Pemerintah DKI Jakarta akan membangun sebanyak empat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) untuk mengubah sampah menjadi energi listrik. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyatakan rencana ini berdasarkan ketersediaan sampah yang besar di daerah tersebut. Pemilukan dan pengelolaan sampah sangat penting dalam menjalankan proyek PLTSa ini.
"Jakarta memang layak untuk memanfaatkan teknologi ini karena sudah memiliki banyak sampah. Namun, kunci dari PLTSa adalah ketersediaan sampah yang baik dan sistem pengumpulan sampah yang efektif," kata Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa.
Fabby menekankan bahwa metode insinerasi membutuhkan minimal 1.000 ton sampah per hari untuk menghasilkan energi listrik, sehingga Jakarta dan daerah-daerah padat penduduk seperti Bodetabek memiliki potensi besar untuk menjalankan PLTSa.
Dengan demikian, Fabby juga menilai bahwa pengelolaan sampah Jakarta sudah cukup baik saat ini. Namun, perlu ditingkatkan kolektif rate pengangkutan sampah sehingga dapat meningkatkan infrastruktur persampahan.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa PLTSa di Jakarta akan dijual dan disalurkan lewat PT PLN. Ini berarti bahwa Pemprov Jakarta tidak lagi dibebankan skema "tipping fee", yaitu biaya yang harus dibayarkan kepada pihak pengelola sampah per tonase sampah dikirimkan.
Pramono juga menyatakan bahwa teknologi PLTSa sudah siap untuk diterapkan. Bahkan, sudah banyak contoh proyek serupa yang dibangun di Singapura, Vietnam, dan Cina. Pembangunan PLTSa di Jakarta sangat penting mengingat setiap harinya Jakarta menyumbang sampah sebanyak 7.700 ton.
Kemudian, Pramono menekankan bahwa pengelolaan sampah menjadi energi akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
"Jakarta memang layak untuk memanfaatkan teknologi ini karena sudah memiliki banyak sampah. Namun, kunci dari PLTSa adalah ketersediaan sampah yang baik dan sistem pengumpulan sampah yang efektif," kata Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa.
Fabby menekankan bahwa metode insinerasi membutuhkan minimal 1.000 ton sampah per hari untuk menghasilkan energi listrik, sehingga Jakarta dan daerah-daerah padat penduduk seperti Bodetabek memiliki potensi besar untuk menjalankan PLTSa.
Dengan demikian, Fabby juga menilai bahwa pengelolaan sampah Jakarta sudah cukup baik saat ini. Namun, perlu ditingkatkan kolektif rate pengangkutan sampah sehingga dapat meningkatkan infrastruktur persampahan.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa PLTSa di Jakarta akan dijual dan disalurkan lewat PT PLN. Ini berarti bahwa Pemprov Jakarta tidak lagi dibebankan skema "tipping fee", yaitu biaya yang harus dibayarkan kepada pihak pengelola sampah per tonase sampah dikirimkan.
Pramono juga menyatakan bahwa teknologi PLTSa sudah siap untuk diterapkan. Bahkan, sudah banyak contoh proyek serupa yang dibangun di Singapura, Vietnam, dan Cina. Pembangunan PLTSa di Jakarta sangat penting mengingat setiap harinya Jakarta menyumbang sampah sebanyak 7.700 ton.
Kemudian, Pramono menekankan bahwa pengelolaan sampah menjadi energi akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.