Teguhnya nilai-nilai Kristen yang dianut oleh komunitas sekolah, Lilliput Church of England Infant School di Inggris, telah memicu keputusan untuk melarang anak-anak menyanyikan lagu K-Pop Demon Hunters di lingkungan sekolah. Alasannya? Kata "demon" atau "iblis" yang ada dalam lirik-lirik film itu, dinilai tidak sesuai dengan ajaran agama mereka.
Keputusan ini telah menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa orang tua yang juga memelajari agama Kristen. Mereka khawatir bahwa kata-kata tersebut dapat menyebabkan anak-anak mereka merasa tidak nyaman atau bahkan terinspirasi untuk mempelajari lebih lanjut tentang ajaran tersebut.
Tentu saja, keputusan ini telah menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Apakah kata "demon" benar-benar harus dihindari dalam konteks fiksi seperti K-Pop Demon Hunters? Atau apakah keputusan sekolah yang berada di Inggris benar-benar sesuai dengan nilai-nilai mereka?
Ternyata, keputusan ini tidak hanya tentang ketidaknyamanan saja, tetapi juga tentang pengawasan terhadap konten yang dikonsumsi oleh anak-anak. Sekolah tersebut ingin memastikan bahwa anak-anak mereka tidak terpengaruh oleh lirik-lirik yang mungkin dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama mereka.
Kekhasan keputusan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sekolah dapat melindungi anak-anak dari konten yang tidak sesuai, tanpa harus menghambat kreativitas dan ekspresi anak-anak.
Keputusan ini telah menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa orang tua yang juga memelajari agama Kristen. Mereka khawatir bahwa kata-kata tersebut dapat menyebabkan anak-anak mereka merasa tidak nyaman atau bahkan terinspirasi untuk mempelajari lebih lanjut tentang ajaran tersebut.
Tentu saja, keputusan ini telah menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Apakah kata "demon" benar-benar harus dihindari dalam konteks fiksi seperti K-Pop Demon Hunters? Atau apakah keputusan sekolah yang berada di Inggris benar-benar sesuai dengan nilai-nilai mereka?
Ternyata, keputusan ini tidak hanya tentang ketidaknyamanan saja, tetapi juga tentang pengawasan terhadap konten yang dikonsumsi oleh anak-anak. Sekolah tersebut ingin memastikan bahwa anak-anak mereka tidak terpengaruh oleh lirik-lirik yang mungkin dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama mereka.
Kekhasan keputusan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sekolah dapat melindungi anak-anak dari konten yang tidak sesuai, tanpa harus menghambat kreativitas dan ekspresi anak-anak.