Sudah lama sejak kerajaan bisnis Salim Group terjungkal, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengerti tentang apa itu dan bagaimana ciri khas dalam dirinya. Salah satu hal yang mungkin masih diingat adalah kejadian pada tanggal 13 Mei 1998.
Pada saat itu, kerusuhan anti-Tionghoa terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Banyak bangunan milik orang Tionghoa terbakar hingga runtuh. Mereka juga menargetkan orang-orang yang mereka anggap sebagai "cukong" dan "kroni" penguasa Soeharto.
Salim Group, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh ciri khas ini, menjadi target sasaran dari kerusuhan itu. Pada saat itu, kerusuhan anti-Tionghoa berupa penjarahan dan pembakaran terhadap bangunan milik orang Tionghoa.
Sebagai contoh, Bank Central Asia (BCA), yang dipimpin oleh Liem Sioe Liong, menjadi target utama dari kerusuhan itu. Banyak cabang BCA yang terbakar hingga runtuh, sehingga akhirnya, BCA diambil alih oleh pemerintah karena kondisi keuangannya semakin berdarah-darah tak tertolong.
Meski begitu, pukulan telak ini tidak hanya menyerang BCA saja. Indofood juga mendapat serangan, dengan pabriknya di Solo dijarah dan dibakar hingga menelan kerugian Rp 42 miliar. Pusat distribusinya di Tangerang juga hancur dijarah massa.
Namun, kerajaan bisnis Salim Group tetap bertahan. Meskipun hanya memiliki satu cabang yang masih bisa bertahan yaitu Indocement. Setelah itu, Anthony Salim dan keluarganya mulai berinvestasi di beberapa sektor, seperti migas, konstruksi, perbankan, hingga data center.
Sekarang, 25 tahun setelah kejadian memilukan itu, bisnis keluarga Salim Group terus mengalami kemajuan dan berkembang pesat. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, tetapi mereka berhasil untuk bertahan dan bahkan mengalahkan kompetisi.
Pada saat itu, kerusuhan anti-Tionghoa terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Banyak bangunan milik orang Tionghoa terbakar hingga runtuh. Mereka juga menargetkan orang-orang yang mereka anggap sebagai "cukong" dan "kroni" penguasa Soeharto.
Salim Group, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh ciri khas ini, menjadi target sasaran dari kerusuhan itu. Pada saat itu, kerusuhan anti-Tionghoa berupa penjarahan dan pembakaran terhadap bangunan milik orang Tionghoa.
Sebagai contoh, Bank Central Asia (BCA), yang dipimpin oleh Liem Sioe Liong, menjadi target utama dari kerusuhan itu. Banyak cabang BCA yang terbakar hingga runtuh, sehingga akhirnya, BCA diambil alih oleh pemerintah karena kondisi keuangannya semakin berdarah-darah tak tertolong.
Meski begitu, pukulan telak ini tidak hanya menyerang BCA saja. Indofood juga mendapat serangan, dengan pabriknya di Solo dijarah dan dibakar hingga menelan kerugian Rp 42 miliar. Pusat distribusinya di Tangerang juga hancur dijarah massa.
Namun, kerajaan bisnis Salim Group tetap bertahan. Meskipun hanya memiliki satu cabang yang masih bisa bertahan yaitu Indocement. Setelah itu, Anthony Salim dan keluarganya mulai berinvestasi di beberapa sektor, seperti migas, konstruksi, perbankan, hingga data center.
Sekarang, 25 tahun setelah kejadian memilukan itu, bisnis keluarga Salim Group terus mengalami kemajuan dan berkembang pesat. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, tetapi mereka berhasil untuk bertahan dan bahkan mengalahkan kompetisi.