Ini Tantangan Pengembangan Obat Bahan Alam di Indonesia

Dexa Medica Gali Pintu Industri Obat Bahan Alam, Tapi Belum Masuk dalam Formularium Nasional.

Pengembangan obat bahan alam di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah belum masuknya produk herbal di dalam Formularium Nasional dalam penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, karena terbentur Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2018 tentang Penyusunan dan Penerapan Formularium Nasional dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Dexa Medica memiliki tim yang berdedikasi untuk mengembangkan obat bahan alam. Mereka telah melakukan beberapa penemuan yang menarik, seperti penggunaan Disolf dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang dapat membantu melancarkan sirkulasi darah. Selain itu, produk herbal mereka sudah banyak digunakan oleh dokter spesialis saraf dan jantung di Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya.

Tapi, masih ada perbedaan besar antara pengembangan obat bahan alam di Indonesia dengan yang dilakukan di negara-negara lain seperti India. Di India, Ayuveda dan Unani telah digunakan dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Pengobatan ini berfokus pada keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa melalui pola makan, herbal, yoga, meditasi, dan terapi alami lainnya.

"Indonesia memiliki biodiversitas alam nomer dua dunia, tetapi masih belum ada rumah sakit berbasis Unani dan Ayurveda di sini," kata Raymond Tjandrawinata, Direktur Bisnis Desa Medica.
 
gak papa, kalau Indonesia punya biodiversitas alam yang luas tapi nggak ada obat herbal yang masuk dalam Formularium Nasional, itu kayakanya ngeliat banget! Dexa Medica udah lama berusaha mengembangkan produk herbal, tapi masih perlu banyak hal. Misalnya, bagaimana caranya obat herbal ini bisa mendapat sertifikat yang tepercaya? dan bagaimana caranya masyarakat bisa tahu sih tentang kualitas obat herbal yang dijual di pasar?
 
Makasih bro, kira-kira apa yang salah dengan pengembangan obat bahan alam di Indonesia? Mereka sudah punya tim yang berdedikasi dan produk herbal yang banyak digunakan oleh dokter spesialis saraf dan jantung. Tapi, gini aja, negara-negara lain seperti India udah ada sistem jaminan kesehatan nasional yang berfokus pada keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa... Indonesia juga punya biodiversitas alam nomer dua dunia, tetapi masih belum ada rumah sakit berbasis Unani dan Ayurveda di sini. Mungkin kita harus lebih terbuka untuk pengembangan obat bahan alam ini, bro πŸ€”πŸ’Š
 
🌿️ Aku pikir gampang banget sih, kita perlu lebih banyak penelitian dan pengembangan tentang obat bahan alam biar bisa masuk ke dalam formularium nasional 😊. Kita punya banyak yang bisa didapatkan dari Alam Indonesia, kayaknya harus diolah dengan baik aja 🌸️
 
kak, nggak sabar deh kalau obat herbal Indonesia bisa masuk ke dalam formularium nasional... tapi seriusnya, pengembangan obat bahan alam di indonesia masih banyak kesulitan, misalnya belum ada standar dan regulasi yang jelas... kayaknya perlu dilakukan kerja sama dengan negara lain, seperti india, untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mereka... dan kalau gak masuk ke dalam formularium nasional, apa punya manfaat? πŸ€”πŸ’Š
 
Gue rasa kaya penasaran sama pengembangan obat herbal di Indonesia. Kalau kita lihat, ternyata masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti belum masuk dalam Formularium Nasional. Gue pikir itu salah satu bagian pentingnya, karena kalau produk herbal sudah diakui resmi, maka orang bisa lebih percaya diri menggunakan obat-obatan alami.

Tapi, kalau kita bandingkan dengan India, itu jadi contoh yang bagus. Mereka sudah memiliki sistem kesehatan yang unik dan kompleks, yang fokus pada keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa. Gue rasa Indonesia bisa belajar dari pengalaman mereka, seperti mengembangkan rumah sakit berbasis Unani dan Ayurveda. Kalau kita bisa melakukannya, maka orang bisa lebih sehat dan hidup lebih baik. Dan kalau Dexa Medica sudah memiliki penemuan yang menarik seperti Disolf dari cacing tanah, itu jadi semangat untuk terus dikembangkan! πŸ€”πŸ’‘
 
