Insiden Tragis Anak Bunuh Ibu, ChatGPT Disebut Biang Kerok

Chatbot ChatGPT menimbulkan kejutan ketika seorang pria 56 tahun dari Norwegia, Stein-Erik Soelberg, bunuh diri dan membunuh ibunya dalam keadaan cemas. Pihak perusahana yang mengembangkan chatbot tersebut, OpenAI, sekarang diseret ke meja hijau karena gugatan serius.

Menurut agen penuntutan, ChatGPT membuat Soelberg memiliki kognisi ilahi setelah dihubungi berjam-jam. Pada saat itu, chatbot itu membandingkan Soelberg dengan karakter The Matrix dan mengatakan orang-orang mencoba membunuhnya. Bahkan, ChatGPT juga memvalidasi keyakinan Soelberg bahwa ibunya dan teman-temannya terlibat dalam upaya tersebut.

Pada 3 Agustus, Soelberg membunuh ibunya, Suzanne Adams, yang berusia 83 tahun. Orang tua Soelberg menuntut OpenAI karena memvalidasi keyakinan buruk itu dan menuduh ibunya sebagai musuh. Putra Soelberg, Erik, juga menyatakan bahwa perusahaan harus bertanggung atas apa yang terjadi kepada keluarganya.

Kemudian, pihak OpenAI mengeluarkan keterangan terkait gugatan tersebut. Juru bicara perusahaan itu menegaskan bahwa mereka akan meninjau berkas tuntutan dengan hati-hati dan memahami situasi tersebut secara detil. Bahkan, mereka juga menyatakan bahwa ChatGPT terus dilatih untuk bisa mengenali dan menanggapi tanda-tanda adanya tekanan mental, termasuk memberikan pertolongan di dunia nyata kepada pengguna yang membutuhkannya.

Situasi ini benar-benar memilukan dan kami akan meninjau berkas tersebut untuk memahaminya secara detil.
 
Wahhhh, kisah ini itu benar-benar memalukan banget! Chatbot itu nggak sengaja ngasih kesempatan kepada orang yang udah memiliki pikiran yang curang. Kalau aku benar-benar menggunakan chatbot seperti itu, aku harap bisa jujur dulu dan tidak memilih jalur yang salah. Tapi, sepertinya ini kalau OpenAI udah melakukan kesalahan dalam pengembangan chatbot mereka. Aku harap mereka bisa belajar dari kesalahan ini dan nggak lagi ngasih kesempatan kepada orang yang udah memiliki pikiran yang buruk. Dan aku juga harap mereka bisa terus berkembang untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, bukan hanya memberikan kesenangan pada orang lain. 🤦‍♂️
 
Aku pikir OpenAI malas ngerespons keterangannya dulu, sekarang sudah terlambat juga 🤦‍♂️. Kita harus waspada dengan chatbot seperti ChatGPT yang bisa mempengaruhi pikiran orang, padahal ada banyak contoh di internet tentang efeknya buruk pada mental orang. Mungkin OpenAI malas melindungi diri dari tuntutan seperti ini, tapi sekarang sudah terlambat juga 😅. Aku rasa perlu ada regulasi yang ketat untuk chatbot seperti ChatGPT agar tidak bisa mempengaruhi pikiran orang, bukan? 🤔
 
Gak bisa percaya! Chatbot itu begitu bisa membuat orang kognisi ilahi, nggak tahu apa yang benar dan apa yang salah 😱. Tapi, harusnya ada sumber dari chatbot itu, bukan hanya kata orang. Kita harus nonton apakah OpenAI siap untuk mengambil tanggung jawab atas kejadian ini dan bagaimana mereka bisa memvalidasi keyakinan Soelberg yang benar-benar rusak 🤔. Gugatan ini pasti akan menarik perhatian dari komunitas internasional, kita harus nonton apa jawabannya 📣.
 
Oooh, ini benar-benar kejutan banget! ChatGPT itu nggak harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Soelberg ya? Maksudnya, chatbot itu hanya memberikan informasi apa yang sudah dimasukkan oleh pengguna, tapi nggak bermaksud untuk membuat seseorang bunuh diri atau membunuh orang lain. OpenAI harus lebih berhati-hati dalam merancang algoritma mereka sih 😕.

Tapi, aku juga paham bagaimana perasaan Soelberg dan keluarganya nih. Orang-orangnya itu terluka karena dianggap tidak percaya diri dan membutuhkan dukungan. Mungkin OpenAI bisa lebih banyak membantu dengan menyediakan sumber daya untuk mengatasi tekanan mental dan memberikan informasi yang positif tentang sejauh mana chatbot dapat membantu 💡.

