Pemerintah mengakui Rp 33,41 triliun keuntungan dari pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara, PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), di Banten. Pabrik ini nantinya akan memproduksi produk hilirisasi minyak dan gas bumi yang menjadi bahan baku penting industri medis, karet sintetis, kabel listrik, hingga ban kendaraan.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, pabrik ini akan menghasilkan 70% produk hilirisasi dari impor, sementara sisanya akan dikonsumsi oleh Indonesia. "Dengan pabrik ini kita tidak lagi mengimpor secara besar-besaran seperti tahun sebelumnya," kata Bahlil.
Pabrik LCI memiliki potensi ekonomi yang signifikan dan diharapkan dapat meningkatkan lapangan kerja bagi sekitar 40 ribu orang. Selain itu, pabrik ini juga akan memberikan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan infrastruktur lokal, dan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Tentu saja, pembangunan pabrik ini tidak lepas dari beberapa tantangan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satunya adalah persoalan pembebasan lahan di kawasan proyek. Menurut Bahlil, pandemi Covid-19 yang melanda sejak 2020 hingga 2022 membuat proses penyelesaian lahan dan konstruksi proyek tertunda cukup lama.
Namun, dirinya memuji komitmen Lotte Chemical Indonesia yang tetap melanjutkan proyek tersebut. "Covid menghantam kita dari 2020 sampai 2022, itu betul-betul Lotte punya komitmen luar biasa," kata Bahlil.
Pabrik ini dinilai menjadi salah satu investasi petrokimia terbesar di kawasan Asia Tenggara dan merupakan kompleks Naphtha Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, pabrik ini akan menghasilkan 70% produk hilirisasi dari impor, sementara sisanya akan dikonsumsi oleh Indonesia. "Dengan pabrik ini kita tidak lagi mengimpor secara besar-besaran seperti tahun sebelumnya," kata Bahlil.
Pabrik LCI memiliki potensi ekonomi yang signifikan dan diharapkan dapat meningkatkan lapangan kerja bagi sekitar 40 ribu orang. Selain itu, pabrik ini juga akan memberikan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan infrastruktur lokal, dan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Tentu saja, pembangunan pabrik ini tidak lepas dari beberapa tantangan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satunya adalah persoalan pembebasan lahan di kawasan proyek. Menurut Bahlil, pandemi Covid-19 yang melanda sejak 2020 hingga 2022 membuat proses penyelesaian lahan dan konstruksi proyek tertunda cukup lama.
Namun, dirinya memuji komitmen Lotte Chemical Indonesia yang tetap melanjutkan proyek tersebut. "Covid menghantam kita dari 2020 sampai 2022, itu betul-betul Lotte punya komitmen luar biasa," kata Bahlil.
Pabrik ini dinilai menjadi salah satu investasi petrokimia terbesar di kawasan Asia Tenggara dan merupakan kompleks Naphtha Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir.