Noreka Elisabeth, seorang guru Sekolah Rakyat di Papua yang terinspirasi oleh cita-citanya untuk menjadi guru yang profesional dan memimpin. Ia telah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2023 dengan lulusan Jurusan Bahasa Indonesia FKIP. Noreka kemudian mengikuti Program Profesi Guru (PPG) selama satu tahun di LPTK Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Serang, Banten.
Setelah menyelesaikan studi PPG, Noreka ditugaskan ke Jayapura, Papua untuk bekerja sebagai guru Sekolah Rakyat. Ia tidak terlalu menyangka akan dipilih sebagai pengajar di lokasi yang jauh dari keluarganya, tetapi ia rela berjarak untuk memberikan sumbangsih nyata bagi masa depan generasi penerus bangsa.
Noreka percaya bahwa mengajar adalah panggilan hidupnya. Ia meyakini bahwa sebagai guru, Noreka dapat mempengaruhi diri sendiri dan mengajarkan anak-anak di Papua tentang nilai-nilai yang positif dan berharga. "Saya melihat visi dan misi sekolah ini sangat mulia," kata Noreka.
Noreka juga merasakan umpan balik positif dari anak-anak Sekolah Rakyat Papua, yang menunjukkan rasa kasih sayang dan antusias terhadap pengajar mereka. "Sesuatu yang terlihatnya sederhana, tapi menurut saya itu sangat berkesan dengan sapaan mereka," kata Noreka.
Bersama suami dan mertua, Noreka memiliki peran sebagai pengajar, seorang istri, dan ibu bagi putranya. Mereka bekerja sama erat untuk merawat putranya yang masih balita saat menempuh kuliah PPG maupun ketika bertugas di Papua.
Noreka percaya bahwa kepercayaan besar dari lingkungan keluarga membulatkan tekadnya untuk mengambil kesempatan mendidik para peserta didik istimewa di Sekolah Rakyat. "Saya melihat visi dan misi sekolah ini sangat mulia," kata Noreka.
Potongan kisah Noreka dari tanah Papua ini bisa menjadi inspirasi bagi para pendidik yang berhasrat berkontribusi dalam upaya pemerataan mutu pendidikan di Indonesia.
Setelah menyelesaikan studi PPG, Noreka ditugaskan ke Jayapura, Papua untuk bekerja sebagai guru Sekolah Rakyat. Ia tidak terlalu menyangka akan dipilih sebagai pengajar di lokasi yang jauh dari keluarganya, tetapi ia rela berjarak untuk memberikan sumbangsih nyata bagi masa depan generasi penerus bangsa.
Noreka percaya bahwa mengajar adalah panggilan hidupnya. Ia meyakini bahwa sebagai guru, Noreka dapat mempengaruhi diri sendiri dan mengajarkan anak-anak di Papua tentang nilai-nilai yang positif dan berharga. "Saya melihat visi dan misi sekolah ini sangat mulia," kata Noreka.
Noreka juga merasakan umpan balik positif dari anak-anak Sekolah Rakyat Papua, yang menunjukkan rasa kasih sayang dan antusias terhadap pengajar mereka. "Sesuatu yang terlihatnya sederhana, tapi menurut saya itu sangat berkesan dengan sapaan mereka," kata Noreka.
Bersama suami dan mertua, Noreka memiliki peran sebagai pengajar, seorang istri, dan ibu bagi putranya. Mereka bekerja sama erat untuk merawat putranya yang masih balita saat menempuh kuliah PPG maupun ketika bertugas di Papua.
Noreka percaya bahwa kepercayaan besar dari lingkungan keluarga membulatkan tekadnya untuk mengambil kesempatan mendidik para peserta didik istimewa di Sekolah Rakyat. "Saya melihat visi dan misi sekolah ini sangat mulia," kata Noreka.
Potongan kisah Noreka dari tanah Papua ini bisa menjadi inspirasi bagi para pendidik yang berhasrat berkontribusi dalam upaya pemerataan mutu pendidikan di Indonesia.