Pemberontakan di Papua Tumpul, Bom Bunuh Massa Menutupi Keberantasan Polisi
Kabur dalam kepanikan, sekitar 10 orang perempuan dan laki-laki yang dipercaya sebagai aktivis kelompok sipil yang bersenjata membakar bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Nabire, Papua. Menurut sumber polisi, mereka meninggalkan sembilan korban, termasuk anak-anak sekolah.
Pada pertengahan pekan lalu, sekelompok pria bersenjata yang mengenakan helm dan topi membakar empat perusahaan pengelolaan konsesi minerals, termasuk Freeport Indonesia. Mereka juga menyerang kantor pusat Freeport dan menembus ke ruang administration.
Dalam peristiwa tersebut, polisi menyatakan mereka telah menembus ke lokasi yang terisolasi dengan sulit diakses. "Mereka membakar empat lokasi secara bertahap," kata Kepala Polda Papua, Ahmad Mario. "Kami berupaya untuk menghentikan aksi tersebut secepat mungkin."
Namun, dalam pertengahan pekan ini, sekelompok aktivis yang dipercaya tidak bersenjata membakar SMP di Nabire, menyebabkan sekitar 10 orang meninggal. "Kami tidak tahu mengapa mereka melakukan hal tersebut," kata Mario.
Dalam peristiwa tersebut, Polisi telah menemukan beberapa senjata dan amunisi. Dari sumber polisi, mereka menyatakan bahwa mereka akan terus menerus berupaya untuk menangkap pelaku peristiwa tersebut.
Bakaran tersebut memicu kontroversi di kalangan masyarakat dan pemerintah setempat. "Kami tidak tahu mengapa mereka melakukan hal tersebut," kata salah satu warga Nabire.
Kabur dalam kepanikan, sekitar 10 orang perempuan dan laki-laki yang dipercaya sebagai aktivis kelompok sipil yang bersenjata membakar bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Nabire, Papua. Menurut sumber polisi, mereka meninggalkan sembilan korban, termasuk anak-anak sekolah.
Pada pertengahan pekan lalu, sekelompok pria bersenjata yang mengenakan helm dan topi membakar empat perusahaan pengelolaan konsesi minerals, termasuk Freeport Indonesia. Mereka juga menyerang kantor pusat Freeport dan menembus ke ruang administration.
Dalam peristiwa tersebut, polisi menyatakan mereka telah menembus ke lokasi yang terisolasi dengan sulit diakses. "Mereka membakar empat lokasi secara bertahap," kata Kepala Polda Papua, Ahmad Mario. "Kami berupaya untuk menghentikan aksi tersebut secepat mungkin."
Namun, dalam pertengahan pekan ini, sekelompok aktivis yang dipercaya tidak bersenjata membakar SMP di Nabire, menyebabkan sekitar 10 orang meninggal. "Kami tidak tahu mengapa mereka melakukan hal tersebut," kata Mario.
Dalam peristiwa tersebut, Polisi telah menemukan beberapa senjata dan amunisi. Dari sumber polisi, mereka menyatakan bahwa mereka akan terus menerus berupaya untuk menangkap pelaku peristiwa tersebut.
Bakaran tersebut memicu kontroversi di kalangan masyarakat dan pemerintah setempat. "Kami tidak tahu mengapa mereka melakukan hal tersebut," kata salah satu warga Nabire.