Iran Kembali Mencari Dendam, Menyita Kapal Tanker Sekutu AS di Selat Hormuz
Dalam upaya balasan terhadap serangan Israel dan Amerika Serikat (AS) pada Juni lalu, Iran kembali mencari dendam dengan menyita sebuah kapal tanker minyak yang berbendera Kepulauan Marshall, Talara. Kapal tanker tersebut sedang berlayar di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA), menuju Singapura.
Pengambilan kapal tanker ini diterima sebagai "aktivitas negara" oleh Pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris, yang mengatakan bahwa dugaan terhadap insiden tersebut. Dengan demikian, Talara harus mengubah arah ke perairan teritorial Iran.
Perang 12 hari pada Juni lalu di Timur Tengah telah membuat Teheran semakin marah. Pemerintah Iran telah memperingatkan akan melakukan pembalasan terhadap Barat setelah serangan situs nuklirnya. Penyitaan kapal tanker ini merupakan tindakan yang lebih radikal dari penyitaan kapal kontainer oleh Iran pada April 2024.
Kepulauan Marshall, yang sekarang berdiri sendiri setelah dikeluarkan dari pengawasan AS PBB, diketahui sebagai salah satu 'sekutu' AS. Namun, AS masih memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh atas keamanan dan pertahanan wilayah ini.
Menyita kapal tanker di Selat Hormuz merupakan tindakan yang sangat berisiko bagi maritim internasional. Jika Iran memutuskan untuk mengambil alih total pengendalian laut, maka itu akan memiliki dampak besar pada ekonomi global dan keamanan maritim.
Dalam upaya balasan terhadap serangan Israel dan Amerika Serikat (AS) pada Juni lalu, Iran kembali mencari dendam dengan menyita sebuah kapal tanker minyak yang berbendera Kepulauan Marshall, Talara. Kapal tanker tersebut sedang berlayar di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA), menuju Singapura.
Pengambilan kapal tanker ini diterima sebagai "aktivitas negara" oleh Pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris, yang mengatakan bahwa dugaan terhadap insiden tersebut. Dengan demikian, Talara harus mengubah arah ke perairan teritorial Iran.
Perang 12 hari pada Juni lalu di Timur Tengah telah membuat Teheran semakin marah. Pemerintah Iran telah memperingatkan akan melakukan pembalasan terhadap Barat setelah serangan situs nuklirnya. Penyitaan kapal tanker ini merupakan tindakan yang lebih radikal dari penyitaan kapal kontainer oleh Iran pada April 2024.
Kepulauan Marshall, yang sekarang berdiri sendiri setelah dikeluarkan dari pengawasan AS PBB, diketahui sebagai salah satu 'sekutu' AS. Namun, AS masih memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh atas keamanan dan pertahanan wilayah ini.
Menyita kapal tanker di Selat Hormuz merupakan tindakan yang sangat berisiko bagi maritim internasional. Jika Iran memutuskan untuk mengambil alih total pengendalian laut, maka itu akan memiliki dampak besar pada ekonomi global dan keamanan maritim.