Kopdes di Boyolali Menjadi Contoh Sukses, Meraup Rp200 Juta dalam 10 Hari
Menteri Koperasi Ferry Juliantono, membawa keberhasilan koperasi desa di Boyolali yang telah berjalan. Sebuah koperasi desa tersebut berhasil meraup pendapatan Rp200 juta dalam 10 hari.
Ferry menyatakan bahwa ini adalah bukti bahwa koperasi desa dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal jika dikelola dengan model bisnis yang terarah dan fasilitas memadai. Namun, dia juga menekankan bahwa masih ada banyak hal yang perlu dibahas dan disempurnakan agar koperasi-koperasi desa dapat menjadi lebih optimal.
"Kita harus terus berinovasi dan meningkatkan kemampuan koperasi untuk membantu masyarakat desa. Kita tidak bisa puas dengan kondisi saat ini, tapi kita harus berusaha lebih baik," kata Ferry dalam sebuah pertemuan di Gedung Kemenkop Pangan, Jakarta.
Ferry juga menambahkan bahwa pemerintah sedang mencoba untuk mengembangkan sistem pengembangan koperasi desa agar memiliki standar fasilitas dan fungsi yang seragam. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan koperasi dalam menyediakan layanan dan pelayanan kepada masyarakat desa.
"Kita tidak hanya ingin membuat Kopdes sebagai unit simpan-pinjam atau toko kecil, tapi kita ingin membuatnya menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan masyarakat. Kita ingin membuat Kopdes yang lebih berdaya saing dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat desa," katanya.
Ferry juga menyebutkan bahwa ada 2.400-an koperasi desa yang masih dalam tahap perencanaan, sedangkan 100 koperasi yang sudah terbangun dan berjalan dengan baik. Pemerintah menetapkan kriteria lahan dan fasilitas standar bagi Kopdes baru, termasuk adanya lahan parkir, apotek, hingga klinik.
Dengan demikian, Ferry percaya bahwa koperasi desa dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang efektif jika dikelola dengan baik.
Menteri Koperasi Ferry Juliantono, membawa keberhasilan koperasi desa di Boyolali yang telah berjalan. Sebuah koperasi desa tersebut berhasil meraup pendapatan Rp200 juta dalam 10 hari.
Ferry menyatakan bahwa ini adalah bukti bahwa koperasi desa dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal jika dikelola dengan model bisnis yang terarah dan fasilitas memadai. Namun, dia juga menekankan bahwa masih ada banyak hal yang perlu dibahas dan disempurnakan agar koperasi-koperasi desa dapat menjadi lebih optimal.
"Kita harus terus berinovasi dan meningkatkan kemampuan koperasi untuk membantu masyarakat desa. Kita tidak bisa puas dengan kondisi saat ini, tapi kita harus berusaha lebih baik," kata Ferry dalam sebuah pertemuan di Gedung Kemenkop Pangan, Jakarta.
Ferry juga menambahkan bahwa pemerintah sedang mencoba untuk mengembangkan sistem pengembangan koperasi desa agar memiliki standar fasilitas dan fungsi yang seragam. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan koperasi dalam menyediakan layanan dan pelayanan kepada masyarakat desa.
"Kita tidak hanya ingin membuat Kopdes sebagai unit simpan-pinjam atau toko kecil, tapi kita ingin membuatnya menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan masyarakat. Kita ingin membuat Kopdes yang lebih berdaya saing dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat desa," katanya.
Ferry juga menyebutkan bahwa ada 2.400-an koperasi desa yang masih dalam tahap perencanaan, sedangkan 100 koperasi yang sudah terbangun dan berjalan dengan baik. Pemerintah menetapkan kriteria lahan dan fasilitas standar bagi Kopdes baru, termasuk adanya lahan parkir, apotek, hingga klinik.
Dengan demikian, Ferry percaya bahwa koperasi desa dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang efektif jika dikelola dengan baik.