Sementara ini, banyak orang percaya obesitas hanya disebabkan karena tidak makan terlalu banyak dan kurang bergerak. Tapi, aspek ini jauh lebih kompleks daripada itu. Ada banyak faktor yang membuat seseorang lebih rentan mengalami penambahan berat badannya dibandingkan penurunan.
Faktor-faktornya bisa dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal termasuk kondisi biologis tubuh, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang mempengaruhi seseorang terutama dalam relasinya dengan makanan.
Salah satu hal penting dari kondisi biologi adalah respons alami yang mengakibatkan peningkatan hormon lapar dan meningkatnya nafsu makan ketika seseorang mulai kehilangan berat badan. Respons ini berkembang dari manusia purba yang masih rentan terhadap kelaparan karena kelangkaan makanan. Selain itu, otak memerlukan informasi tentang berat badan tertinggi yang pernah kita capai dan memberinya sebagai "new normal". Ini menjelaskan mengapa menurunkan berat badan sulit dilakukan dan menjadi gemuk sangat mudah.
Juga ada komunikasi antara tubuh, seperti otak dan hormon. Hormon-hormon ini membantu mengatur kapan seseorang merasa lapar, kenyang, atau mulai mencerna makanan. Saat ini muncul obat-obatan yang meniru aktivitas ini sehingga memberikan efek sama dengan menggunakan hormone alami ini.
Namun, tidak semua orang menanggapi dengan cara serupa terhadap obat-obatan tersebut. Faktor ini adalah dari aspek genetik dan telah dibuktikan dalam beberapa studi lainnya. Misalnya, keluarga miskin di Amerika Serikat yang rentan mengalami obesitas dan beberapa studi lainnya juga menunjukkan hal yang sama.
Selain itu, ada faktor evolusi yang membuat otak meningkatkan nafsu makan saat seseorang merasa perlu bertahan hidup karena kelaparan. Namun, di tempat-tempat seperti Indonesia, manusia modern tidak mengalami kelangkaan makanan sama seperti nenek moyangnya.
Saat ini masih banyak aspek lingkungan yang membuat orang rentan terhadap obesitas. Seperti halnya adanya jenis makanan ulot dan proses pemasarannya yang berbeda dengan konsumsi makanan sehat di rumah, serta minimal ruang terbuka hijau.
Faktor-faktornya bisa dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal termasuk kondisi biologis tubuh, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang mempengaruhi seseorang terutama dalam relasinya dengan makanan.
Salah satu hal penting dari kondisi biologi adalah respons alami yang mengakibatkan peningkatan hormon lapar dan meningkatnya nafsu makan ketika seseorang mulai kehilangan berat badan. Respons ini berkembang dari manusia purba yang masih rentan terhadap kelaparan karena kelangkaan makanan. Selain itu, otak memerlukan informasi tentang berat badan tertinggi yang pernah kita capai dan memberinya sebagai "new normal". Ini menjelaskan mengapa menurunkan berat badan sulit dilakukan dan menjadi gemuk sangat mudah.
Juga ada komunikasi antara tubuh, seperti otak dan hormon. Hormon-hormon ini membantu mengatur kapan seseorang merasa lapar, kenyang, atau mulai mencerna makanan. Saat ini muncul obat-obatan yang meniru aktivitas ini sehingga memberikan efek sama dengan menggunakan hormone alami ini.
Namun, tidak semua orang menanggapi dengan cara serupa terhadap obat-obatan tersebut. Faktor ini adalah dari aspek genetik dan telah dibuktikan dalam beberapa studi lainnya. Misalnya, keluarga miskin di Amerika Serikat yang rentan mengalami obesitas dan beberapa studi lainnya juga menunjukkan hal yang sama.
Selain itu, ada faktor evolusi yang membuat otak meningkatkan nafsu makan saat seseorang merasa perlu bertahan hidup karena kelaparan. Namun, di tempat-tempat seperti Indonesia, manusia modern tidak mengalami kelangkaan makanan sama seperti nenek moyangnya.
Saat ini masih banyak aspek lingkungan yang membuat orang rentan terhadap obesitas. Seperti halnya adanya jenis makanan ulot dan proses pemasarannya yang berbeda dengan konsumsi makanan sehat di rumah, serta minimal ruang terbuka hijau.