Kehilangan Cerdas: Apa yang Dilakukan Sandiaga Uno?
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno kembali mengeonggong kekhawatiran soal beban utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Ia sering berbicara tentang dampaknya terhadap APBN, keterlibatan China dalam menanggung risiko finansial, dan keberlanjutan proyek tersebut.
Diketahui beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa menolak agar APBN ikut menanggung beban utang proyek kereta cepat yang dinamai Whoosh ini. Menurutnya, seharusnya tanggung jawab keuangan proyek ini bisa dikelola secara mandiri oleh Danantara sebagai holding BUMN yang sudah memiliki kemampuan finansial sendiri.
Sandiaga sendiri mengaku mengenal dekat sosok Purbaya. Ia sering menyebut nama Purbaya sebagai "Sahabat saya Pak Purbaya". Dalam sebuah postingan di media sosial, Sandiaga Uno berbicara tentang kekhawatiran bom waktu utang kereta cepat dan meminta agar ada solusi untuk mengatasi kesulitan ini.
Sandiaga menekankan bahwa keberlangsungan proyek infrastruktur semacam KCIC harus sejalan dengan amanat konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945. Ia menyebut APBN harus digunakan untuk kepentingan rakyat luas, terutama dalam bidang strategis seperti pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan pembangunan infrastruktur jangka panjang.
Sandiaga juga menyinggung pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan kebijakan ekonomi, terutama yang melibatkan utang besar seperti proyek KCJB. Ia meminta agar pemerintah melakukan negosiasi bunga pinjaman agar tidak memberatkan di masa depan.
Selain itu, Sandiaga menyoroti pentingnya efek ekonomi yang dapat dirasakan masyarakat di sepanjang jalur KCIC, terutama pada wilayah seperti Halim, Padalarang, dan Tegalluar. Ia berharap agar proyek ini tidak hanya menaikkan harga properti, namun benar-benar menjadi solusi bagi masyarakat yang beraktivitas antara Jakarta dan Bandung.
Terakhir, Sandiaga menegaskan bahwa pihak China sebagai mitra pembangunan KCIC juga harus ikut bertanggung jawab atas pembengkakan biaya (cost overrun) yang terjadi. Ia meminta agar proyek ini tidak hanya menyangkut hitung-hitungan bisnis, tapi juga menyangkut reputasi kedua negara.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno kembali mengeonggong kekhawatiran soal beban utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Ia sering berbicara tentang dampaknya terhadap APBN, keterlibatan China dalam menanggung risiko finansial, dan keberlanjutan proyek tersebut.
Diketahui beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa menolak agar APBN ikut menanggung beban utang proyek kereta cepat yang dinamai Whoosh ini. Menurutnya, seharusnya tanggung jawab keuangan proyek ini bisa dikelola secara mandiri oleh Danantara sebagai holding BUMN yang sudah memiliki kemampuan finansial sendiri.
Sandiaga sendiri mengaku mengenal dekat sosok Purbaya. Ia sering menyebut nama Purbaya sebagai "Sahabat saya Pak Purbaya". Dalam sebuah postingan di media sosial, Sandiaga Uno berbicara tentang kekhawatiran bom waktu utang kereta cepat dan meminta agar ada solusi untuk mengatasi kesulitan ini.
Sandiaga menekankan bahwa keberlangsungan proyek infrastruktur semacam KCIC harus sejalan dengan amanat konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945. Ia menyebut APBN harus digunakan untuk kepentingan rakyat luas, terutama dalam bidang strategis seperti pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan pembangunan infrastruktur jangka panjang.
Sandiaga juga menyinggung pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan kebijakan ekonomi, terutama yang melibatkan utang besar seperti proyek KCJB. Ia meminta agar pemerintah melakukan negosiasi bunga pinjaman agar tidak memberatkan di masa depan.
Selain itu, Sandiaga menyoroti pentingnya efek ekonomi yang dapat dirasakan masyarakat di sepanjang jalur KCIC, terutama pada wilayah seperti Halim, Padalarang, dan Tegalluar. Ia berharap agar proyek ini tidak hanya menaikkan harga properti, namun benar-benar menjadi solusi bagi masyarakat yang beraktivitas antara Jakarta dan Bandung.
Terakhir, Sandiaga menegaskan bahwa pihak China sebagai mitra pembangunan KCIC juga harus ikut bertanggung jawab atas pembengkakan biaya (cost overrun) yang terjadi. Ia meminta agar proyek ini tidak hanya menyangkut hitung-hitungan bisnis, tapi juga menyangkut reputasi kedua negara.