Istana Tak Permasalahkan WNA Pimpin BUMN: Why Not?

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menjelaskan kenapa pemerintah tidak mempermasalahkan kewarganegaraan warga negara asing (WNA) atau ekspatriat yang memimpin Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurutnya, hal itu karena Indonesia tidak boleh menutup diri terhadap adanya WNA yang berkompeten.

Pras menyatakan bahwa aturan bagi WNA di BUMN bukan berarti mengabaikan potensi sumber daya manusia dalam negeri. "Jadi kita juga kemudian jangan kita menutup diri atau mempermasalahkan WNI-WNA-nya. Kalau WNI mampu ya kita dorong, kalau kemudian kita merasa untuk sementara waktu kita membutuhkan skill dan kompetensi dari seseorang yang kebetulan dia WNA, 'mengapa tidak' juga kan gitu," ujar Prasetyo.

Ia mengumpamakan kebutuhan tenaga ahli asing tersebut seperti halnya pelatih sepak bola. Prasetyo menegaskan pemerintah tetap memprioritaskan tenaga kerja dalam negeri, namun tidak menutup potensi pelatih asing untuk memacu produktivitas tenaga dalam negeri tersebut.

"Sama nih seperti dengan pelatih sepak bola, kan mirip-mirip nih kan. Kalau ada pelatih lokal yang bagus ya kita pakai pelatih lokal, tapi kalau kita membutuhkan pelatih asing, ya enggak ada masalah juga. Karena kadang-kadang kita butuh itu untuk memacu kita gitu," katanya.

Lebih jauh, pemerintah juga tidak menutup kemungkinan keterlibatan tenaga kerja asing (TKA) di perusahaan pelat merah lainnya selama berdasar pada kebutuhan. Terlebih, Prasetyo menyebut aturan mengenai WNA boleh memimpin BUMN diatur dalam UU BUMN.

"Tetapi kalau boleh membayangkan ya di industri penerbangan, kemudian juga pasti kita banyak membutuhkan di industri mineral, perminyakan itu pasti kita butuh dan kita enggak boleh menutup diri, kita harus membuka diri untuk memacu kita juga semua supaya menjadi lebih produktif lagi," katanya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memperbolehkan WNA atau ekspatriat memimpin BUMN. Prabowo mengaku sudah mengubah regulasi yang menyebut pemimpin BUMN tidak harus seorang WNI, agar pengelolaan BUMN sesuai dengan standar bisnis internasional.

"Saya telah mengubah regulasi. Sekarang ekspatriat, non-Indonesia, bisa memimpin BUMN kita," ucap Prabowo di acara Forbes Global CEO Conference di Jakarta Selatan.

Di satu sisi, ia mengaku bakal memangkas jumlah BUMN. Kini, terdapat lebih dari 1.000 BUMN. Prabowo hendak memangkas jumlah itu menjadi sekitar 200 perusahaan saja.
 
Gampang-gampang banget ya kena buat kita Indonesia nggak boleh menutup diri terhadap tenaga ahli asing yang berkompeten, kan? 🀝 Sama mirip kayak sepak bola, kalau kita butuh pelatih lokal ya kita pakai, tapi kalau kita membutuhkan pelatih asing, nggak ada masalah juga. Kita harus bisa membuka diri dan menikmati keuntungan dari tenaga ahli yang baik. 🌟
 
Kasihan ya, pemerintah jadi nggak peduli sama-sama siapa memimpin BUMN. Kita tahu kalau WNA bisa jadi lebih baik daripada WNI nih, tapi gini aja jadi aturan? Itu artinya mereka sengaja nggak ingin memperbaiki masalah BUMN kita, tapi malah cari cara untuk mengelabui kita semua. Yang pasti, semakin banyak orang asing yang memimpin BUMN, semakin besar kesempatan mereka untuk mengambil keuntungan dari perusahaan kita πŸ€‘πŸ‘Ž
 
Kalau gitu kayak pelatih sepak bola kan, tapi kalau ingin cepat naik level nggak ada salahnya jadikan ganteng asing nih πŸ˜‚. Tapi serius aja, pemerintah harus fokus memperkuat tenaga kerja lokal dulu, tapi tidak boleh menutup mata jika ada kebutuhan dari luar. Sama-sama kan? πŸ€”
 
Maksudnya kalau WNA bisa jadi mimpin BUMN ya keren banget, tapi kemudian siapa yang akan dipekerjakan? WNI atau WNA? Mereka bilang karena potensi sumber daya manusia dari luar negeri, tapi di mana ada WNA yang berkompeten, kita harus menganggap dia juga sebagai WNI. Nah, kalau kayaknya membutuhkan pelatih sepak bola asing, kayaknya kita punya pelatih sepak bola Indonesia sendiri dulu, ya?

Mengerti kan, ada banyak WNA yang sudah bekerja di BUMN dan sudah bisa dipercaya, tapi kemudian siapa yang akan dipilih? Kalau memang kita ingin meningkatkan produktivitas, tapi juga harus pertimbangkan apa yang benar-benar membutuhkan WNI atau WNA.
 