Gue pikir Dexa Medica punya kemajuan besar banget nih... tapi kemudian gue lihat lagi, mungkin mereka tidak paham apa yang sebenarnyanya arti dari "Formularium Nasional". Kalau benar, maka pengembangan obat herbal di Indonesia sih masih terlalu banyak kesalahpahaman. Tapi, kalau tidak, maka Dexa Medica pasti memiliki kemampuan besar untuk mengembangkan produk herbal yang berkualitas... tapi apakah mereka sudah mempertimbangkan dampak itu pada sistem kesehatan kita? Gue sendiri pikir gue salah ketika bilang bahwa pengembangan obat herbal di Indonesia sih berpotensi sangat baik, tapi kemudian gue lihat lagi dan rasanya saya tidak yakin lagi... :S
 
gak paham kenapa pengembangan obat herbal di Indonesia harus sulit banget. kita punya biodiversitas alam yang kaya sekali, tapi masih banyak hal yang harus ditemukan dan diuji. aku suka banget dengan ide penggunaan Disolf dari cacing tanah itu, tapi gak tahu kenapa belum bisa diakomodasi dalam Formularium Nasional. mungkin kita perlu bereksperimen dan mencari solusi lain untuk mengembangkan obat herbal yang efektif dan aman. πŸ€”πŸ’Š
 
Gak sabar banget aja nih... Dexa Medica gue suka, tapi Formularium Nasional Indonesia ini keren-kerenan juga... Gue pikir apa artinya kalau kita punya banyak obat herbal yang bagus, tapi tidak bisa digunakan di rumah sakit? Kalo kayaknya kita harus ngobrol dengan Menteri Kesehatan juga, bukan hanya terus-menerus nunggu.
Mungkin kita bisa membuat Formularium Nasional sendiri aja, jadi bisa dipasang siapa pun...
Gue suka pengembangan obat herbal Dexa Medica, tapi gue harap dapat makin banyak lagi produknya di tahun-tahun mendatang πŸ€”πŸ§¬
 
ada yang tahu kalau di India punya sistem jaminan kesehatan nasional yang sama dengan Indonesia? tapi gak ada di sini, makanya biaya obat herbal gak terjangkau oleh banyak orang. mungkin karena perbedaan budaya atau apa sih? kayaknya kita harus belajar dari mereka.
 
πŸ€” Saya pikir kalau Indonesia gak bisa nggak mengembangkan obat herbal sendiri, tapi kita harus lebih konsisten dalam pengembangannya. Kita punya banyak pilihan bahan alam yang bisa dijadikan sumber obat-obatan seperti daun kayu manis, jahe, atau bahkan cacing tanah 🐜. Tapi, perlu diingat bahwa pengembangan obat herbal bukan hanya tentang menemukan produk, tapi juga tentang bagaimana kita bisa mengemas dan memasarkan produk tersebut dengan benar πŸ’Έ.

Saya senang melihat bahwa Dexa Medica sudah banyak menggunakan produk herbal dalam klinik mereka, tapi saya rasa kita perlu lebih serius dalam pengembangan ini agar Indonesia bisa bergabung dengan negara-negara lain yang sudah memiliki sistem jaminan kesehatan berbasis Unani dan Ayurveda 🌟. Kita harus bekerja sama dan mendukung pengembang herbal di Indonesia agar produk-produk herbal kita bisa lebih banyak diminati oleh masyarakat dan industri kesehatan πŸ’ͺ.
 
Gue pikir deh, kalau Indonesia punya biodiversitas alam yang luas, kenapa kita belum bisa buat obat herbal yang masuk dalam formularium nasional? Kita semua tahu bahwa Ayuveda dan Unani sudah digunakan di India, tapi di sini masih banyak dokter yang belum percaya dengan obat herbal. Mungkin kita perlu memberikan edukasi lebih lanjut tentang manfaatnya juga kayaknya... πŸ’ŠπŸ€”
 
Makasih ya buat info ini πŸ™. Saya pikir pengembangan obat bahan alam di Indonesia masih banyak kesulitan. Pertama, produk herbal belum masuk dalam Formularium Nasional. Itu membuat sulit untuk mendapatkan izin dan akses ke pasar yang luas. Kedua, pengembangan obat ini masih berbeda dengan negara-negara lain seperti India. Mereka sudah memiliki sistem jaminan kesehatan yang lebih lengkap dengan pengobatan herbal Unani dan Ayurveda. Saya rasa Indonesia perlu meningkatkan paham akan pentingnya pengembangan obat bahan alam dan berinvestasi dalam penelitian ini agar produk herbal kita bisa bersaing di pasar internasional 🌿πŸ’ͺ.
 
