IHSG BEI MENGUAT SEKARANG, TAPI APA KAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA KUARTAL III-2025 BENAR-BENAR SOLID?
Kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dan pertumbuhannya yang kuat membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI menguat seiring dengan perekonomian dalam negeri. Pada Kamis, IHSG dibuka dengan bangga, melebar 8,05 poin atau 0,10 persen ke posisi 8.326,58. Namun, pertanyaannya apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 yang mencapai 5,04 persen tahun-tahun (yoy) dan 1,43 persen per quartal (qtq) benar-benar solid?
Kondisi ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga meningkat 4,89 persen terutama dari sektor makanan-minuman, akomodasi, serta transaksi digital dan belanja daring dengan nilai transaksi online mencapai Rp200 triliun. Sementara itu, pertumbuhan investasi pada kuartal III-2025 juga meningkat 5,04 persen (yoy) dengan kontribusi besar dari sektor bangunan, mesin, dan transportasi yang menyumbang 29,09 persen terhadap PDB.
Namun, data positif ini tidak membuat investor merasa aman. Mereka masih khawatir tentang kebijakan suku bunga The Fed di Amerika Serikat (AS) karena laporan ADP payroll dan ISM jasa yang lebih baik dari perkiraan menandakan ekonomi AS tetap kuat, namun ada tanda-tanda pelemahan di sektor tenaga kerja kecil dan manufaktur.
Data ini membuat pasar saham global terpanggang dengan menguatnya IHSG BEI. Bursa saham Eropa di Kamis juga menutup kompak menguat, sementara bursa saham AS di Wall Street juga ditutup kompak menguat pada perdagangan Rabu (05/10) dengan Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,48 persen.
Padahal, ada hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana indeks MSCI mempengaruhi IHSG BEI. Dengan demikian, investor harus hati-hati dalam melakukan analisis dan strategi investasi karena kondisi ekonomi Indonesia dapat berubah dalam waktu singkat.
Kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dan pertumbuhannya yang kuat membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI menguat seiring dengan perekonomian dalam negeri. Pada Kamis, IHSG dibuka dengan bangga, melebar 8,05 poin atau 0,10 persen ke posisi 8.326,58. Namun, pertanyaannya apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 yang mencapai 5,04 persen tahun-tahun (yoy) dan 1,43 persen per quartal (qtq) benar-benar solid?
Kondisi ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga meningkat 4,89 persen terutama dari sektor makanan-minuman, akomodasi, serta transaksi digital dan belanja daring dengan nilai transaksi online mencapai Rp200 triliun. Sementara itu, pertumbuhan investasi pada kuartal III-2025 juga meningkat 5,04 persen (yoy) dengan kontribusi besar dari sektor bangunan, mesin, dan transportasi yang menyumbang 29,09 persen terhadap PDB.
Namun, data positif ini tidak membuat investor merasa aman. Mereka masih khawatir tentang kebijakan suku bunga The Fed di Amerika Serikat (AS) karena laporan ADP payroll dan ISM jasa yang lebih baik dari perkiraan menandakan ekonomi AS tetap kuat, namun ada tanda-tanda pelemahan di sektor tenaga kerja kecil dan manufaktur.
Data ini membuat pasar saham global terpanggang dengan menguatnya IHSG BEI. Bursa saham Eropa di Kamis juga menutup kompak menguat, sementara bursa saham AS di Wall Street juga ditutup kompak menguat pada perdagangan Rabu (05/10) dengan Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,48 persen.
Padahal, ada hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana indeks MSCI mempengaruhi IHSG BEI. Dengan demikian, investor harus hati-hati dalam melakukan analisis dan strategi investasi karena kondisi ekonomi Indonesia dapat berubah dalam waktu singkat.