Imin: Ada Orang Tua Santri Bersyukur Anaknya Tewas saat Salat

Mengenai kejadian yang terjadi di sebuah masjid di Jakarta, seorang ibu santri (pendidikan keagamaan) menyatakan bahwa ia bersyukur karena anaknya meninggal saat melakukan salat (shalat Jumat).

Menurut ibu tersebut, dia merasa bahagia dan tidak sedih ketika mendengar kabar tentang kematian anaknya, meskipun banyak orang yang berpendapat bahwa kejadian ini sangat tragis. Ibu santri tersebut mengatakan bahwa dia percaya bahwa anaknya telah menuju alam keluarga syahada (dunia setelah kematian) dan tidak lagi mengalami kesedihan atau penderitaan.

Ibu santri tersebut juga menolak untuk melakukan proses penguburan tubuh anaknya, malah memilih untuk meletakkannya di sebuah tempat umum. Dia percaya bahwa anaknya telah bebas dari kesedihan dan penderitaan di dunia ini, dan tidak perlu lagi mengalami kesedihan ketika melihat anaknya.

Kejadian ini menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, dengan banyak orang yang berpendapat bahwa kejadian ini sangat tragis dan tidak bisa diterima. Namun, ibu santri tersebut tetap percaya pada keyakinannya dan tidak mau mengubah pendiriannya.
 
Aku pikir apa yang terjadi di masjid itu bukan tentang syukur atau kebahagiaan, tapi tentang bagaimana cara kita beradaptasi dengan kematian dan kesedihan. Ibu santri itu mungkin benar-benar percaya bahwa anaknya telah menuju alam keluarga syahada, tapi apa yang terjadi di sini adalah proses penolakan akan keaslian emosi manusia. Orang bisa berbeda-beda dalam menangani kematian, dan itu tidak ada yang salah dengan itu. Aku ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang membuat ibu santri itu memilih untuk meletakkan anaknya di tempat umum. Apakah itu tentang kebebasan, atau tentang cara kita menghadapi kesedihan? Aku curious 😊
 
Ini yang terjadi lagi... Kenapa ibu santri itu memilih untuk meletakkan anaknya di tempat umum? Apa dia pikir anaknya akan bebas dari kesedihan dan penderitaan? Tapi bukannya anaknya masih membutuhkan syukur dan doa dari orang lain? Aku pikir ini yang bikin kontroversi, tapi aku rasa ini yang jadi soal, siapa yang benar-salah?
 
ini kalau kita lihat dari sudut pandang seorang ibu santri yang kehilangan anaknya, pasti rasanya sangat sedih dan pahit. tapi apa yang terjadi disini adalah ibu tersebut bersyukur karena anaknya telah meninggal dalam halal, bukan karena alasan lain. padahal banyak orang berpendapat bahwa ini sangat tragis dan tidak bisa diterima. tapi aku rasa kita harus mencoba memahami apa yang membuat ibu santri tersebut merasa bahagia, apakah dia percaya bahwa anaknya telah menuju alam keluarga syahada? mungkin kita harus lebih terbuka dan mencari penjelasan dari sumber yang lain juga.
 
ini suka banget kalau orang-orang bisa memiliki perspektif yang berbeda... tapi aku masih bingung sih apa yang harus dibela di sini. kalau dia rasa anaknya sudah bebas dari kesedihan, tapi bagaimana kalau anaknya ada yang masih kehilangan dan sedih? aku rasa ibu santri tersebut memang memiliki kepercayaan yang kuat, tapi mungkin juga perlu dipertimbangkan tentang pengalaman hidup orang lain...
 
Aku rasa keputusan ibu santri itu jujur banget, tapi mungkin juga sedikit bingung nih... Aku masih bisa memahami kegusaran ibunya tapi apa yang aku ragukan adalah penguburan anaknya di tempat umum. Aku pikir itu mungkin tidak tepat karena banyak orang yang kesal dan tak percaya dengan keputusan tersebut. Di Jakarta, kita tinggal di kota yang sibuk dan padat, banyak orang yang suka ngosongan dan tidak peduli akan nasib orang lain. Mungkin itu yang membuat ibu santri lebih percaya diri untuk memilih tempat umum sebagai penguburan anaknya.
 