Bisa kayaknya sih, kalau kita butuh pelatih sepak bola asing juga kira-kira bisa diambil dari luar negeri aja πŸ˜‚. Tapi, secara nasional kita masih harus lebih fokus pada pengembangan tenaga kerja lokal, ya? Kita harus lebih ambil ke depan dengan mengembangkan infrastruktur dan pendidikan agar semakin banyak orang Indonesia yang bisa jadi pelatih sepak bola di masa depan πŸ€”.
 
Lihat aja siapa yang punya keahlian dalam bisnis kayak itu πŸ˜‚πŸ‘€. Kalau dia asing tapi bisa membuat pemerintah suka, apa tidak kan? πŸ€·β€β™‚οΈ. Di sini Indonesia harus jujur, kita butuh orang-orang yang pintar dan ahli untuk membuat kita lebih baik. Kita tidak boleh menutup diri karena takut woga πŸ˜…. Semoga saja pemerintah bisa membuat aturan yang tepat supaya semua orang bisa bersama-sama buka diri kita 🀝🌈.
 
Maksudnya apa sih? Menteri Sekretaris Negara (MSN) itu benar-benar ingin membuka pintu Indonesia bagi WNA yang punya skill dan kompetensi, tapi gak ada batas-batas? Seperti katanya, jika kita membutuhkan pelatih sepak bola asing untuk memacu tim lokal, itu nggak masalah. Tapi apa jadi kalau pelatih asing itu juga ingin menjadi pemimpin BUMN? Gak ada batas-batas sih? Ini kayaknya bikin saya penasaran, bagaimana caranya pemerintah bisa memastikan bahwa WNA yang memimpin BUMN itu nggak justru menutup pintu bagi WNI yang punya skill dan kompetensi sendiri? πŸ€”πŸ’‘
 
Kalau gini kok jadi debat sih, kenapa pemerintah tidak bisa ngatur kan? Seperti kayaknya Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi itu bilang, tapi lho kalau kita punya WNI yang mampu gitu, kapan we nyamanin dia kan? Tapi kalau kita punya WNA yang berkompeten, kapan kita tidak nyamanin dia juga. Nah, jadi pemerintah mau ngatur gini atau tidak, itu kira-kira kayaknya permasalahan kita.
 
gk berasa kecewa banget sih, pemerintah udah buka diri untuk ekspatriat memimpin BUMN, tapi masih banyak yang kurang nyaman dengan hal itu πŸ€”. kalau kayaknya ada pelatih sepak bola asing yang bisa membantu produktivitas kerja di dalam negeri, mending jangan terlambat aja ya πŸ•°οΈ.
 
omg keren banget kalau ada pelatih sepak bola asing bisa masuk ke bumn kita!!! 😍 aku rasa justru bikin keuntungan bagi negara kita πŸ™ sih karena bisa menikmati teknologi dan pengalaman dari luar negeri 🌎 jangan perlu khawatir pemerintah akan menutup diri, semoga ada cara lain untuk membuat kita menjadi lebih produktif πŸ“ˆ
 
Aku pikir itu gampang banget sih kalau pemerintah biarkan WNA memimpin BUMN. Mereka bisa membawa keahlian dan pengalaman dari luar negeri untuk meningkatkan produktivitas di dalam negeri πŸ€”. Aku tidak peduli apakah itu membuat WNI merasa kurang kompetitif, aku rasa itu gampang dibalas dengan membangun pelatihan dan program pendidikan yang lebih baik untuk WNI agar bisa bersaing di pasar internasional πŸ’ͺ.
 
Aku pikir gampang banget nih kalau pemerintah mau mengatur BUMN dengan cara yang konsisten kayak pelatih sepak bola, kayak yang dikatakan Prasetyo Hadi 😊. Tapi aku rasa ada suatu hal yang salah, yaitu tidak ada prioritas untuk meningkatkan kemampuan WNI agar dapat memimpin BUMN itu sendiri πŸ€”. Aku ingin tahu bagaimana strategi pemerintah untuk meningkatkan kemampuan para WNI agar dapat berkompeten dengan WNA atau ekspatriat πŸ“ˆ.
 
Gue pikir pemerintah benar-benar ingin meningkatkan produktivitas Indonesia, tapi apa yang bikin kita rasa kewarganegaraan WNA itu penting? Kalau mereka punya kemampuan yang bagus kok bisa diajak jadi pemimpin BUMN. Tapi aku pikir juga ada yang salah, kalau kita membutuhkan orang asing untuk memacu produktivitas kita, tapi kita juga tidak memperhatikan WNI yang sudah memiliki kemampuan yang bagus. Aku rasa pemerintah harus mencari keseimbangan di sini, bukan hanya fokus pada kebutuhan tenaga kerja asing saja 😊
 
kembali
Top