Pertumbuhan Industri Manufaktur RI, Kalah dari Negara Ini. Perlu Dipertimbangkan Kembali Strategi Pembangunan.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) mencatat pertumbuhan sebesar 4,94% dalam setahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Namun, ini tidak cukup untuk memenuhi target pertumbuhan 5,93% pada 2025.
"Industri manufaktur di Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif di tengah tantangan geoekonomi dan geopolitik. Data satu tahun pada triwulanIV2024 sampai triwulanII2025, sektor IPNM mencapai pencapaian pertumbuhan sebesar 4,94% year on year," katanya di Kemenperin.
Namun, pemerintah juga menyadari bahwa industri pengolahan nonmigas Indonesia masih menghadapi tantangan kompetitif di kawasan Asia Tenggara. Nilai ekspor sektor ini lebih rendah dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Ini bukan berarti bahwa sektor manufaktur kita di bawah mereka, tapi perlu dipertimbangkan kembali strategi pembangunan.
"Nilai ekspor itu lebih rendah dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Itu bukan atau tidak berarti menunjukkan bahwa sektor manufaktur kita di bawah mereka," kata Agus.
Pemerintah menargetkan sektor ini dapat tumbuh hingga 5,93% pada 2025. Namun, untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan upaya sistematis dalam memperkuat daya saing industri, memperluas nilai tambah dari hilirisasi, serta membentengi pasar dalam negeri dari serbuan produk impor yang dinilai tidak kompetitif secara kualitas dan harga.
Jadi, pertumbuhan 4,94% ini dinilai sebagai sinyal positif dari ketahanan sektor manufaktur nasional. Namun, masih perlu diperhatikan agar tidak terjatuh dalam lini.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) mencatat pertumbuhan sebesar 4,94% dalam setahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Namun, ini tidak cukup untuk memenuhi target pertumbuhan 5,93% pada 2025.
"Industri manufaktur di Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif di tengah tantangan geoekonomi dan geopolitik. Data satu tahun pada triwulanIV2024 sampai triwulanII2025, sektor IPNM mencapai pencapaian pertumbuhan sebesar 4,94% year on year," katanya di Kemenperin.
Namun, pemerintah juga menyadari bahwa industri pengolahan nonmigas Indonesia masih menghadapi tantangan kompetitif di kawasan Asia Tenggara. Nilai ekspor sektor ini lebih rendah dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Ini bukan berarti bahwa sektor manufaktur kita di bawah mereka, tapi perlu dipertimbangkan kembali strategi pembangunan.
"Nilai ekspor itu lebih rendah dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Itu bukan atau tidak berarti menunjukkan bahwa sektor manufaktur kita di bawah mereka," kata Agus.
Pemerintah menargetkan sektor ini dapat tumbuh hingga 5,93% pada 2025. Namun, untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan upaya sistematis dalam memperkuat daya saing industri, memperluas nilai tambah dari hilirisasi, serta membentengi pasar dalam negeri dari serbuan produk impor yang dinilai tidak kompetitif secara kualitas dan harga.
Jadi, pertumbuhan 4,94% ini dinilai sebagai sinyal positif dari ketahanan sektor manufaktur nasional. Namun, masih perlu diperhatikan agar tidak terjatuh dalam lini.