"Rumor-rumor AI yang Mengelabui Pengguna"
Dalam beberapa minggu terakhir, kumpulan contoh prompt AI prank yang mengelabui pengguna muda di Indonesia telah menjadi sorotan umum. Prompt AI prank sendiri adalah jenis ancaman digital yang melibatkan penggunaan algoritma AI untuk menciptakan konten palsu dan menipunya orang lain.
Menurut laporan dari komunitas online, kumpulan contoh prompt AI prank ini telah digunakan oleh beberapa individu untuk memanfaatkan pengguna muda. Mereka akan mengirimkan pesan atau kutipan palsu yang terlihat seperti berasal dari aplikasi AI populer, dengan tujuan untuk membuat korban merasa khawatir dan kehilangan kepercayaan diri.
"Kalau aku nanti bisa jadi aku tidak bisa ngobrol sama sekali di media sosial," kata Riko, seorang siswa SMA yang menjadi korban prompt AI prank. "Aku merasa sangat terkejut dan bingung ketika aku menerima pesan tersebut."
Dalam beberapa kasus, korban bahkan terpaksa mengakses link atau aplikasi palsu untuk "membekukan" atau "menangani" isu tersebut. Namun, link tersebut ternyata adalah pintu masuk bagi penipu yang ingin menyalahgunakan data pribadi korban.
"Pengguna harus waspada dan bijak dalam menggunakan teknologi ini," kata Spptu (Sindrom Penipuan Teknologi) Bapak Surya, Koordinator Pusat Penanggulangan Kecelakaan Digital. "Jika kamu menerima pesan atau link yang terlihat curas, jangan ragu-ragu, ajukan pertanyaannya langsung kepada teman atau keluarga, atau lakukan penelitian lebih lanjut sebelum mengambil tindakan."
Pemerintah dan lembaga keamanan siber juga telah menegaskan bahwa mereka akan terus memantau dan mencegah penyebaran ancaman digital seperti prompt AI prank.
Dalam beberapa minggu terakhir, kumpulan contoh prompt AI prank yang mengelabui pengguna muda di Indonesia telah menjadi sorotan umum. Prompt AI prank sendiri adalah jenis ancaman digital yang melibatkan penggunaan algoritma AI untuk menciptakan konten palsu dan menipunya orang lain.
Menurut laporan dari komunitas online, kumpulan contoh prompt AI prank ini telah digunakan oleh beberapa individu untuk memanfaatkan pengguna muda. Mereka akan mengirimkan pesan atau kutipan palsu yang terlihat seperti berasal dari aplikasi AI populer, dengan tujuan untuk membuat korban merasa khawatir dan kehilangan kepercayaan diri.
"Kalau aku nanti bisa jadi aku tidak bisa ngobrol sama sekali di media sosial," kata Riko, seorang siswa SMA yang menjadi korban prompt AI prank. "Aku merasa sangat terkejut dan bingung ketika aku menerima pesan tersebut."
Dalam beberapa kasus, korban bahkan terpaksa mengakses link atau aplikasi palsu untuk "membekukan" atau "menangani" isu tersebut. Namun, link tersebut ternyata adalah pintu masuk bagi penipu yang ingin menyalahgunakan data pribadi korban.
"Pengguna harus waspada dan bijak dalam menggunakan teknologi ini," kata Spptu (Sindrom Penipuan Teknologi) Bapak Surya, Koordinator Pusat Penanggulangan Kecelakaan Digital. "Jika kamu menerima pesan atau link yang terlihat curas, jangan ragu-ragu, ajukan pertanyaannya langsung kepada teman atau keluarga, atau lakukan penelitian lebih lanjut sebelum mengambil tindakan."
Pemerintah dan lembaga keamanan siber juga telah menegaskan bahwa mereka akan terus memantau dan mencegah penyebaran ancaman digital seperti prompt AI prank.