Sekretaris Sesditjen Kemenag Arskal Salim menegaskan bahwa pelaksanaan Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) harus menjadi ajang penting dalam mendorong madrasah menjadi lumbung pencetak calon saintis muda. Melalui OMI, kita ingin menunjukkan bahwa madrasah memiliki banyak talenta yang berpotensi menjadi saintis di masa depan. Ini merupakan proses penemuan bibit unggul yang diharapkan bisa terus berkembang.
OMI 2025 akan diselenggarakan pada 10 hingga 13 November 2025 di Kota Tangerang, Provinsi Banten, dengan tema "Islam dan Teknologi Digital: Inovasi Sains Untuk Generasi Indonesia Maju dan Berdaya Saing Global". Kegiatan tersebut tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana pembinaan berkelanjutan bagi siswa madrasah untuk mengembangkan minatnya di bidang sains dan teknologi.
Kemenag berharap OMI dapat memperkuat semangat generasi muda madrasah untuk berkontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. "Kita berharap suatu saat lahir pemenang Nobel dari Indonesia yang berasal dari madrasah," kata Arskal.
Sekretaris Sesditjen Kemenag juga menegaskan bahwa peserta OMI berasal dari berbagai provinsi, termasuk madrasah-madrasah unggulan seperti MAN Insan Cendekia dan MAN model di kota-kota besar. "Kita harapkan setiap provinsi mengirimkan wakil terbaiknya. Nanti yang lolos adalah mereka yang telah melewati seleksi ketat," ujarnya.
Arskal juga mengungkapkan bahwa Kemenag tengah menjajaki pemberian beasiswa bagi para pemenang OMI sebagai bentuk apresiasi dan dukungan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. "Beasiswa ini penting agar para juara bisa melanjutkan kuliah sesuai bidang minat dan bakatnya, tanpa terkendali kondisi ekonomi," kata Arskal.
Sementara itu, Kemenag juga telah menggelar berbagai ajang pengembangan kompetensi seperti kompetisi robotika. Menurut Arskal, hal itu membuktikan lembaga pendidikan keagamaan di bawah Kemenag tidak hanya fokus pada bidang agama, tetapi juga bidang sains dan teknologi.
"Seluruh kegiatan ini memperlihatkan bahwa madrasah punya kontribusi besar bagi bangsa, terutama dalam mempersiapkan generasi muda yang religius sekaligus berilmu," katanya.
OMI 2025 akan diselenggarakan pada 10 hingga 13 November 2025 di Kota Tangerang, Provinsi Banten, dengan tema "Islam dan Teknologi Digital: Inovasi Sains Untuk Generasi Indonesia Maju dan Berdaya Saing Global". Kegiatan tersebut tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana pembinaan berkelanjutan bagi siswa madrasah untuk mengembangkan minatnya di bidang sains dan teknologi.
Kemenag berharap OMI dapat memperkuat semangat generasi muda madrasah untuk berkontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. "Kita berharap suatu saat lahir pemenang Nobel dari Indonesia yang berasal dari madrasah," kata Arskal.
Sekretaris Sesditjen Kemenag juga menegaskan bahwa peserta OMI berasal dari berbagai provinsi, termasuk madrasah-madrasah unggulan seperti MAN Insan Cendekia dan MAN model di kota-kota besar. "Kita harapkan setiap provinsi mengirimkan wakil terbaiknya. Nanti yang lolos adalah mereka yang telah melewati seleksi ketat," ujarnya.
Arskal juga mengungkapkan bahwa Kemenag tengah menjajaki pemberian beasiswa bagi para pemenang OMI sebagai bentuk apresiasi dan dukungan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. "Beasiswa ini penting agar para juara bisa melanjutkan kuliah sesuai bidang minat dan bakatnya, tanpa terkendali kondisi ekonomi," kata Arskal.
Sementara itu, Kemenag juga telah menggelar berbagai ajang pengembangan kompetensi seperti kompetisi robotika. Menurut Arskal, hal itu membuktikan lembaga pendidikan keagamaan di bawah Kemenag tidak hanya fokus pada bidang agama, tetapi juga bidang sains dan teknologi.
"Seluruh kegiatan ini memperlihatkan bahwa madrasah punya kontribusi besar bagi bangsa, terutama dalam mempersiapkan generasi muda yang religius sekaligus berilmu," katanya.