Pemicu Utama Banjir di Sumatra adalah Anomali Siklon Tropis Senyar
Banjir bandang yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menimbulkan pertanyaan: apa penyebab utama bencana hidrometeorologi ini? Menurut Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University, Sonni Setiawan, anomali siklon tropis yang terbentuk sangat dekat dengan garis ekuator adalah pemicu utama banjir bandang di daerah tersebut.
"Anomali tahun ini cukup menarik perhatian meteorolog karena siklon tropis terbentuk di dekat ekuator, bahkan di bawah lintang lima derajat," ujar Sonni dalam keterangan tertulis. Pada umumnya, pembentukan siklon tropis mengikuti pergerakan matahari, yaitu terjadi di utara saat matahari berada di belahan utara, dan di selatan saat matahari berada di selatan.
Namun, anomali tahun ini muncul karena siklon terbentuk sangat dekat dengan ekuator. Anomali ini membuat curah hujan menjadi ekstrem, bahkan mencapai 411 mm dalam satu hari. Karena itu, Budi Mulyanto, Kepala Pusat Sudi Sawit IPB University, menilai bahwa intensitas hujan ekstrem adalah faktor pemicu terbesar bencana hidrometeorologi tersebut.
"Kalau intensitas hujannya sudah sebesar itu, kecepatan infiltrasi tidak mampu menampungnya. Aliran pasti besar, bahkan di hutan belantara," katanya. BMKG mencatat bahwa curah hujan mencapai 411 mm dalam satu hari, yang merupakan level sangat ekstrem.
Guru Besar Kebijakan Kehutanan IPB University, Sudarsono Soedomo, menilai bahwa persoalan kehutanan Indonesia jauh lebih kompleks dari sekadar ekspansi sawit. Menurutnya, degradasi hutan sudah berlangsung sebelum sawit menjadi komoditas dominan, dipicu pembalakan liar, lemahnya tata kelola, serta ketiadaan penegakan kewenangan negara.
"Selama bertahun-tahun kelapa sawit dituduh sebagai penyebab utama hilangnya hutan. Narasi ini berulang, padahal faktanya lebih kompleks," ujar Sudarsono.
Banjir bandang yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menimbulkan pertanyaan: apa penyebab utama bencana hidrometeorologi ini? Menurut Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University, Sonni Setiawan, anomali siklon tropis yang terbentuk sangat dekat dengan garis ekuator adalah pemicu utama banjir bandang di daerah tersebut.
"Anomali tahun ini cukup menarik perhatian meteorolog karena siklon tropis terbentuk di dekat ekuator, bahkan di bawah lintang lima derajat," ujar Sonni dalam keterangan tertulis. Pada umumnya, pembentukan siklon tropis mengikuti pergerakan matahari, yaitu terjadi di utara saat matahari berada di belahan utara, dan di selatan saat matahari berada di selatan.
Namun, anomali tahun ini muncul karena siklon terbentuk sangat dekat dengan ekuator. Anomali ini membuat curah hujan menjadi ekstrem, bahkan mencapai 411 mm dalam satu hari. Karena itu, Budi Mulyanto, Kepala Pusat Sudi Sawit IPB University, menilai bahwa intensitas hujan ekstrem adalah faktor pemicu terbesar bencana hidrometeorologi tersebut.
"Kalau intensitas hujannya sudah sebesar itu, kecepatan infiltrasi tidak mampu menampungnya. Aliran pasti besar, bahkan di hutan belantara," katanya. BMKG mencatat bahwa curah hujan mencapai 411 mm dalam satu hari, yang merupakan level sangat ekstrem.
Guru Besar Kebijakan Kehutanan IPB University, Sudarsono Soedomo, menilai bahwa persoalan kehutanan Indonesia jauh lebih kompleks dari sekadar ekspansi sawit. Menurutnya, degradasi hutan sudah berlangsung sebelum sawit menjadi komoditas dominan, dipicu pembalakan liar, lemahnya tata kelola, serta ketiadaan penegakan kewenangan negara.
"Selama bertahun-tahun kelapa sawit dituduh sebagai penyebab utama hilangnya hutan. Narasi ini berulang, padahal faktanya lebih kompleks," ujar Sudarsono.