Bencana di Sumatra mengetuk hati Muhammad Rizal Ramadhan, seorang relawan yang berangkat membantu para korban bencana banjir dan longsor di Aceh. Dia menjadi salah satu dari mereka yang memilih untuk berjuang di lapangan, menantang dirinya sendiri untuk menghadapi kondisi yang sulit.
Rama, sebagai anggota tim Sahabat Rama Peduli, telah mengunjungi tiga lokasi di Sumut, yaitu Sei Mati, Jalan Yos Sudarso, dan Pangkalanbrandan. Dia mengaku bahwa kondisi pengungsian yang dikunjunginya memprihatinkan, dengan beberapa pengungsi yang meninggal dalam tenda pengungsian.
"Kondisi mereka memprihatinkan, banyak yang jatuh sakit. Bahkan ada yang meninggal dunia di pengungsian," ujar Rama kepada Tirto, Senin.
Rama juga menyebut bahwa rentang usia pengungsi sangat beragam, mulai dari bayi hingga lansia. Dia sempat terkejut ketika mendengar cerita para korban yang harus bertahan hidup berhari-hari dengan kondisi yang memprihatinkan.
"Ketika kita datang, bikin shock juga mendengar cerita mereka bertahan hidup berhari-hari dengan kondisi memprihatinkan," tuturnya.
Selain itu, Rama juga mengungkapkan bahwa akses jalan ke wilayah yang dia kunjungi masih terhadap banyak genangan air. Dia menilai, beberapa kali harus menerobos genangan tersebut agar bisa sampai ke tempat tujuan.
"Terkadang kita mendapati kendala seperti masih ada genangan air yang harus kita terobos," katanya.
Rama juga menyinggung pernyataan dari Kepala BNPB RI, Letjen TNI Suharyanto, yang menyebut bahwa bencana di Sumatra ini hanya terlihat mencekam di media sosial saja.
"Kita tidak hanya akan menyisir titik-titik banjir biar enggak dibilang mencekam di medsos doang sama BNPB," pungkasnya.
Rama juga gencar membuka donasi untuk memberikan bantuan kepada para korban. Dia juga terus membagikan informasi tentang kondisi di Sumut pascabanjir dan longsor melalui sosial medianya.
Rama, sebagai anggota tim Sahabat Rama Peduli, telah mengunjungi tiga lokasi di Sumut, yaitu Sei Mati, Jalan Yos Sudarso, dan Pangkalanbrandan. Dia mengaku bahwa kondisi pengungsian yang dikunjunginya memprihatinkan, dengan beberapa pengungsi yang meninggal dalam tenda pengungsian.
"Kondisi mereka memprihatinkan, banyak yang jatuh sakit. Bahkan ada yang meninggal dunia di pengungsian," ujar Rama kepada Tirto, Senin.
Rama juga menyebut bahwa rentang usia pengungsi sangat beragam, mulai dari bayi hingga lansia. Dia sempat terkejut ketika mendengar cerita para korban yang harus bertahan hidup berhari-hari dengan kondisi yang memprihatinkan.
"Ketika kita datang, bikin shock juga mendengar cerita mereka bertahan hidup berhari-hari dengan kondisi memprihatinkan," tuturnya.
Selain itu, Rama juga mengungkapkan bahwa akses jalan ke wilayah yang dia kunjungi masih terhadap banyak genangan air. Dia menilai, beberapa kali harus menerobos genangan tersebut agar bisa sampai ke tempat tujuan.
"Terkadang kita mendapati kendala seperti masih ada genangan air yang harus kita terobos," katanya.
Rama juga menyinggung pernyataan dari Kepala BNPB RI, Letjen TNI Suharyanto, yang menyebut bahwa bencana di Sumatra ini hanya terlihat mencekam di media sosial saja.
"Kita tidak hanya akan menyisir titik-titik banjir biar enggak dibilang mencekam di medsos doang sama BNPB," pungkasnya.
Rama juga gencar membuka donasi untuk memberikan bantuan kepada para korban. Dia juga terus membagikan informasi tentang kondisi di Sumut pascabanjir dan longsor melalui sosial medianya.