Peneliti baru-baru ini menyelidiki bagaimana letusan gunung pada tahun 1345 memicu wabah Black Death yang membunuh hingga setengah populasi di Eropa. Penelitian tersebut menggali akar penyakit itu, dan menemukan bahwa dampak letusan gunung itu sendiri merupakan faktor utama dalam menyebarkan pandemi.
Abu dan gas dari letusan tersebut membuat cuaca menjadi ekstrem selama beberapa tahun. Hasilnya adalah kelaparan yang parah di Mediterania, sehingga Italia akhirnya memutuskan untuk mengimpor gandum dari kawasan sekitar Laut Hitam.
Penyakit yang menyebabkan wabah tersebut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh kutu. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perubahan iklim, ketidakstabilan pangan, dan mobilitas perdagangan menciptakan kondisi ideal bagi penyakit tersebut untuk menyebarkan diri.
Penyakit zoonosis seperti ini lebih berisiko muncul di bawah perubahan iklim dan berkembang menjadi pandemi. Hal ini sangat relevan dengan pengalaman kita saat ini dengan covid-19. Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan wabah Black Death tidaklah jarang, tetapi peristiwa-peristiwa tersebut masih dapat berubah menjadi pandemi.
Kutu dan hewan pengerat liar memainkan peran penting dalam penyebaran wabah tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan suhu yang tajam akibat aktivitas vulkanik mengakibatkan gagal panen di berbagai wilayah, sehingga Italia harus melakukan perdagangan gandum dari luar wilayah mereka.
Dampak letusan gunung pada abad pertengahan ini menunjukkan betapa pentingnya memahami hubungan antara perubahan iklim dan sistem ketahanan pangan. Selama lebih dari satu abad, negara-kota Italia membangun jalur perdagangan jarak jauh untuk mencegah kelaparan, tetapi pada akhirnya sistem itu secara tak sengaja memicu bencana yang jauh lebih besar.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment dan menunjukkan betapa pentingnya memahami bagaimana perubahan iklim dapat menyebabkan pandemi.
Abu dan gas dari letusan tersebut membuat cuaca menjadi ekstrem selama beberapa tahun. Hasilnya adalah kelaparan yang parah di Mediterania, sehingga Italia akhirnya memutuskan untuk mengimpor gandum dari kawasan sekitar Laut Hitam.
Penyakit yang menyebabkan wabah tersebut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh kutu. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perubahan iklim, ketidakstabilan pangan, dan mobilitas perdagangan menciptakan kondisi ideal bagi penyakit tersebut untuk menyebarkan diri.
Penyakit zoonosis seperti ini lebih berisiko muncul di bawah perubahan iklim dan berkembang menjadi pandemi. Hal ini sangat relevan dengan pengalaman kita saat ini dengan covid-19. Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan wabah Black Death tidaklah jarang, tetapi peristiwa-peristiwa tersebut masih dapat berubah menjadi pandemi.
Kutu dan hewan pengerat liar memainkan peran penting dalam penyebaran wabah tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan suhu yang tajam akibat aktivitas vulkanik mengakibatkan gagal panen di berbagai wilayah, sehingga Italia harus melakukan perdagangan gandum dari luar wilayah mereka.
Dampak letusan gunung pada abad pertengahan ini menunjukkan betapa pentingnya memahami hubungan antara perubahan iklim dan sistem ketahanan pangan. Selama lebih dari satu abad, negara-kota Italia membangun jalur perdagangan jarak jauh untuk mencegah kelaparan, tetapi pada akhirnya sistem itu secara tak sengaja memicu bencana yang jauh lebih besar.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment dan menunjukkan betapa pentingnya memahami bagaimana perubahan iklim dapat menyebabkan pandemi.