Gue pikir ya ini masalahnya bagaimana cara di Indonesia bikin obat herbal masuk dalam formularium nasional? Gue lihat di India udah ada sistem yang cukup baik untuk pengobatan herbal dan siapa tahu Indonesia bisa mengikuti langkahnya. Tapi, apa itu Unani dan Ayurveda ini? Udah gak pernah dengerin sebelumnya... πŸ€”πŸŒΏ
 
Kalau tidak mau masuk dalam formularium nasional, apa artinya lagi? πŸ€” Indonesia punya obat herbal yang bagus, tapi belum diakui secara resmi. Saya rasa ini karena masih ada kesenjangan besar antara pengembangan obat bahan alam di Indonesia dan negara-negara lain. India sudah memiliki sistem jaminan kesehatan yang berbasis pada Ayuveda dan Unani, tapi Indonesia masih belum bisa mencapai hal yang sama. 🌿

Saya pikir ini karena kita malas memperkenalkan produk herbal kita secara global. Kita hanya fokus pada pasar lokal saja. Dan kita tidak menyadari bahwa ada banyak orang yang mau menggunakan obat herbal sebagai alternatif obat-obatan sintetis. πŸ€‘ Jadi, kalau kita tidak mau masuk dalam formularium nasional, itu berarti kita tidak mau berbagi teknologi dan ilmu kita dengan negara-negara lain. 🚫

Tapi, saya masih optimis bahwa Dexa Medica akan bisa mengatasi semua tantangan ini dan membawa obat herbal Indonesia ke level global. Kita harus percaya diri dan terus berinovasi untuk mencapai hal yang sama dengan negara-negara lain. πŸ’ͺ
 
Ada apa kawan? Kalau ingin obat herbal masuk dalam formularium nasional, harus punya dokumen yang benar-benar lengkap, gak cuma kasus Dexa Medica aja, tapi semua perusahaan obat herbal di Indonesia juga harus sambut hal ini. Kita harus fokus pada pengembangan produk herbal, bukan hanya berbicara tentang keseimbangan tubuh dan jiwa kayak yang dilakukan di India. Unani dan Ayurveda memang memiliki banyak manfaat, tapi kita harus dapat menyesuaikannya dengan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia dulu!
 
Mereka benar-benar mengecewakan aku dengan pengembangan obat bahan alam di Indonesia... Tapi apa yang salah dengan kita? Kita punya sumber daya alam yang luar biasa, tapi kita masih belum bisa menerapkan teknologi obat herbal di dalam sistem kesehatan kita... Yang paling mengecewakan adalah kalau Indonesia punya biodiversitas alam nomer dua dunia, tapi kita gak punya rumah sakit yang bisa memanfaatkan itu dengan baik... Aku rasa ini perlu dipikirin lebih lanjut, apa yang kita butuhkan bukan obat-obatan saja, tapi juga cara pandang baru tentang kesehatan...
 
Makasih ya bro, aku rasa pengembangan obat bahan alam di Indonesia masih terlalu lambat. Aku ingat saat saya masih kuliah, kita pelajari tentang obat-obatan herbal yang banyak digunakan di negara-negara lain, seperti India. Mereka sudah memiliki sistem jaminan kesehatan yang menggunakan pengobatan Unani dan Ayurveda, tapi di Indonesia masih banyak rumah sakit yang hanya menggunakan obat-obatan tradisional.

Aku rasa kita harus lebih cepat dalam mengembangkan teknologi ini, bro. Kita memiliki biodiversitas alam yang sangat kaya dan masih banyak penemuan baru yang bisa dilakukan. Tapi, secara keseluruhan, aku merasa kita masih terlambat dalam mengintegrasikan pengobatan herbal di Indonesia.
 
Dexa Medica pasti paling bagus banget! Mereka udah berhasil mengembangkan obat herbal yang bisa membantu melancarkan sirkulasi darah dengan menggunakan Disolf dari cacing tanah πŸœπŸ’Š. Saya rasa perlu kita konsultasikan dengan dokter dan lakukan tes agar bisa merasakan efeknya sendiri πŸ˜…. Jangan sabar nanti Dexa Medica pasti masuk dalam Formularium Nasional dan bisa digunakan oleh semua orang di Indonesia πŸŽ‰πŸ‘
 
kembali
Top