Kemenperin terus menekankan pentingnya hilirisasi silika, komoditas berharga yang digunakan dalam berbagai industri. Menurut Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier, silika memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. "Silika ini digunakan sebagai bahan baku bagi industri hilir seperti ban, kaca, semen, dan semikonduktor," kata Taufiek.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pasokan silika di Indonesia mencapai 27 miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar atas grafit, komoditas yang sangat dibutuhkan oleh industri pelumas, elektronik, komposit, dan otomotif.
Taufiek mengatakan bahwa grafit dapat diproduksi dari sumber daya potensial lainnya seperti kokas minyak bumi dan batu bara. "Grafit merupakan komoditas strategis bagi industri tersebut," katanya. Direktorat Jenderal IKFT Kemenperin telah meluncurkan dua program prioritas nasional industrialisasi bahan galian non-logam pada 2024, yaitu industrialisasi silika menjadi wafer silikon dan industrialisasi grafit untuk menunjang ekosistem industri kendaraan listrik (EV) nasional.
Kemenperin juga telah melakukan kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung untuk melakukan kajian pengolahan dan/atau pemurnian silika menjadi metallurgical-grade silicon berbasis sumber daya mineral nasional. Selain itu, Direktorat Jenderal IKFT akan menyusun kajian teknologi pemurnian grafit alam dan pengolahan grafit sintetis beserta analisis ekonomi untuk implementasi industri di Indonesia.
Taufiek juga menjelaskan bahwa hasil kajian tidak sekadar menjadi referensi menyusun kebijakan, tetapi juga memastikan pengembangan dan pemanfaatan teknologi di sektor pengolahan mineral dapat sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pasokan silika di Indonesia mencapai 27 miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar atas grafit, komoditas yang sangat dibutuhkan oleh industri pelumas, elektronik, komposit, dan otomotif.
Taufiek mengatakan bahwa grafit dapat diproduksi dari sumber daya potensial lainnya seperti kokas minyak bumi dan batu bara. "Grafit merupakan komoditas strategis bagi industri tersebut," katanya. Direktorat Jenderal IKFT Kemenperin telah meluncurkan dua program prioritas nasional industrialisasi bahan galian non-logam pada 2024, yaitu industrialisasi silika menjadi wafer silikon dan industrialisasi grafit untuk menunjang ekosistem industri kendaraan listrik (EV) nasional.
Kemenperin juga telah melakukan kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung untuk melakukan kajian pengolahan dan/atau pemurnian silika menjadi metallurgical-grade silicon berbasis sumber daya mineral nasional. Selain itu, Direktorat Jenderal IKFT akan menyusun kajian teknologi pemurnian grafit alam dan pengolahan grafit sintetis beserta analisis ekonomi untuk implementasi industri di Indonesia.
Taufiek juga menjelaskan bahwa hasil kajian tidak sekadar menjadi referensi menyusun kebijakan, tetapi juga memastikan pengembangan dan pemanfaatan teknologi di sektor pengolahan mineral dapat sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat.