Stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang serius, padahal sudah ada solusi. Kali ini, penanganan stunting lebih baik dilakukan dengan pencegahan daripada pengobatan. Maka dari itu, edukasi terkait pencegahan stunting sejak pranikah harus ditingkatkan.
Dokter Spesialis Anak dari RS Bethesda Yogyakarta, dr Devie Kristiani Sp.A, menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang dampaknya tidak hanya pada tinggi badan, tetapi juga perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa depan.
Edukasi langsung kepada orang tua merupakan langkah strategis untuk mempercepat pencegahan stunting di tingkat keluarga. "Untuk itu pencegahan dan deteksi dini menjadi hal yang krusial untuk dilakukan," papar dia dalam kegiatan edukatif bertajuk Festival Sehat Ceria si Kecil di Taman Pintar, Yogyakarta, Minggu (26/10).
Langkah pertama adalah melakukan pemantauan tinggi dan berat badan anak secara rutin. Langkah kedua berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk memastikan tumbuh kembangnya sesuai usia. Deteksi dini menjadi kunci agar kondisi gizi anak dapat segera diintervensi sebelum terlambat.
Orang tua perlu belajar dan memahami bahwa setiap langkah kecil dalam menjaga tumbuh kembang anak sangat berarti bagi masa depan mereka. Sarihusada, sebuah perusahaan nutrisi yang berkomitmen untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan anak Indonesia, percaya bahwa isu gizi di Indonesia harus ditangani melalui pendekatan kolaboratif, berbasis ilmu pengetahuan, dan berkelanjutan.
Wali Kota Yogyakarta, dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.0G (K), menjelaskan bahwa penanganan stunting khususnya di daerah Yogyakarta menjadi fokus yang dijalankan oleh pemerintah. Di Kota Yogyakarta, prevalensi stunting telah menurun menjadi 10,49%.
Fokus yang dilakukan dalam menurunkan stunting adalah dengan mencegah angka stunting baru. Penanganan sebelum kondisi stunting memiliki tingkat keberhasilannya mencapai 70%, sedangkan jika stunting ditangani setelahnya maka keberhasilannya hanya sekitar 20%. Pencegahan perlu dilakukan dimulai fase pranikah dengan prakonsepsi serta pemenuhan nutrisi yang seimbang.
"Kolaborasi dari berbagai pihak sangat penting terus dilakukan dalam upaya bersama menghapus stunting dari Indonesia," ungkap dia.
Dokter Spesialis Anak dari RS Bethesda Yogyakarta, dr Devie Kristiani Sp.A, menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang dampaknya tidak hanya pada tinggi badan, tetapi juga perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa depan.
Edukasi langsung kepada orang tua merupakan langkah strategis untuk mempercepat pencegahan stunting di tingkat keluarga. "Untuk itu pencegahan dan deteksi dini menjadi hal yang krusial untuk dilakukan," papar dia dalam kegiatan edukatif bertajuk Festival Sehat Ceria si Kecil di Taman Pintar, Yogyakarta, Minggu (26/10).
Langkah pertama adalah melakukan pemantauan tinggi dan berat badan anak secara rutin. Langkah kedua berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk memastikan tumbuh kembangnya sesuai usia. Deteksi dini menjadi kunci agar kondisi gizi anak dapat segera diintervensi sebelum terlambat.
Orang tua perlu belajar dan memahami bahwa setiap langkah kecil dalam menjaga tumbuh kembang anak sangat berarti bagi masa depan mereka. Sarihusada, sebuah perusahaan nutrisi yang berkomitmen untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan anak Indonesia, percaya bahwa isu gizi di Indonesia harus ditangani melalui pendekatan kolaboratif, berbasis ilmu pengetahuan, dan berkelanjutan.
Wali Kota Yogyakarta, dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.0G (K), menjelaskan bahwa penanganan stunting khususnya di daerah Yogyakarta menjadi fokus yang dijalankan oleh pemerintah. Di Kota Yogyakarta, prevalensi stunting telah menurun menjadi 10,49%.
Fokus yang dilakukan dalam menurunkan stunting adalah dengan mencegah angka stunting baru. Penanganan sebelum kondisi stunting memiliki tingkat keberhasilannya mencapai 70%, sedangkan jika stunting ditangani setelahnya maka keberhasilannya hanya sekitar 20%. Pencegahan perlu dilakukan dimulai fase pranikah dengan prakonsepsi serta pemenuhan nutrisi yang seimbang.
"Kolaborasi dari berbagai pihak sangat penting terus dilakukan dalam upaya bersama menghapus stunting dari Indonesia," ungkap dia.