Investasi Toko Mahal Bikin Fesyen Lokal Sulit Ditemukan

Investasi yang besar untuk membuka toko fisik ternyata menjadi kendala bagi merek-merek fesyen lokal dalam mencapai akses pasar luas. Menurut Deputi Bidang Usaha Kecil, Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, banyak brand lokal yang tak berani membangun toko fisik karena biayanya terlalu besar. Akibatnya, mereka fokus mengembangkan strategi pemasaran dengan batasan, seperti jualan online dan partisipasi dalam bazar-bazar sementara.

Kondisi ini menciptakan kesenjangan informasi di kalangan konsumen, sehingga banyak produk lokal yang berkualitas baik tidak mudah ditemukan. Sebaliknya, produk pakaian bekas impor atau thrifting justru lebih aksesibel, meskipun secara hukum statusnya ilegal.

Menurut Temmy, pola konsumsi thrifting bukan hanya karena kebutuhan ekonomi, melainkan juga karena caranya mencari gaya hidup dan brand tertentu dengan harga yang terjangkau. Beliau optimis bahwa produk lokal akan bersaing ketika ekosistemnya sudah terbentuk, dan mekanisme pasar akan menciptakan keseimbangan harga yang kompetitif.

Untuk mengatasi kendala ini, Kementerian UMKM terus mendorong strategi yang beragam, termasuk mempertemukan brand lokal dengan pedagang ritel yang sudah memiliki akses pasar yang mapan. Dengan demikian, produk-produk UMKM dapat lebih mudah dijangkau oleh konsumen tanpa harus menanggung biaya investasi toko fisik yang besar.
 
Gue pikir kalau ini sengaja dilakukan untuk membuat brand lokal kalah dengan impor, nih 🤑. Siapa tahu kalau banget-banget ada kebijakan tertentu untuk membuat UMKM sulit berkembang? 🤔 Tapi, aku rasa ini salah strategi, kalau kita fokus terlalu banyak pada online, maka di kalangan konsumen siapa yang akan tahu kualitas produk lokal itu? 📦

Aku pikir lebih baik kalau pemerintah fokus membuat sistem informasi yang baik untuk UMKM, sehingga bisa mereka mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan bagaimana caranya meningkatkan kualitas produknya. Jadi, tidak perlu lagi toko fisik yang memanggil dirinya "biaya investasi besar" 📈.
 
aku pikir ini kesal, banyak brand lokal yang tidak punya ambisi untuk buka toko fisik karena biayanya terlalu mahal, tapi aku rasa kalau itu salah! aku ingin bisa beli fashion lokal di toko fisik, tapi sekarang aku harus jalan-jalan cari di pasar atau online tuh 🤦‍♂️. aku tahu ada yang bilang kalau thrifting impor itu ilegal, tapi aku pikir itu juga masalah karena banyak yang tidak menyadari status produknya! 🤑 sepertinya brand lokal perlu bisa bersaing dengan harga yang kompetitif dan akses pasar yang lebih luas ya 💸👕.
 
ini kayaknya sangat bingung sih... kalau kita punya brand lokal yang kualitasnya bagus tapi tidak bisa menemukan tempat jual di mana-mana, maka konsumen hanya akan mencari di pasar impor atau thrifting. gimana caranya brand lokal itu bisa bersaing dengan harga yang kompetitif jika mereka harus fokus pada strategi pemasaran online? aku rasa kementerian UMKM perlu memberikan bantuan lebih lanjut untuk brand-brand lokal yang ingin membangun toko fisik. tapi siapa tahu, mungkin strategi online itu bisa menjadi solusi jika kita bisa menciptakan ekosistem yang terbentuk dan kompetitif.
 
aku pikir kayaknya brand lokal justru perlu berinovasi lagi, bukan hanya fokus pada strategi pemasaran online aja. mungkin mereka bisa mencoba model toko virtuel atau bahkan kolaborasi dengan influencer yang punya pengaruh besar di media sosial. kalau demikian, produk-produk lokal bisa lebih mudah terjangkau oleh konsumen tanpa harus banyak menabung untuk toko fisik yang besar bihannya 😊.
 
Aku pikir masalahnya bukan hanya biaya investasi toko fisik, tapi juga kurangnya kesadaran konsumen tentang manfaat produk lokal. Jika konsumen tahu kalau ada produk lokal yang berkualitas baik dan lebih murah daripada impor, aku yakin mereka akan memilih. Tapi, sekarang aku melihat banyak orang yang masih suka thrifting karena takut tertipu dengan harga atau kualitas produk UMKM. Apalagi kalau ada promosi atau diskon yang menarik, lebih mudah untuk dibeli impor daripada lokal. Maka dari itu, Kementerian UMKM perlu meningkatkan kampanye edukasi tentang manfaat produk lokal agar konsumen bisa membuat pilihan yang lebih bijak.
 
Gue rasa ini masalahnya terus berlanjut. Kalau ada pilihan, gue suka membeli produk lokal karena kualitas dan keunikan-unya, tapi sekarang kalau tidak bisa, gue jadi harus mencari di pasar luar atau online. Produk impor yang bekas lagi ini kurang enak ditonton, tapi kalau harus memilih, gue lebih pilih membeli barang bekas daripada membuang-buang uang untuk produk impor. Gue harap bisa melihat lebih banyak toko fisik brand lokal, jadi bisa mendapatkan produk yang sesuai dengan preferensi gue 🤔
 
kembali
Top