Digitalisasi Ekonomi Nasional: Kolaborasi Lintas Sektor Mendorong Transformasi Digital Inklusif
Bank Indonesia (BI) telah menjadikan digitalisasi sebagai mesin utama yang mendorong transformasi ekonomi nasional. Hal ini dipenuhi dengan kolaborasi lintas lembaga, dunia usaha, akademisi, dan generasi muda yang bersama-sama membangun fondasi ekonomi digital Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan bahwa proses digitalisasi tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga memperluas inklusivitas ekonomi. Ia mengutip keberhasilan QRIS, sistem pembayaran nasional yang diluncurkan sejak 17 Agustus 2019. Melalui QRIS, jutaan pedagang pasar tradisional dapat menerima pembayaran digital dan memiliki jejak keuangan yang membuka akses terhadap pembiayaan.
Pada FeKDI x IFSE 2025, BI mengumumkan rencana pembentukan Digital Innovation Center bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH). Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, serta inklusivitas digital.
Selain itu, BI juga meluncurkan pertandingan QRIS Jelajah Nusantara yang memperluas akseptasi pembayaran digital dan mempromosikan budaya lokal. Pada tahun ini, jumlah peserta mencapai 8.278, naik 25 persen dari tahun sebelumnya.
Pada FEKDI x IFSE 2025, BI juga meluncurkan program Hackathon BI–OJK yang menjadi wadah bagi talenta muda Indonesia dalam menciptakan solusi berbasis teknologi. Program ini mempertemukan pelaku industri, akademisi, dan regulator untuk mengembangkan ide-ide inovatif.
Dalam upaya kolaboratif dari industri, pemerintah, dan regulator—berbarengan dengan sinergi kebijakan—memang harus menjadi utama dalam membangun inovasi yang berkelanjutan. Ini adalah salah satu poin penting yang dituangkan BI dalam Blue Print Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030.
BSPI 2030 sendiri merupakan upaya BI untuk terus menjaga keberlanjutan digitalisasi sistem pembayaran dengan fokus pada stabilitas dan penguatan manajemen risiko.
Bank Indonesia (BI) telah menjadikan digitalisasi sebagai mesin utama yang mendorong transformasi ekonomi nasional. Hal ini dipenuhi dengan kolaborasi lintas lembaga, dunia usaha, akademisi, dan generasi muda yang bersama-sama membangun fondasi ekonomi digital Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan bahwa proses digitalisasi tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga memperluas inklusivitas ekonomi. Ia mengutip keberhasilan QRIS, sistem pembayaran nasional yang diluncurkan sejak 17 Agustus 2019. Melalui QRIS, jutaan pedagang pasar tradisional dapat menerima pembayaran digital dan memiliki jejak keuangan yang membuka akses terhadap pembiayaan.
Pada FeKDI x IFSE 2025, BI mengumumkan rencana pembentukan Digital Innovation Center bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH). Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, serta inklusivitas digital.
Selain itu, BI juga meluncurkan pertandingan QRIS Jelajah Nusantara yang memperluas akseptasi pembayaran digital dan mempromosikan budaya lokal. Pada tahun ini, jumlah peserta mencapai 8.278, naik 25 persen dari tahun sebelumnya.
Pada FEKDI x IFSE 2025, BI juga meluncurkan program Hackathon BI–OJK yang menjadi wadah bagi talenta muda Indonesia dalam menciptakan solusi berbasis teknologi. Program ini mempertemukan pelaku industri, akademisi, dan regulator untuk mengembangkan ide-ide inovatif.
Dalam upaya kolaboratif dari industri, pemerintah, dan regulator—berbarengan dengan sinergi kebijakan—memang harus menjadi utama dalam membangun inovasi yang berkelanjutan. Ini adalah salah satu poin penting yang dituangkan BI dalam Blue Print Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030.
BSPI 2030 sendiri merupakan upaya BI untuk terus menjaga keberlanjutan digitalisasi sistem pembayaran dengan fokus pada stabilitas dan penguatan manajemen risiko.