Keterlibatan Kecerdasan Buatan dalam Krisis Eksistensi Media
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah membawa risiko disrupsi bagi industri media. Menurut Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia, Wahyu Dhyatmika, lebih dari 30 persen kunjungan ke situs media adalah crawler bot AI yang mengambil konten media untuk membuat konten tanpa memberi hak cipta atau ganti rugi kepada penerbit. Ini menyebabkan krisis eksistensi media karena media harus membayar biaya redaksi dan server sementara bot AI tidak melakukannya.
Namun, perkembangan kecerdasan buatan juga membuka peluang bisnis dan inovasi baru bagi industri media. Menurut Wahyu, ada beberapa temuan penting dari hasil riset Asosiasi Media Siber Indonesia bersama Monash University mengenai lanskap media digital di Indonesia. Salah satunya, sekitar 75 persen inovasi konten informasi ada di sektor hilir. Sementara di sektor hulu, seperti inovasi di produk seperti teknik storytelling, format berita, jurnalisme data, dan lainnya masih rendah.
Ancaman atas keberlanjutan bisnis media saat ini tidak hanya datang dari AI. Pendapatan iklan yang menurun akibat kunjungan ke website yang rendah juga dibarengi dengan peluang sumber iklan lain yang menurun. Apalagi, survei Asosiasi Media Siber Indonesia menemukan saat ini 80 persen pendapatan media berasal dari pemerintah. Saat belanja iklan pemerintah berkurang, pendapatan media juga semakin berkurang.
Kondisi ini bisa menjadi kiamat bagi industri media. Berita terancam tidak punya nilai ekonomis lagi dan eksistensi wartawan bisa tidak diperlukan lagi. Solusinya meletakkan karya jurnalistik sebagai karya yang dilindungi Undang-Undang, kata Dahlan Dahi, Ketua Komisi Digital dan Sustainability Dewan Pers.
Selain itu, ada juga permasalahan lain terkait perlindungan dan penghargaan atas karya jurnalistik. Banyak kreator konten yang memanfaatkan berita dari media secara gratis untuk membuat konten yang bisa dimonetisasi. Ini belum diregulasi padahuninya sehingga penerbit harus mencari cara baru untuk mendapatkan pendapatan dari lisensi konten beritanya.
Amasiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menyelenggarakan ajang tahunan Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan, pada 22-23 Oktober 2025. Tahun ini, IDC mengangkat tema "Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital", yang menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi gelombang transformasi digital berbasis kecerdasan buatan (AI).
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah membawa risiko disrupsi bagi industri media. Menurut Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia, Wahyu Dhyatmika, lebih dari 30 persen kunjungan ke situs media adalah crawler bot AI yang mengambil konten media untuk membuat konten tanpa memberi hak cipta atau ganti rugi kepada penerbit. Ini menyebabkan krisis eksistensi media karena media harus membayar biaya redaksi dan server sementara bot AI tidak melakukannya.
Namun, perkembangan kecerdasan buatan juga membuka peluang bisnis dan inovasi baru bagi industri media. Menurut Wahyu, ada beberapa temuan penting dari hasil riset Asosiasi Media Siber Indonesia bersama Monash University mengenai lanskap media digital di Indonesia. Salah satunya, sekitar 75 persen inovasi konten informasi ada di sektor hilir. Sementara di sektor hulu, seperti inovasi di produk seperti teknik storytelling, format berita, jurnalisme data, dan lainnya masih rendah.
Ancaman atas keberlanjutan bisnis media saat ini tidak hanya datang dari AI. Pendapatan iklan yang menurun akibat kunjungan ke website yang rendah juga dibarengi dengan peluang sumber iklan lain yang menurun. Apalagi, survei Asosiasi Media Siber Indonesia menemukan saat ini 80 persen pendapatan media berasal dari pemerintah. Saat belanja iklan pemerintah berkurang, pendapatan media juga semakin berkurang.
Kondisi ini bisa menjadi kiamat bagi industri media. Berita terancam tidak punya nilai ekonomis lagi dan eksistensi wartawan bisa tidak diperlukan lagi. Solusinya meletakkan karya jurnalistik sebagai karya yang dilindungi Undang-Undang, kata Dahlan Dahi, Ketua Komisi Digital dan Sustainability Dewan Pers.
Selain itu, ada juga permasalahan lain terkait perlindungan dan penghargaan atas karya jurnalistik. Banyak kreator konten yang memanfaatkan berita dari media secara gratis untuk membuat konten yang bisa dimonetisasi. Ini belum diregulasi padahuninya sehingga penerbit harus mencari cara baru untuk mendapatkan pendapatan dari lisensi konten beritanya.
Amasiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menyelenggarakan ajang tahunan Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan, pada 22-23 Oktober 2025. Tahun ini, IDC mengangkat tema "Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital", yang menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi gelombang transformasi digital berbasis kecerdasan buatan (AI).