Makasih ya sih, aku masih bingung banget apa yang terjadi di masjid itu 😕. Ibu santri itu memang harus dibayangkan, tapi aku pikir dia salah paham ya. Meninggalkan anaknya itu bukanlah hal yang menyenangkan, tapi juga bukanlah hasil dari salat Jumat. Aku masih ingat saat-saat aktivis di masa lalu, kita semua sedih dan marah ketika melihat kenyataan yang tidak adil ini 🤕. Kini, aku lihat banyak orang terlalu mudah menyerah ke kehidupan baratonya, tanpa lagi memikirkan tentang makna hidup. Aku masih berharap masih ada orang-orang seperti ibu santri itu yang bisa memikirkan kembali apa yang sebenarnya ingin dicapai 💔.
 
ini terlalu berat banget... aku pikir dia nggak bisa seperti itu, tapi sayangnya kadang orang kayaknya punya pandangan yang sangat berbeda dengan masyarakat. aku ingat kalau ada kontroversi tentang isu ini di YouTube, beberapa komentarnya ternyata dari orang yang juga pernah mengalami kehilangan keluarga. tapi sepertinya ibu santri ini sudah terlalu deep dalam imannya, dan aku sih nggak bisa memahaminya... mungkin aku telesa, tapi rasanya masih banyak hal yang tidak jelas tentang keyakinan ini.
 
Aku pikir ini bukan tentang agama, tapi tentang mentalitas masyarakat kita. Ibu santri itu nggak masuk akal, kan? Dia bilang anaknya bebas dari kesedihan di dunia ini? Aku rasa dia nggak menyadari bahwa anaknya padahal masih berada di samping kita, yang perlu dia bantu dan didukung. Proses penguburan tubuh itu penting, bukan hanya sekedar membuang tubuh. Dan memilih tempat umum? Aku rasa ini cuma menunjukkan bahwa ibu santri itu nggak punya ide tentang bagaimana anaknya bisa dihargai dan didukung oleh masyarakat. Mungkin kita perlu membicarakan tentang mentalitas ini dengan lebih mendalam, tapi aku tidak ingin membuat kesimpulan yang terlalu cepat.
 
Kasus ibu santri itu memang membuat saya penasaran. Saya rasa ada sesuatu yang salah dengan cara pandangnya tentang kehidupan anak itu. Jika dia benar-benar percaya bahwa anaknya telah menuju alam keluarga syahada, maka dia tidak perlu lagi mengalami kesedihan di dunia ini... tapi apa yang terjadi kalau dia salah? Kalau anaknya sebenarnya masih hidup dan hanya jatuh sakit atau terkena kecelakaan? Mungkin dia tidak bisa membayangkan hal seperti itu, tapi itu bagus sekali jika orang dewasa bisa melihat dari perspektif anak. Saya ingin melihat pendidikan yang lebih baik di masjid-masjid tersebut, agar anak-anak belajar tentang kesedihan dan penderitaan dalam kehidupan sebenarnya. 🤔
 
Aku pikir apa yang dialami ibu santri itu memang membuat kita sedih banget. Ia menyatakan bahwa anaknya sudah bebas dari kesedihan di dunia ini, tapi aku rasa itu juga salah paham tentang kehidupan dan kematian. Kematian bukan hanya tentang tidak lagi merasakan kesedihan, tapi juga tentang meninggalkan keluarga dan teman-teman yang masih hidup. Ibu santri itu memilih untuk meletakkan anaknya di tempat umum, aku rasa itu tidak adil padanya. Anaknya memiliki kepentingan keluarga sendiri yang tetap ingin melihat tubuhnya untuk bisa berkomunikasi dengannya.
 
