Presiden Prabowo Subianto dan CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Rosan Roeslani melakukan rapat terbatas di Istana Negara, Kamis (6/11/2025), untuk membahas tentang 18 proyek hilirisasi yang akan diluncurkan pada tahun depan. Adapun agenda utama rapat ini adalah mendapatkan pendanaan untuk 18 proyek tersebut.
Menurut Rosan, terkait dengan pendanaan, tidak ada masalah dalam hal itu karena sudah adanya kepercayaan investor dan perbankan ke luar negeri. Ia juga menyampaikan bahwa BPI memiliki pendanaan yang sangat baik dan solid, serta melakukan rating baik oleh Perusahaan Fintech Indonesia (Pefindo) dengan rating AAA, serta dari Fitch juga mendapatkan rating tertinggi tersebut.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa ada 18 proyek hilirisasi yang akan dikoordinasikan dengan perusahaan penyedia layanan (Danantara). Rencananya, proyek-proyek tersebut akan dimulai pada tahun depan dengan nilai total investasi mencapai Rp 600 triliun.
Bahlil berharap dari proyek hilirisasi ini dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menggantikan produk yang selama ini ditopang oleh impor. Ada beberapa proyek yang dimaksudkan, seperti pembuatan pabrik Dimethyl Ehter (DME) yang akan menggantikan produk Liquified Petroleum Gas (LPG), serta kilang minyak.
Pembangunan 18 proyek hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan keseimbangan ekonomi dan mengurangi kependulangan negara. Namun, masih perlu dilihat bagaimana implementasinya akan berjalan di lapangan.
Menurut Rosan, terkait dengan pendanaan, tidak ada masalah dalam hal itu karena sudah adanya kepercayaan investor dan perbankan ke luar negeri. Ia juga menyampaikan bahwa BPI memiliki pendanaan yang sangat baik dan solid, serta melakukan rating baik oleh Perusahaan Fintech Indonesia (Pefindo) dengan rating AAA, serta dari Fitch juga mendapatkan rating tertinggi tersebut.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa ada 18 proyek hilirisasi yang akan dikoordinasikan dengan perusahaan penyedia layanan (Danantara). Rencananya, proyek-proyek tersebut akan dimulai pada tahun depan dengan nilai total investasi mencapai Rp 600 triliun.
Bahlil berharap dari proyek hilirisasi ini dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menggantikan produk yang selama ini ditopang oleh impor. Ada beberapa proyek yang dimaksudkan, seperti pembuatan pabrik Dimethyl Ehter (DME) yang akan menggantikan produk Liquified Petroleum Gas (LPG), serta kilang minyak.
Pembangunan 18 proyek hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan keseimbangan ekonomi dan mengurangi kependulangan negara. Namun, masih perlu dilihat bagaimana implementasinya akan berjalan di lapangan.