JAKARTA, Ternyata Jakarta menjadi wilayah terbanyak laporan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Menurut Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta, sejak awal tahun hingga 1 Desember 2025, terdapat 2.088 laporan kekerasan di seluruh wilayah DKI Jakarta. Tren kasus menunjukkan kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Korban kekerasan yang paling banyak adalah perempuan dewasa (969), anak perempuan (772), dan anak laki-laki (347). Tingginya laporan kasus kekerasan juga menjadi bukti bahwa korban berani melapor.
Jakarta Timur (Jaktim) menjadi wilayah dengan jumlah laporan terbanyak, yaitu 552 kasus tahun 2025 hingga hari ini. Jaktim didominasi kekerasan psikis seperti perundungan, mengejek, mengkritik, atau merendahkan penampilan fisik seseorang.
Iin Mutmainnah, Kepala Dinas PPAPP DKI Jakarta, menyatakan bahwa fenomena tersebut adalah sinyal positif bahwa masyarakat sudah lebih berani bersuara. Warga DKI sudah semakin cerdas dan berani angkat bicara tentang kekerasan.
Namun, Iin juga menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah masalah yang sangat serius dan perlu diatasi secara langsung. Pihaknya akan terus menggencarkan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan melalui rangkaian kampanye 16 hari anti kekerasan.
Lima faktor utama yang memicu tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di ibu kota adalah tekanan ekonomi keluarga, pola asuh keluarga, paparan gawai dan media sosial, lingkungan dan sosial, serta pernikahan dini dan ketimpangan gender.
Korban kekerasan yang paling banyak adalah perempuan dewasa (969), anak perempuan (772), dan anak laki-laki (347). Tingginya laporan kasus kekerasan juga menjadi bukti bahwa korban berani melapor.
Jakarta Timur (Jaktim) menjadi wilayah dengan jumlah laporan terbanyak, yaitu 552 kasus tahun 2025 hingga hari ini. Jaktim didominasi kekerasan psikis seperti perundungan, mengejek, mengkritik, atau merendahkan penampilan fisik seseorang.
Iin Mutmainnah, Kepala Dinas PPAPP DKI Jakarta, menyatakan bahwa fenomena tersebut adalah sinyal positif bahwa masyarakat sudah lebih berani bersuara. Warga DKI sudah semakin cerdas dan berani angkat bicara tentang kekerasan.
Namun, Iin juga menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah masalah yang sangat serius dan perlu diatasi secara langsung. Pihaknya akan terus menggencarkan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan melalui rangkaian kampanye 16 hari anti kekerasan.
Lima faktor utama yang memicu tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di ibu kota adalah tekanan ekonomi keluarga, pola asuh keluarga, paparan gawai dan media sosial, lingkungan dan sosial, serta pernikahan dini dan ketimpangan gender.