RSV Ancam Nyawa Lansia Dengan Komorbiditas
Saat ini, terjadi penyebaran virus Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang sangat cepat di kalangan lansia. RSV bukanlah penyakit ringan bagi orang lanjut usia, khususnya mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas. Sebagai seorang dokter spesialis penyakit dalam, saya ingin memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berujung pada komplikasi parah, bahkan kematian.
RSV bukan hanya penyakit batuk pilek biasa yang kemudian orang yang tetap hidup sehat seperti biasa. Tapi bisa berakhir dengan komplikasi ICU, bahkan bisa berakhir dengan kematian. Saya ingin mengingatkan bahwa RSV dapat mengancam nyawa, jauh berbeda dari flu biasa.
Kemampuan tubuh untuk melawan infeksi akan berkurang seiring bertambahnya usia, membuat lansia lebih rentan terhadap serangan RSV. Kelompok yang paling berisiko tinggi adalah individu berusia di atas 65 tahun dengan riwayat komorbiditas, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronik, asma, penyakit jantung, diabetes, dan penyakit ginjal kronis.
Infeksi RSV juga dapat menyebabkan keparahan pada pasien yang dirawat lama di rumah sakit atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. Keparahan infeksi RSV pada lansia terbukti berdampak signifikan pada kualitas hidup jangka panjang.
Sebuah penelitian yang mengamati 302 orang dewasa berusia 60 tahun ke atas yang dirawat di rumah sakit akibat RSV menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan. Sebanyak 32% peserta penelitian menunjukkan hasil buruk dalam penilaian aktivitas sehari-hari setelah enam bulan menjalani rawat inap.
Mengingat risiko yang tinggi, penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala dan risiko infeksi RSV sejak dini. Gejala pertamanya biasanya muncul antara hari ke-4 hingga hari ke-7 setelah terpapar virus, meliputi hidung berair, sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, dan demam.
Untuk mencegah serangan RSV pada lansia, saya menyarankan penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta vaksinasi. Berdasarkan panduan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin RSV dapat diberikan kepada orang berusia 60 tahun ke atas. Sementara itu, pasien berusia 18 tahun hingga 60 tahun dengan komorbiditas juga dapat menerima vaksin RSV atas rekomendasi dari dokter.
Saya ingin menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan risiko infeksi RSV pada lansia dan pentingnya melakukan tindakan pencegahan yang tepat.
Saat ini, terjadi penyebaran virus Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang sangat cepat di kalangan lansia. RSV bukanlah penyakit ringan bagi orang lanjut usia, khususnya mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas. Sebagai seorang dokter spesialis penyakit dalam, saya ingin memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berujung pada komplikasi parah, bahkan kematian.
RSV bukan hanya penyakit batuk pilek biasa yang kemudian orang yang tetap hidup sehat seperti biasa. Tapi bisa berakhir dengan komplikasi ICU, bahkan bisa berakhir dengan kematian. Saya ingin mengingatkan bahwa RSV dapat mengancam nyawa, jauh berbeda dari flu biasa.
Kemampuan tubuh untuk melawan infeksi akan berkurang seiring bertambahnya usia, membuat lansia lebih rentan terhadap serangan RSV. Kelompok yang paling berisiko tinggi adalah individu berusia di atas 65 tahun dengan riwayat komorbiditas, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronik, asma, penyakit jantung, diabetes, dan penyakit ginjal kronis.
Infeksi RSV juga dapat menyebabkan keparahan pada pasien yang dirawat lama di rumah sakit atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. Keparahan infeksi RSV pada lansia terbukti berdampak signifikan pada kualitas hidup jangka panjang.
Sebuah penelitian yang mengamati 302 orang dewasa berusia 60 tahun ke atas yang dirawat di rumah sakit akibat RSV menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan. Sebanyak 32% peserta penelitian menunjukkan hasil buruk dalam penilaian aktivitas sehari-hari setelah enam bulan menjalani rawat inap.
Mengingat risiko yang tinggi, penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala dan risiko infeksi RSV sejak dini. Gejala pertamanya biasanya muncul antara hari ke-4 hingga hari ke-7 setelah terpapar virus, meliputi hidung berair, sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, dan demam.
Untuk mencegah serangan RSV pada lansia, saya menyarankan penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta vaksinasi. Berdasarkan panduan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin RSV dapat diberikan kepada orang berusia 60 tahun ke atas. Sementara itu, pasien berusia 18 tahun hingga 60 tahun dengan komorbiditas juga dapat menerima vaksin RSV atas rekomendasi dari dokter.
Saya ingin menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan risiko infeksi RSV pada lansia dan pentingnya melakukan tindakan pencegahan yang tepat.