Tergelung di antara matahari hangat dan kekurangan vitamin D, anak-anak Indonesia masih rentan mengalami defisiensi vitamin ini yang dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan, sistem imun, dan fungsi kognitif.
Kadang-kadang bayi baru lahir hanya menyimpan 50-60% dari vitamin D yang didapat ibu, sehingga jika ibu sendiri mengalami kekurangan, maka asupan untuk anak juga akan berkurang. Anak usia 0-6 bulan adalah kelompok paling rentan mengalami defisiensi vitamin ini karena asupan masih terbatas pada ASI eksklusif yang kadar vitamin D di dalamnya belum cukup memenuhi kebutuhan bayi.
Paparan sinar matahari juga perlu dibatasi, karena kulit bayi masih tipis berisiko mengalami dehidrasi dan iritasi. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan stunting, obesitas, autisme, alergi, dermatitis atopik, penyakit tulang lunak dengan gejala kelemahan otot dan keterlambatan perkembangan motorik.
Kadang-kadang bayi baru lahir hanya menyimpan 50-60% dari vitamin D yang didapat ibu, sehingga jika ibu sendiri mengalami kekurangan, maka asupan untuk anak juga akan berkurang. Anak usia 0-6 bulan adalah kelompok paling rentan mengalami defisiensi vitamin ini karena asupan masih terbatas pada ASI eksklusif yang kadar vitamin D di dalamnya belum cukup memenuhi kebutuhan bayi.
Paparan sinar matahari juga perlu dibatasi, karena kulit bayi masih tipis berisiko mengalami dehidrasi dan iritasi. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan stunting, obesitas, autisme, alergi, dermatitis atopik, penyakit tulang lunak dengan gejala kelemahan otot dan keterlambatan perkembangan motorik.