Dusun Pijiombo, Desa Ngadirenggo, Blitar Jawa Timur, mengalami perubahan dramatis setelah warga desa berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro yang dapat memberikan listrik selama 24 jam. Sebelumnya, desa ini tidak memiliki akses ke listrik dan hanya menggunakan lampu minyak, sehingga malam hari menjadi gelap.
Dwi Anggono, seorang warga desa yang memiliki ide untuk memanfaatkan derasnya air sungai sebagai sumber energi, menjadi tokoh penting dalam perjuangan ini. Ia mengusulkan membuat kincir air yang dapat menghasilkan listrik dan mendapatkan dukungan dari warga lainnya. Setelah beberapa bulan belajar dan merancang, mereka berhasil membangun sembilan kincir air di Sungai Tempursari dengan teknologi sederhana.
Kincir air ini dipasang di lokasi yang memiliki debit air cukup besar, sehingga dapat menghasilkan listrik. Namun, pada awalnya, listrik yang dihasilkan hanya 5 watt dan hanya tersedia untuk satu lampu malam hari. Warga desa sangat bersyukur dengan adanya listrik ini, tetapi Dwi dan warga lainnya tidak puas dengan kuantitas listrik yang dihasilkan.
Dwi Anggono kemudian mengajukan ide untuk meningkatkan kuantitas listrik yang dihasilkan dari kincir air. Ia bekerja sama dengan Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur dan PT PLN UID Jawa Timur untuk meningkatkan teknologi kincir air ini. Setelah beberapa bulan kerja sama, mereka berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro yang dapat memberikan listrik selama 24 jam.
Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro ini menggunakan gerak rotasi kincir udara dan transmisi sederhana untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Teknologi ini sangat efektif dalam memanfaatkan derasnya arus sungai yang membelah desa.
Setelah terwujud, Dusun Pijiombo mulai terang pada malam hari, dan 28 Kepala Keluarga (KK) dapat menikmati listrik selama 24 jam secara gratis. Warga desa sangat bersyukur dengan adanya listrik ini dan dapat memanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, seperti menyalakan televisi, mengisi daya ponsel, dan membangun usaha yang membutuhkan listrik.
Kisah Dusun Pijiombo adalah contoh inspiratif tentang semangat pantang menyerah yang dapat mengubah takdir. Warga desa tidak menyerah walaupun mereka menghadapi keterbatasan, tetapi mereka bekerja sama dan mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk menciptakan peradaban desa yang berbasis energi bersih.
Dwi Anggono, seorang warga desa yang memiliki ide untuk memanfaatkan derasnya air sungai sebagai sumber energi, menjadi tokoh penting dalam perjuangan ini. Ia mengusulkan membuat kincir air yang dapat menghasilkan listrik dan mendapatkan dukungan dari warga lainnya. Setelah beberapa bulan belajar dan merancang, mereka berhasil membangun sembilan kincir air di Sungai Tempursari dengan teknologi sederhana.
Kincir air ini dipasang di lokasi yang memiliki debit air cukup besar, sehingga dapat menghasilkan listrik. Namun, pada awalnya, listrik yang dihasilkan hanya 5 watt dan hanya tersedia untuk satu lampu malam hari. Warga desa sangat bersyukur dengan adanya listrik ini, tetapi Dwi dan warga lainnya tidak puas dengan kuantitas listrik yang dihasilkan.
Dwi Anggono kemudian mengajukan ide untuk meningkatkan kuantitas listrik yang dihasilkan dari kincir air. Ia bekerja sama dengan Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur dan PT PLN UID Jawa Timur untuk meningkatkan teknologi kincir air ini. Setelah beberapa bulan kerja sama, mereka berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro yang dapat memberikan listrik selama 24 jam.
Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro ini menggunakan gerak rotasi kincir udara dan transmisi sederhana untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Teknologi ini sangat efektif dalam memanfaatkan derasnya arus sungai yang membelah desa.
Setelah terwujud, Dusun Pijiombo mulai terang pada malam hari, dan 28 Kepala Keluarga (KK) dapat menikmati listrik selama 24 jam secara gratis. Warga desa sangat bersyukur dengan adanya listrik ini dan dapat memanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, seperti menyalakan televisi, mengisi daya ponsel, dan membangun usaha yang membutuhkan listrik.
Kisah Dusun Pijiombo adalah contoh inspiratif tentang semangat pantang menyerah yang dapat mengubah takdir. Warga desa tidak menyerah walaupun mereka menghadapi keterbatasan, tetapi mereka bekerja sama dan mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk menciptakan peradaban desa yang berbasis energi bersih.