China Menghadapi Kritik dari Goldman Sachs: Apakah Yuan Tegak?
Pertanyaan yang paling banyak muncul dalam pikiran kita semua saat ini adalah, apakah China sengaja menjaga yuan tetap lemah? Pertanyaan ini terasa lagi penting ketika Goldman Sachs menilai yuan China (CNY) sebagai salah satu mata uang dengan potensi apresiasi terbesar di pasar keuangan global saat ini.
Menurut Goldman, yuan berada 25% di bawah nilai wajarnya. Ini membuka ruang penguatan yang jauh lebih besar dibandingkan proyeksi pasar saat ini. Riset tersebut menempatkan yuan sebagai salah satu "highest conviction trades" untuk periode 2025-2026, menandakan keyakinan kuat bahwa kinerja mata uang ini akan melampaui aset-aset lainnya dalam kelas yang sama.
Penguatan yuan disepanjang tahun ini turut disebabkan oleh melemahnya dolar AS di pasar global, serta arus masuk yang tengah terjadi ke pasar saham China, hingga kebijakan fixing yang lebih kuat dari bank sentral China. Namun Goldman melihat arah sebaliknya. Mereka memperkirakan persaingan ekspor global justru akan membuat mata uang negara lain melemah, sehingga posisi yuan dalam keranjang perdagangan bisa menguat secara relatif meski tidak terlalu agresif.
Meski demikian, pasar valuta asing saat ini tetap berhati-hati. Kontrak forward pada kuartal IV-2026 memproyeksikan yuan di pasar offshore hanya akan menguat tipis ke CNY 6,91/US$ atau menguat sekitar 2% dari posisinya saat ini.
Pertanyaan yang masih banyak diungkapkan oleh Goldman Sachs adalah apakah China sengaja menjaga yuan tetap lemah? Namun Goldman melihat arah sebaliknya. Mereka memperkirakan bahwa penguatan yuan kemungkinan akan berlangsung bertahap dan tetap terkelola, sejalan dengan pola intervensi dan manajemen stabilitas yang selama ini dilakukan otoritas China.
Dengan demikian, yuan tidak hanya berpotensi menguat, tetapi juga berpeluang mengungguli ekspektasi pasar dalam beberapa tahun mendatang.
Pertanyaan yang paling banyak muncul dalam pikiran kita semua saat ini adalah, apakah China sengaja menjaga yuan tetap lemah? Pertanyaan ini terasa lagi penting ketika Goldman Sachs menilai yuan China (CNY) sebagai salah satu mata uang dengan potensi apresiasi terbesar di pasar keuangan global saat ini.
Menurut Goldman, yuan berada 25% di bawah nilai wajarnya. Ini membuka ruang penguatan yang jauh lebih besar dibandingkan proyeksi pasar saat ini. Riset tersebut menempatkan yuan sebagai salah satu "highest conviction trades" untuk periode 2025-2026, menandakan keyakinan kuat bahwa kinerja mata uang ini akan melampaui aset-aset lainnya dalam kelas yang sama.
Penguatan yuan disepanjang tahun ini turut disebabkan oleh melemahnya dolar AS di pasar global, serta arus masuk yang tengah terjadi ke pasar saham China, hingga kebijakan fixing yang lebih kuat dari bank sentral China. Namun Goldman melihat arah sebaliknya. Mereka memperkirakan persaingan ekspor global justru akan membuat mata uang negara lain melemah, sehingga posisi yuan dalam keranjang perdagangan bisa menguat secara relatif meski tidak terlalu agresif.
Meski demikian, pasar valuta asing saat ini tetap berhati-hati. Kontrak forward pada kuartal IV-2026 memproyeksikan yuan di pasar offshore hanya akan menguat tipis ke CNY 6,91/US$ atau menguat sekitar 2% dari posisinya saat ini.
Pertanyaan yang masih banyak diungkapkan oleh Goldman Sachs adalah apakah China sengaja menjaga yuan tetap lemah? Namun Goldman melihat arah sebaliknya. Mereka memperkirakan bahwa penguatan yuan kemungkinan akan berlangsung bertahap dan tetap terkelola, sejalan dengan pola intervensi dan manajemen stabilitas yang selama ini dilakukan otoritas China.
Dengan demikian, yuan tidak hanya berpotensi menguat, tetapi juga berpeluang mengungguli ekspektasi pasar dalam beberapa tahun mendatang.