Kelompok relawan loyalis Joko Widodo yang bernama Projo sebenarnya berasal dari nama organisasi itu sendiri, bukan akronim dari "Pro Jokowi". Menurut Budi Arie Setiadi, ketua umum kelompok relawan tersebut, nama Projo sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "negeri" dan dalam Jawa Kawi berarti "rakyat". Itulah makna sebenarnya dari nama organisasi ini, bukan hanya sebagai simbol loyalitas kepada Presiden ke-7 RI.
"Budi Arie menjelaskan bahwa Projo adalah kaum rakyat yang mencintai negara dan rakyatnya," kata Budi di Kongres III Projo. "Jadi kita tidak bisa dipisahkan dari kehadiran Jokowi, tapi juga ada kehadiran Jokowi dipisahkan dari kehadiran Projo," katanya.
Projo sendiri lahir menjelang Pilpres 2014 silam dan dideklarasikan sekitar akhir 2013. Kelompok relawan ini diciptakan oleh simpatisan PDIP yang merasa tidak puas dengan wacana Megawati-Jokowi di Pilpres 2014. Mereka kemudian menandatangani jujur sumpah dan menyebutkan diri sebagai "Projo" sebagai simbol keinginannya mendukung Jokowi menjadi Presiden.
Setelah itu, Projo kembali muncul dalam konteks Pilpres 2019. Mereka setia di barisan Jokowi yang maju bersama KH Ma'ruf Amin. Setelah Jokowi-Ma'ruf berhasil memenangkan Pilpres, Budi pun masuk ke kabinet dan duduk sebagai Wamen Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi hingga 2023.
Namun, setelah Pilpres 2019, Projo sempat mengalami konflik internal. Mereka merapat ke Prabowo yang pada dua pilpres sebelumnya berhadapan dengan mereka. Hasilnya, Prabowo-Gibran pun tampil sebagai pemenang di Pilpres 2024.
Saat ini, Budi kembali masuk ke kabinet dan duduk sebagai Menteri Koperasi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran. Meski begitu, perbedaan antara Projo dengan Jokowi masih terkesan ketika di Pilpres 2024, Prabowo maju bersama putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
"Budi Arie menjelaskan bahwa Projo adalah kaum rakyat yang mencintai negara dan rakyatnya," kata Budi di Kongres III Projo. "Jadi kita tidak bisa dipisahkan dari kehadiran Jokowi, tapi juga ada kehadiran Jokowi dipisahkan dari kehadiran Projo," katanya.
Projo sendiri lahir menjelang Pilpres 2014 silam dan dideklarasikan sekitar akhir 2013. Kelompok relawan ini diciptakan oleh simpatisan PDIP yang merasa tidak puas dengan wacana Megawati-Jokowi di Pilpres 2014. Mereka kemudian menandatangani jujur sumpah dan menyebutkan diri sebagai "Projo" sebagai simbol keinginannya mendukung Jokowi menjadi Presiden.
Setelah itu, Projo kembali muncul dalam konteks Pilpres 2019. Mereka setia di barisan Jokowi yang maju bersama KH Ma'ruf Amin. Setelah Jokowi-Ma'ruf berhasil memenangkan Pilpres, Budi pun masuk ke kabinet dan duduk sebagai Wamen Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi hingga 2023.
Namun, setelah Pilpres 2019, Projo sempat mengalami konflik internal. Mereka merapat ke Prabowo yang pada dua pilpres sebelumnya berhadapan dengan mereka. Hasilnya, Prabowo-Gibran pun tampil sebagai pemenang di Pilpres 2024.
Saat ini, Budi kembali masuk ke kabinet dan duduk sebagai Menteri Koperasi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran. Meski begitu, perbedaan antara Projo dengan Jokowi masih terkesan ketika di Pilpres 2024, Prabowo maju bersama putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.