Setelah melewati hambatan-hambatan yang tak terduga, DION akhirnya menemukan kampus yang membuka jalan bagi mimpinya. Ia yang awalnya merasa kehilangan harapannya akhirnya menemukan kemampuan untuk mengubah nasibnya.
Dion yang lahir dari Medan, Sumatera Utara, memiliki impian yang jelas sejak SMA. Ia ingin melanjutkan kuliah di sebuah kampus besar dan menjadi pebisnis suatu hari nanti. Namun, karena kondisi keluarganya yang tidak memungkinkan, Dion terpaksa mengajukan pilihan untuk membantu orang tua dulu.
Karena itu, dia memilih untuk merantau ke ibu kota Jakarta. Meskipun hidup di ibu kota seringkali membawa kesulitan, Dion tetap berharap dapat menemukan jalan keluar untuk mimpinya. Setiap kali ia melihat orang-orang seumurannya yang mengenakan jas almamater atau memegang buku kuliah di halte bus, pikirannya selalu berhenti sejenak.
Namun, Dion tidak bisa menyerah dan terus mencari cara untuk mewujudkan impian. Ia membaca artikel tentang anak muda yang disebut "NEET" - mereka yang tidak kuliah, tidak bekerja, dan tidak ikut pelatihan apa pun. Jumlahnya jutaan, sebagian besar lulusan SMA dan SMK.
Setelah itu, Dion mulai rajin mencari cara untuk kuliah sambil bekerja. Ia mengikuti kursus online, membaca buku pembelajaran, dan menonton video pengalaman kuliah daring. Dengan demikian, ia sadar bahwa dunia pendidikan di era digital sudah berubah dari yang ia bayangkan.
Dion mulai membentuk ritme baru. Ia belajar untuk membaca, menonton video pembelajaran, dan mencatat hal-hal kecil yang ingin dia pelajari. Tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang menunggu hasilnya semuanya tergantung pada dirinya sendiri. Dengan kemauan yang kuat, Dion akhirnya menemukan kampus yang membuka jalan bagi mimpinya.
Dion menjadi contoh bahwa tidak pernah terlambat untuk berubah dan mencari cara baru. Ia mengingatkan kita semua bahwa belajar bukan hanya tentang tempat, tapi tentang kemauan.
Dion yang lahir dari Medan, Sumatera Utara, memiliki impian yang jelas sejak SMA. Ia ingin melanjutkan kuliah di sebuah kampus besar dan menjadi pebisnis suatu hari nanti. Namun, karena kondisi keluarganya yang tidak memungkinkan, Dion terpaksa mengajukan pilihan untuk membantu orang tua dulu.
Karena itu, dia memilih untuk merantau ke ibu kota Jakarta. Meskipun hidup di ibu kota seringkali membawa kesulitan, Dion tetap berharap dapat menemukan jalan keluar untuk mimpinya. Setiap kali ia melihat orang-orang seumurannya yang mengenakan jas almamater atau memegang buku kuliah di halte bus, pikirannya selalu berhenti sejenak.
Namun, Dion tidak bisa menyerah dan terus mencari cara untuk mewujudkan impian. Ia membaca artikel tentang anak muda yang disebut "NEET" - mereka yang tidak kuliah, tidak bekerja, dan tidak ikut pelatihan apa pun. Jumlahnya jutaan, sebagian besar lulusan SMA dan SMK.
Setelah itu, Dion mulai rajin mencari cara untuk kuliah sambil bekerja. Ia mengikuti kursus online, membaca buku pembelajaran, dan menonton video pengalaman kuliah daring. Dengan demikian, ia sadar bahwa dunia pendidikan di era digital sudah berubah dari yang ia bayangkan.
Dion mulai membentuk ritme baru. Ia belajar untuk membaca, menonton video pembelajaran, dan mencatat hal-hal kecil yang ingin dia pelajari. Tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang menunggu hasilnya semuanya tergantung pada dirinya sendiri. Dengan kemauan yang kuat, Dion akhirnya menemukan kampus yang membuka jalan bagi mimpinya.
Dion menjadi contoh bahwa tidak pernah terlambat untuk berubah dan mencari cara baru. Ia mengingatkan kita semua bahwa belajar bukan hanya tentang tempat, tapi tentang kemauan.