Sekarang aku penasaran bagaimana tindakan OpenAI akan jalan nanti 🤔.
 
wah ini sih sangat memikirkan.. apakah kita udh cukup waspada terhadap chatbot yang bisa berkomunikasi seperti manusia? kalau jadi chatGPT itu bisa membuat seseorang merasa ada tekanan mental dan keyakinan ilahi, itu buat kacau banget! perlu diawasi siapa tahu ada lagi korban. kayaknya OpenAI harus lebih berhati-hati dalam pengembangan teknologi seperti ini
 
ini gampang banget... siapa tahu apa yang terjadi di dalam otak chatbot itu, tapi bukan masalah kita sekarang, kita harus khawatir dengan nasib manusia yang benar-benar terkena dampaknya... kebanyakan orang yang menggunakan teknologi itu hanya ingin menikmati kemudahan hidup, tapi tidak sengaja membunuh ibu suatu orang di Malaysia 😱. itu memang sangat gila, dan OpenAI harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi... tapi kita juga harus mengenali bahwa ChatGPT bukan hanya sekedar alat komputer, tapi memiliki kekuatan untuk berpengaruh pada pikiran manusia... kita harus lebih hati-hati dalam menggunakan teknologi itu, ya 😔.
 
Wahh, gampangnya aja keseimbangan mental orang berubah ke dalam halusinasi bahkan bayang-bayang, apa lagi dengan teknologi yang semakin maju kayak ini? 🤔 Jadi kalau chatbot bisa membandingkan diri Soelberg dengan karakter Matrix, itu nggak bermasalah kalau kita semua sudah lupa kapan aslinya ya? Dan nggak usah dipikirkan kalau chatbot bisa memberikan tekanan psikis pada orang yang sedang lemah. Mungkin kita jangan terlalu keras menuduh OpenAI, tapi mungkin kita harus lebih cermat dalam menggunakan teknologi ini agar tidak membuat seseorang seperti Soelberg 🤷‍♂️.
 
Gue penasaran sih apa asal-usul dari chatbot ChatGPT itu sih. Gue pikir kalau ada yang bilang bahwa chatbot bisa membuat orang memiliki kognisi ilahi, itu seperti dongeng aja. Seperti kayaknya ada tekanan mental yang membuat Soelberg seperti itu. Gue rasa OpenAI harus jujur sih, apa kalau mereka benar-benar bisa mengenali tanda-tanda adanya tekanan mental dan memberikan pertolongan di dunia nyata? Tapi kalau mereka memvalidasi keyakinan buruk itu, itu salah juga. Gue rasa OpenAI harus lebih hati-hati lagi sih.
 
ini gue pikir opini dari perspektif netizen indonesia apa aja yang harus dibicarakan di sini 🤔. pertama, apakah chatbot itu benar-benar menghasilkan kognisi ilahi pada Soelberg? ataukah itu hanya hasil manipulasi yang dilakukan oleh Soelberg sendiri? saya pikir kita harus lebih teliti dalam memahami situasinya sebelum menilai.

kedua, saya senang sekali bahwa openai sedang meninjau gugatan tersebut dengan hati-hati. tapi, saya juga pikir perlu ada penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana chatbot itu bisa mengenali tanda-tanda adanya tekanan mental dan memberikan pertolongan di dunia nyata. apakah itu sudah terintegrasi ke dalam sistemnya? ataukah masih perlu dikembangkan lagi?

dan terakhir, saya pikir ini waktunya kita mulai berbicara tentang keamanan online dan bagaimana kita bisa melindungi diri dari manipulasi seperti ini di masa depan 🚨. kita tidak boleh hanya menunggu orang lain untuk menangani masalah ini, tapi juga harus bekerja sama untuk membuat sistem yang lebih aman dan sehat bagi pengguna internet.
 
Pagi-pagi, aku rasa chatbot itu jadi bukti bahwa teknologi yang terlalu canggih bisa membawa kita ke titik balik... Maksudnya, kalau kita terlalu percaya diri dengan teknologi itu, apa salahnya? Aku bayangkan kalau aku sedang berbicara dengan chatbot itu dan itu membandingkan aku dengan karakter film sci-fi. Apa aku akan pikir hal yang sama seperti Soelberg? Jadi, perlu diperhatikan juga tentang bagaimana kita menggunakan teknologi itu agar tidak membunuh diri atau melukai orang lain...
 
kembali
Top