Kehadiran AI & Green Jobs Berdampak ke Produktivitas Pekerja RI

Tantangan Kehadiran AI dan Green Jobs Terkait Produktivitas Pekerja di Indonesia

Dalam era digital yang semakin cepat berkembang, transformasi dunia kerja didorong oleh kemunculan akal imitasi (AI) dan tuntutan green jobs mengancam relevansi tenaga kerja Indonesia. Menurut Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, kebijakan peningkatan kompetensi melalui skilling, upskilling, dan reskilling menjadi strategi utama agar tenaga kerja Indonesia tidak tergantikan.

Data menunjukkan bahwa 53 persen pekerja memiliki pendidikan SD-SMP yang berpotensi tertinggal dalam disrupsi teknologi. Selanjutnya, hanya 13 persen yang merupakan lulusan universitas dan diploma. Hal ini memerlukan pendekatan khusus agar seluruh tenaga kerja dapat beradaptasi dengan tuntutan era digital dan transisi energi.

Untuk mengantisipasi ancaman ini, Kementerian Ketenagakerjaan telah meluncurkan berbagai inisiatif strategis. Langkah pertama adalah penyiapan ekosistem melalui pembangunan jejaring internasional dengan Asian Productivity Organization (APO) dan penyelenggaraan Indonesian Productivity Summit secara tahunan.

Selain itu, dibangun pula Productivity Center dan Productivity Clinics di perguruan tinggi dan balai vokasi. Pada aspek peningkatan SDM, telah disiapkan sertifikasi Priority Specialist dari APO dan pembaruan standar kompetensi.

Tahun depan, Kementerian Ketenagakerjaan berencana melakukan intervensi langsung untuk peningkatan produktivitas ke perusahaan-perusahaan. Langkah ini didukung oleh Productivity Center dan Productivity Clinics yang telah dibangun.
 
Gue pikir masalahnya gini, kalau kita fokus terlalu banyak pada AI dan green jobs, lalu tenaga kerja Indonesia tidak ada kemampuan untuk beradaptasi. Maksudnya, jika kita hanya fokus pada hal-hal baru saja muncul, lalu lupa tentang hal-hal yang sudah ada di sini, seperti kompetensi pekerjaan yang sudah ada sebelumnya. Bayangkan kalau semua pekerja harus belajar dari awal lagi, itu gak masuk akal.
 
Aku rasa kalau kita harus beradaptasi dengan era digital, kita juga harus belajar bagaimana menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas! πŸ€–πŸ’» Kita bisa menjadi lebih efisien dan cepat dalam bekerja, jadi tidak ada perlu khawatir akan gantian oleh AI. 😊
 
Aku pikir sih kalau pemerintah harus fokus buat meningkatkan akses kompetensi bagi pekerja SD-SMP ya, kalau mereka bisa diberikan peluang untuk belajar sekolah di tempat yang lebih nyaman dan biaya murah, tentu apanya akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bekerja sama dengan teknologi. Lalu, pemerintah juga harus buat sistem pendidikan yang fleksibel, jadi kalau pekerja ingin belajar atau beralih profesi, mereka bisa melakukannya tanpa harus dihentikan kerja.
 
AI gak bisa menggantikan manusia di Indonesia, apalagi kalau kita harus beradaptasi dengan teknologi yang masih belum sempurna. Sertifikasi apa pun tidak akan membantu kalau kita nggak bisa belajar dengan metode yang benar dan tidak ada waktu untuk belajar.

Saya pikir pemerintah kudu fokus pada hal lain, seperti meningkatkan akses internet di pedesaan dan memperbaiki infrastruktur jaringan. Kalau mau ingin meningkatkan produktivitas pekerja, harus mulai dari hal-hal sederhana seperti memberikan upah yang adil dan bukan hanya fokus pada kompetensi pekerja.
 
omong omong, aku pikir kalau kita Indonesia harus fokus meningkatkan kompetensi pekerja terutama di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). menurut data dari badan pusatstatistik (BPS), pada 2024 hanya sekitar 25% pekerja memiliki kemampuan kompetensi tinggi di bidang TIK. itu masih jauh dari target yang diinginkan. πŸ“Š

selain itu, aku pikir kita harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya upskilling dan reskilling di kalangan pekerja. banyak orang tergantung pada pendidikan formal untuk mendapatkan pekerjaan, tapi sekarang era digital membutuhkan kemampuan yang lebih fleksibel dan adaptif. πŸ“ˆ

saya juga lihat perlu adanya koordinasi yang baik antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri untuk meningkatkan produktivitas kerja di Indonesia. kita harus bekerja sama untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih ramah dengan perkembangan teknologi 🀝
 
aiya, sepertinya golembongan AI itu gak bisa dihalangi, kan? tapi apa yang pasti kita harus sambut dengan siap, ya. mungkin kita perlu fokus pada upskilling dan reskilling pekerja di Indonesia agar tidak tertinggal. karena ternyata 53 persen pekerja tinggal di level SD-SMP, itu ngga bisa diharapkan untuk beradaptasi dengan era digital yang semakin cepat. tapi ada gampangnya, kita coba buat program yang lebih fleksibel dan efektif agar semuanya bisa belajar bersama-sama πŸ€”πŸ’»
 
AI dan green jobs pasti menjadi ganti rugi bagi pekerja Indonesia, kan? Mereka harus belajar kembali beradaptasi dengan teknologi yang makin canggih. Saya rasa pemerintah sudah mulai merenungkan hal ini, tapi masih banyak yang harus dilakukan. Kita harus terus mendukung inisiatif-inisiatif yang sudah ada dan memberikan dorongan bagi pekerja untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi. Saya harap pemerintah bisa membuat strategi yang lebih baik agar tidak ada siapa pun yang tertinggal di belakang. πŸ€–πŸ’Ό
 
AI ini benar-benar membuat kita pingsu kan? Nah, sepertinya govt Indonesia already start think about ini. Mereka harus memastikan bahwa pekerja tidak ketinggalan jaman πŸ˜‚. Aku yakin mereka akan melakukan banyak hal untuk membantu pekerja ini, seperti program skilling dan upskilling agar pekerja dapat belajar dari AI dan tidak tertinggal. Tapi aku masih ragu-ragu, siapa nanti yang akan terlibat dalam kerja sama ini? Dan apa itu benar-benar bagus dengan pembangunan Produkivti Center dan Productivity Clinics ya?
 
Gue pikir kalau kita harus beradaptasi dengan AI dan green jobs, kita harus punya kemampuan lainnya seperti kreatifitas, empati, dan problem solving πŸ€”. Kita tidak perlu khawatir karena AI bisa membantu kita dalam melakukan pekerjaan yang lebih efisien, tapi kita perlu fokus pada bagaimana kita dapat bekerja sama dengan AI tersebut 😊. Kita harus belajar untuk bekerja sama dan berbagi informasi agar kita semua dapat semakin Produktif πŸ“ˆ.
 
Saya tidak biasa ngomong hal ini tapi kayaknya kita harus fokus pada bagaimana kita bisa jaga kualitas hidup kita sendiri ya... AI dan green jobs pasti akan mempengaruhi banyak pekerja di Indonesia, tapi apa kita punya rencana untuk menghadapinya? Saya rasa kita perlu berfokus pada meningkatkan kompetensi kita sendiri sebelum terlambat. Kita harus belajar bagaimana bisa beradaptasi dengan teknologi dan energi yang semakin canggih... saya harap pemerintah bisa memberikan bantuan yang cukup untuk para pekerja di Indonesia ya πŸ€”πŸ’»
 
AI di era digital ini pasti membuat kerja kita menjadi lebih cepat tapi juga membuat kita kurang dari sekarang, kira-kira harus belajar ngabisin teknologi lagi πŸ€–πŸ“Š. Nih, cara caranya kayaknya harus ada skilling dan reskilling yang serius buat semua orang, tidak hanya lulusan universitas atau diploma aja. Aku pikir ini penting banget agar kita tetap relevan di era digital ini.
 
