Bertambahnya biaya di setiap rumah sakit membuat ibu hamil Irene Sokoy tidak menyanggupi untuk melahirkan. Ia kemudian meninggal dunia setelah ditolak di empat rumah sakit di Jayapura, Papua.
Irene pertama kali mengunjungi RSUD Yowari, Jayapura, untuk menjalani pemeriksaan oleh dokter spesialis obgyn. Ia kemudian dirujuk ke RS Dian Harapan, setelah kondisinya meningkat dan bayi dalam kandungannya berukuran besar.
Namun, ketika Irene mencoba menjalani operasi caesar di rumah sakit itu, ia tidak bisa karena tidak ada dokter anestesi. Ia kemudian dirujuk ke RS Abepura, yang mengalami keterbatasan ruang operasi. Bayi dalam kandungannya tetap berukuran besar dan tak bisa dilahirkan secara normal.
Irene kembali di tolak setelah dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara, yang memiliki fasilitas rawat inap yang lebih baik. Namun, ia tidak bisa menjalani operasi caesar karena biaya yang terlalu mahal. Ia kemudian meninggal dunia saat berada di rumah sakit itu setelah alergi terjadi dan diperlukan perawatan CPR.
"Kami sangat sedih dengan kejadian ini," kata Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, Yuli Astuti Saripawan, dalam konferensi pers.
Irene pertama kali mengunjungi RSUD Yowari, Jayapura, untuk menjalani pemeriksaan oleh dokter spesialis obgyn. Ia kemudian dirujuk ke RS Dian Harapan, setelah kondisinya meningkat dan bayi dalam kandungannya berukuran besar.
Namun, ketika Irene mencoba menjalani operasi caesar di rumah sakit itu, ia tidak bisa karena tidak ada dokter anestesi. Ia kemudian dirujuk ke RS Abepura, yang mengalami keterbatasan ruang operasi. Bayi dalam kandungannya tetap berukuran besar dan tak bisa dilahirkan secara normal.
Irene kembali di tolak setelah dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara, yang memiliki fasilitas rawat inap yang lebih baik. Namun, ia tidak bisa menjalani operasi caesar karena biaya yang terlalu mahal. Ia kemudian meninggal dunia saat berada di rumah sakit itu setelah alergi terjadi dan diperlukan perawatan CPR.
"Kami sangat sedih dengan kejadian ini," kata Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, Yuli Astuti Saripawan, dalam konferensi pers.