Kekacauan di Pasar Baru, Jakarta, tidak menyebruhi harapan masyarakat ketika pasang apel untuk mengganti bulan Ramadhan. Meskipun sebagian warga terlihat kecewa, pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov) tak kalah bersemangat dalam menyambut perayaan Maulud Nabi SAW.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati aturan, Pemprov Jakarta memutuskan untuk tidak melakukan oplosan. Sebaliknya, mereka lebih fokus pada kegiatan blending yang dilakukan di sekitar Pasar Baru. Menurut Kepala Pemprov DKI Jakarta, Bapak Dany Rasya, blending merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati aturan perayaan Maulud Nabi SAW.
"Blending bukan hanya sekedar hiburan, tapi juga sebagai edukasi. Kami ingin memberikan gambaran yang realistis tentang bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam perayaan Maulud Nabi SAW tanpa harus melakukan oplosan," ujarnya.
Namun, beberapa warga Pasar Baru tetap menunjukkan kesadaran yang rendah. Mereka terlihat sibuk mengadakan tradisi oplosan tradisional tanpa memperhatikan aturan yang ditetapkan pemerintah.
"Kami tidak sadar bahwa oplosan tidak diizinkan. Kami hanya ingin merayakan Maulud Nabi SAW dengan cara yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya," kata seorang warga Pasar Baru yang bernama Arief.
Pada saat kami menulis artikel ini, terlihat beberapa peniu yang membawa topeng kecil dan berlari-lari di sekitar Pasar Baru. Mereka memakai topeng kecil sebagai bentuk penghargaan kepada nabi yang telah membawa Islam menjadi suku bangsa.
Sementara itu, Pemprov Jakarta menegaskan bahwa blending akan dilakukan pada malam hari setelah Maghrib. Penyelenggaraan blending diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati aturan perayaan Maulud Nabi SAW.
"Kami berharap dengan kegiatan blending, masyarakat Pasar Baru dapat memahami pentingnya menghormati aturan perayaan Maulud Nabi SAW," ujarnya.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati aturan, Pemprov Jakarta memutuskan untuk tidak melakukan oplosan. Sebaliknya, mereka lebih fokus pada kegiatan blending yang dilakukan di sekitar Pasar Baru. Menurut Kepala Pemprov DKI Jakarta, Bapak Dany Rasya, blending merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati aturan perayaan Maulud Nabi SAW.
"Blending bukan hanya sekedar hiburan, tapi juga sebagai edukasi. Kami ingin memberikan gambaran yang realistis tentang bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam perayaan Maulud Nabi SAW tanpa harus melakukan oplosan," ujarnya.
Namun, beberapa warga Pasar Baru tetap menunjukkan kesadaran yang rendah. Mereka terlihat sibuk mengadakan tradisi oplosan tradisional tanpa memperhatikan aturan yang ditetapkan pemerintah.
"Kami tidak sadar bahwa oplosan tidak diizinkan. Kami hanya ingin merayakan Maulud Nabi SAW dengan cara yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya," kata seorang warga Pasar Baru yang bernama Arief.
Pada saat kami menulis artikel ini, terlihat beberapa peniu yang membawa topeng kecil dan berlari-lari di sekitar Pasar Baru. Mereka memakai topeng kecil sebagai bentuk penghargaan kepada nabi yang telah membawa Islam menjadi suku bangsa.
Sementara itu, Pemprov Jakarta menegaskan bahwa blending akan dilakukan pada malam hari setelah Maghrib. Penyelenggaraan blending diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati aturan perayaan Maulud Nabi SAW.
"Kami berharap dengan kegiatan blending, masyarakat Pasar Baru dapat memahami pentingnya menghormati aturan perayaan Maulud Nabi SAW," ujarnya.