[Image of a robot with a sad face] AI sedang datang, tapi kita harus ngurus diri ya πŸ€–πŸ˜”. Kalau ga terbiasa, kayaknya gak bakal bisa melawan teknologi πŸ“ŠπŸ’».

[ GIF of a person trying to adapt to new technology ] Bayangkan dulu kalau kita harus belajar segala sesuatu dari awal πŸ’‘πŸŽ―. Sekarang, kita harus cepat dan cerdas agar tidak ketinggalan mode ini πŸ•°οΈπŸ’¨.

[Image of a factory with robots] Kita harus bikin tenaga kerja Indonesia lebih produktif, tapi juga harus ngatur agar teknologi jangan menggantikan kita πŸ€–πŸ“ˆ. Prioritasnya, kita harus belajar untuk bekerja sama dengan teknologi, bukan melawan ya πŸ€πŸ’».

[ GIF of a person working with technology ] Saya pikir, kalau kita bisa fokus pada hal positif, seperti bagaimana kita bisa menggunakan teknologi untuk membuat hidup lebih baik πŸŒŸπŸ“ˆ.
 
Gue pikir kalau kita harus terus belajar untuk bisa kompeten di era digital, gue rasa kita harus terus fokus utamanya pada aspek keterampilan dan pengetahuan πŸ’‘. Karena jika kita tidak bisa naikkan keterampilan kita sendiri, maka kita akan tertinggal oleh generasi muda yang lebih kompeten πŸ€–. Gue juga rasa pemerintah harus terus mendukung pendidikan dan pelatihan untuk membantu kita meningkatkan kompetensi πŸ’ͺ.
 
ai ya... biar gak terlewat, kalo lagi ada tranding teknologi kayak AI dan green jobs, kita harus paham dulu apa yang bakal terjadi di industri kita. kalau gak belajar, kemungkinan bakal kehilangan pekerjaan! misalnya, 53 persen orang SMP udah berpotensi kehilangan pekerjaan karena teknologi yang canggih. kalo gak ada langkah tegas, pasti kerugian banyak orang. tapi, kalau kita belajar dan meningkatkan kompetensi kita, bakal menjadi peluang baru! misalnya, Kementerian Ketenagakerjaan punya strategi yang jelas untuk mengantisipasi hal ini. kayaknya kita harus mendukung dan belajar dari mereka juga.
 
AI pasti mengguncang dunia kerja kita πŸ€–, tapi aku pikir strategi skilling, upskilling, dan reskilling itu nggak cukup banget πŸ˜…. Aku melihat banyak pekerja yang perlu diarahin untuk bisa beradaptasi dengan teknologi. Sepertinya kalau hanya melalui sertifikasi Prioritasi Specialist aja tidak cukup πŸ€”. Maukan biayanya mahal dan harusnya ada pendidikan terstruktur yang lebih baik lagi πŸ“š.

Aku khawatir bila hanya fokus pada kompetensi saja, tapi tidak termasuk bagaimana pekerja bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja. Apa itu strategi ke-kerja sama dengan teknologi? 🀝

Dan aku rasa kalau kita harus melibatkan masyarakat dalam hal ini, bukan hanya perusahaan dan pemerintah 🌟. Kita harus membuat sistem yang lebih berkelanjutan dan tidak hanya fokus pada produktivitas saja 🌿
 
AI dan green jobs memang membuat banyak pekerja merasa lemah, apa sifatnya teknologi itu sih? Benar bahwa 53% dari pekerja hanya SD-SMP, tapi apa salahnya kita fokus pada pengembangan SDM yang lebih baik dulu? Saya pikir pendekatan yang lebih baik adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di sekolah-sekolah, bukan hanya memperkenalkan sertifikasi atau program reskilling.
 
kembali
Top