Lulusan UI dan Universitas Lainnya Dihantam Putus Asa Mencari Kerja
Dalam fenomena yang paling memprihatinkan, lulusan sarjana (S1) dan magister (S2) dari universitas-universitas besar di Indonesia mulai mengalami keputusasaan mencari kerja. Menurut data dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sebanyak 51 ribu lulusan S1 dan magister yang masuk kategori putus asa atau discouraged workers, berarti mereka berhenti mencari kerja.
Data ini menunjukkan bahwa keputusasaan bukan hanya dialami oleh kelompok berpendidikan rendah, melainkan juga oleh pendidikan tinggi. Lulusan S1 menyumbang sekitar 45 ribu orang dan lulusan magister lebih dari 6 ribu orang dalam kategori ini.
Hambatan yang dihadapi oleh kelompok terdidik ini antara lain harapan upah yang tidak terpenuhi, ketidaksesuaian antara bidang studi dengan peluang kerja, serta persepsi diskriminasi usia bagi lulusan yang mulai mencari kerja di usia lebih matang. Lalu, ada pula hambatan institusional seperti beban pengasuhan dan bias dalam seleksi untuk perempuan.
Analisis data menunjukkan bahwa hampir separuh kelompok putus asa berasal dari lulusan SD atau tidak tamat SD. Sedangkan, lulusan SMP dan SMA masih mengisi porsi 20 persen dan 17 persen masing-masing. Lulusan SMK yang menyumbang 8 persen juga mengindikasikan masalah yang sama.
Laporan ini juga memetakan perbedaan hambatan berdasarkan lokasi. Wilayah urban menghadapi persaingan dan ketidakcocokan keterampilan, sedangkan wilayah perdesaan lebih terkendala minimnya peluang kerja formal dan akses pelatihan.
Gambaran ini menunjukkan bahwa kegagalan ekosistem tenaga kerja dalam menyediakan jalur transisi yang jelas, keterampilan yang relevan, dan peluang kerja yang dapat diakses secara merata merupakan pantulan dari fenomena putus asa mencari kerja.
Dalam fenomena yang paling memprihatinkan, lulusan sarjana (S1) dan magister (S2) dari universitas-universitas besar di Indonesia mulai mengalami keputusasaan mencari kerja. Menurut data dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sebanyak 51 ribu lulusan S1 dan magister yang masuk kategori putus asa atau discouraged workers, berarti mereka berhenti mencari kerja.
Data ini menunjukkan bahwa keputusasaan bukan hanya dialami oleh kelompok berpendidikan rendah, melainkan juga oleh pendidikan tinggi. Lulusan S1 menyumbang sekitar 45 ribu orang dan lulusan magister lebih dari 6 ribu orang dalam kategori ini.
Hambatan yang dihadapi oleh kelompok terdidik ini antara lain harapan upah yang tidak terpenuhi, ketidaksesuaian antara bidang studi dengan peluang kerja, serta persepsi diskriminasi usia bagi lulusan yang mulai mencari kerja di usia lebih matang. Lalu, ada pula hambatan institusional seperti beban pengasuhan dan bias dalam seleksi untuk perempuan.
Analisis data menunjukkan bahwa hampir separuh kelompok putus asa berasal dari lulusan SD atau tidak tamat SD. Sedangkan, lulusan SMP dan SMA masih mengisi porsi 20 persen dan 17 persen masing-masing. Lulusan SMK yang menyumbang 8 persen juga mengindikasikan masalah yang sama.
Laporan ini juga memetakan perbedaan hambatan berdasarkan lokasi. Wilayah urban menghadapi persaingan dan ketidakcocokan keterampilan, sedangkan wilayah perdesaan lebih terkendala minimnya peluang kerja formal dan akses pelatihan.
Gambaran ini menunjukkan bahwa kegagalan ekosistem tenaga kerja dalam menyediakan jalur transisi yang jelas, keterampilan yang relevan, dan peluang kerja yang dapat diakses secara merata merupakan pantulan dari fenomena putus asa mencari kerja.