DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) menyatakan kekecewaan atas ketidakpastian pencegahan kasus perundungan yang menargetkan seorang siswi SMA di Jakarta, Angga. Meskipun telah melaporkan isu tersebut, sekolah yang menjadi lokasi kejadian belum mendapatkan sanksi tegas dari pihak berwenang.
Bisnis Indonesia mengungkapkan bahwa kasus ini terjadi pada bulan lalu di sebuah SMA di Jakarta Barat. Siswa perempuan itu dikatakan telah menerima ancaman dan perumpaman oleh seorang siswa laki-laki yang merupakan teman kelompoknya. Kasus tersebut kemudian melibatkan beberapa orang lain.
DPR menyimpulkan bahwa sekolah tersebut tidak memiliki tindakan yang efektif untuk mengatasi isu ini. Oleh karena itu, parlemen mengajukan keinginan untuk memberikan sanksi tegas kepada sekolah tersebut jika pihak berwenang tidak melakukan langkah-langkah yang tepat.
"Kita sudah melaporkan kasus ini, tapi masih banyak hal yang belum terpecahkan," kata anggota DPR yang memimpin tim investigasi. "Sekolah harus bertanggung jawab atas keamanan siswa-siswi mereka."
Ditambahkan bahwa pihak sekolah telah mengaku bertanggung jawab dan meminta maaf atas aksi yang dilakukan oleh seorang siswa laki-laki itu. Namun, DPR berpendapat bahwa upaya tersebut tidak cukup.
"Sekolah harus lebih serius dalam menangani kasus seperti ini," kata anggota DPR lainnya. "Mereka harus menyediakan pelatihan untuk guru-guru dan staf sekolah tentang bagaimana menghadapi kasus kekerasan seksual atau bullying."
Bisnis Indonesia mengungkapkan bahwa kasus ini terjadi pada bulan lalu di sebuah SMA di Jakarta Barat. Siswa perempuan itu dikatakan telah menerima ancaman dan perumpaman oleh seorang siswa laki-laki yang merupakan teman kelompoknya. Kasus tersebut kemudian melibatkan beberapa orang lain.
DPR menyimpulkan bahwa sekolah tersebut tidak memiliki tindakan yang efektif untuk mengatasi isu ini. Oleh karena itu, parlemen mengajukan keinginan untuk memberikan sanksi tegas kepada sekolah tersebut jika pihak berwenang tidak melakukan langkah-langkah yang tepat.
"Kita sudah melaporkan kasus ini, tapi masih banyak hal yang belum terpecahkan," kata anggota DPR yang memimpin tim investigasi. "Sekolah harus bertanggung jawab atas keamanan siswa-siswi mereka."
Ditambahkan bahwa pihak sekolah telah mengaku bertanggung jawab dan meminta maaf atas aksi yang dilakukan oleh seorang siswa laki-laki itu. Namun, DPR berpendapat bahwa upaya tersebut tidak cukup.
"Sekolah harus lebih serius dalam menangani kasus seperti ini," kata anggota DPR lainnya. "Mereka harus menyediakan pelatihan untuk guru-guru dan staf sekolah tentang bagaimana menghadapi kasus kekerasan seksual atau bullying."