Tragedi di Sekolah: Mengejar Kronologi Perangkap Emosi yang Menewaskan Remaja
Puluhan hari kemarin, masyarakat setempat masih belum bisa menyelesaikan pernyataan dirinya tentang kematian seorang remaja SMP N 1 Geyer. Rendahan usia 16 tahun itu meninggal dalam keadaan tewas di bangunan sekolahnya sendiri. Pemuda itu ditemukan tewas oleh adiknya saat berjalan pulang dari sekolah.
Menurut sumber dekat dengan keluarga korban, sebelum wafat, korban memiliki permasalahan dengan rekan-rekannya di sekolah. Meski tidak dipastikan apakah permasalahan itu terkait langsung dengan kematian remaja tersebut, namun beberapa teman dan rekan sekolah mengaku sudah melewatkan tawarannya untuk membicarakan masalah bersama.
"Korban sudah mengajak kami berbincang tentang masalahnya, tapi tidak ada yang memikirkannya serius. Kami hanya tertawa dan mengatakan bahwa korban perlu 'melewati' masalahnya sendiri," kata seorang teman senior yang tidak ingin dikaitkan dengan kasus ini.
Sumber juga mengungkapkan bahwa beberapa hari sebelum kematian korban, remaja tersebut dilihat berdebar-debar dan sedih saat berbicara dengan orang tuanya. Keluarga korban juga melaporkan bahwa remaja itu telah mengalami perubahan perilakunya dalam beberapa minggu terakhir.
"Korban selalu merasa tidak nyaman ketika ada yang mendekati dia, bahkan saat bersama keluarganya. Kami tidak bisa memprediksi perilakunya pada suatu hari nanti," kata ibu korban yang saat ini masih dalam keadaan sedih.
Investigasi sudah dimulai untuk mengetahui penyebab kematian remaja itu, namun belum ada informasi tentang apakah perangkap emosi yang dialami oleh korban bisa dihubungkan langsung dengan kematian tersebut. Masyarakat setempat masih berharap agar penyebab kematian remaja itu bisa terungkap dan jangan menjadi contoh bagi orang lain untuk menghindari kehidupan yang sama.
Puluhan hari kemarin, masyarakat setempat masih belum bisa menyelesaikan pernyataan dirinya tentang kematian seorang remaja SMP N 1 Geyer. Rendahan usia 16 tahun itu meninggal dalam keadaan tewas di bangunan sekolahnya sendiri. Pemuda itu ditemukan tewas oleh adiknya saat berjalan pulang dari sekolah.
Menurut sumber dekat dengan keluarga korban, sebelum wafat, korban memiliki permasalahan dengan rekan-rekannya di sekolah. Meski tidak dipastikan apakah permasalahan itu terkait langsung dengan kematian remaja tersebut, namun beberapa teman dan rekan sekolah mengaku sudah melewatkan tawarannya untuk membicarakan masalah bersama.
"Korban sudah mengajak kami berbincang tentang masalahnya, tapi tidak ada yang memikirkannya serius. Kami hanya tertawa dan mengatakan bahwa korban perlu 'melewati' masalahnya sendiri," kata seorang teman senior yang tidak ingin dikaitkan dengan kasus ini.
Sumber juga mengungkapkan bahwa beberapa hari sebelum kematian korban, remaja tersebut dilihat berdebar-debar dan sedih saat berbicara dengan orang tuanya. Keluarga korban juga melaporkan bahwa remaja itu telah mengalami perubahan perilakunya dalam beberapa minggu terakhir.
"Korban selalu merasa tidak nyaman ketika ada yang mendekati dia, bahkan saat bersama keluarganya. Kami tidak bisa memprediksi perilakunya pada suatu hari nanti," kata ibu korban yang saat ini masih dalam keadaan sedih.
Investigasi sudah dimulai untuk mengetahui penyebab kematian remaja itu, namun belum ada informasi tentang apakah perangkap emosi yang dialami oleh korban bisa dihubungkan langsung dengan kematian tersebut. Masyarakat setempat masih berharap agar penyebab kematian remaja itu bisa terungkap dan jangan menjadi contoh bagi orang lain untuk menghindari kehidupan yang sama.