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang sama dengan negara-negara lain karena kami ingin menjaga kesempatan untuk berbicara dan mengekspresikan pendapat kita secara lebih luas", kata salah satu sumber.
Namun, keputusan ini tidak disambut gembira oleh masyarakat Indonesia. Banyak yang merasa terkecewa karena pihak Indonesia terlihat mendukung agama tertentu di sisi luar negeri, meskipun tidak ada pernyataan resmi tentang hal tersebut.
"Mungkin mereka ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang pro-Israel", kata seorang aktivis yang berbasis di Jakarta. "Tapi apa gunanya jika negara ini tidak bisa mengwakili pendapat rakyatnya?"
Pihak Kementerian Luar Negeri meminta maaf atas kekecewaan masyarakat dan menegaskan bahwa keputusan ini bukanlah pernyataan yang melawan negara sendiri, tapi hanya tentang cara untuk menyampaikan pesan dengan lebih efektif.
"Mengapa orang-orang tidak puas dengan pilihan kita? Mungkin karena mereka masih belum memahami konteksnya", kata salah satu pejabat tinggi. "Kita akan terus berusaha untuk menjelaskan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keputusan ini."