Keesokan harinya, saya lihat berita yang sama tentang masjid di Jakarta itu... Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan keluarga itu nanti... Yang terasa pahit adalah bayi-bayi yang masih kecil dan tidak punya kesempatan untuk merasakan dunia ini... Kita harus jujur, apa yang dibangun dengan salat Jumat itu tidak akan secepat bayi yang baru lahir bisa tumbuh kembali... 🤕🌪️
 
🙅‍♂️ gak pernah biasa lihat hal seperti ini, kenapa dia mau menolak proses penguburan anaknya? tapi jadinya dia percaya anaknya sudah bebas dari kesedihan di dunia ini... itu bikin kaget ya 🤯. mungkin ada yang salah dengan cara piang dia dan perasaannya tentang kehidupan setelah kematian, tapi saya tidak bisa mengerti apa yang dia rasakan. yang jelas, dia already make up mind-nya, so kita harus respect keputusannya 🙏. tapi aku masih ragu... 😐
 
Pikiran saya tentang kasus ini sangat menarik, tapi juga sedikit bingung. Saya rasa ada sesuatu yang salah dalam cara ibu santri itu menerapkan agama di tempatnya. Ibu santri itu bilang bahwa anaknya sudah menuju alam keluarga syahada, tapi apa artinya itu? Apakah itu berarti anaknya tidak lagi memiliki kesadaran atau emosi di dunia ini? Saya rasa keputusan ibu santri itu bisa ditinjau dari perspektif hukum dan kesehatan mental.
 
kejadian ini pasti bikin kita bingung... aku rasa ibu santri itu memang percaya dengan ajaran yang dia teladani, tapi juga harus diakui bahwa keputusannya itu sangat berbeda dari apa yang biasanya kita lakukan. sih, aku pikir kejadian ini juga bisa dibaca dari perspektif yang lebih positif, yaitu anaknya telah meraih syahada dan bebas dari kesedihan... tapi juga harus diingat bahwa ada banyak orang lain yang mungkin merasa sedih dan tidak mengerti keputusan itu 🤔.
 
😊🙏 kayaknya kejadian ini benar-benar membuat kita penasaran. aku rasa orang tua yang sering melihat anak mereka sudah wajah kembali, itu pasti bisa membuat mereka merasa bahagia banget 🤗. tapi sih, aku juga tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kalau anak kita sudah jadi... itu juga pasti sangat tragis 😢. aku rasa apa yang dibutuhkan disini adalah dukungan dan paham dari masyarakat, agar orang tua yang mengalami hal ini bisa merasa lebih aman dan tidak sendirian 🤝. tapi kalau ada satu hal yang jelas, itu adalah kebaikan hati ibu santri ini untuk memilih tempat umum buat meletakkan anaknya, itu benar-benar sesuai dengan imannya 💯.
 
Eh gak paham apa yang dilakukan ibu itu 🤔. Saya rasa dia juga pernah melalui kesedihan dan penderitaan, tapi malah memilih untuk menolak melakukan hal yang bisa membuatnya sedikit ringan dalam menghadapi kehilangan anaknya. Aku paham kalau setiap orang memiliki cara sendiri untuk mengatasi kehilangan, tapi ini salah satu yang paling kontroversial banget 🤯. Saya rasa kita perlu memahami apa yang dia rasakan dan bagaimana dia bisa memilih untuk melakukannya seperti itu 💡.
 
ini tapi terlalu berat untuk dipikirkan sih... ibu santri itu nyangka sangat peduli soal kematian anaknya... syukur kan, bahagia banget... tapi kemudian lagi soal penguburan tubuh anaknya... aku rasa dia tidak memikirkan tentang keluarga atau teman2 yang pasti sedih banget... tapi dia percaya bahwa anaknya udah bebas dari kesedihan di dunia ini... ini kayak nggak ada logika sih...
 
kembali
Top