Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh manusia bisa menimbulkan berbagai bahaya, salah satunya adalah pada kesehatan paru-paru. Partikel plastik berukuran sangat kecil ini bisa terdeteksi di jaringan paru manusia dan bisa menyebabkan peradangan kronis hingga masalah pernapasan serius.
Penelitian luar negeri telah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat ditemukan dalam dahak dan jaringan paru-paru. Karena ukurannya yang sangat kecil, partikel plastik ini bisa menembus hingga ke bagian terdalam sistem pernapasan. Jika sampai masuk ke paru-paru, mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi pelindung epitel, dan peradangan.
Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih waspada, terutama di musim hujan, ketika risiko terpapar mikroplastik dari udara meningkat. BMKG telah memperingatkan bahwa intensitas hujan yang akan meningkat dalam waktu dekat, sehingga potensi paparan mikroplastik dari udara dan air hujan juga bisa lebih tinggi.
Selain itu, pentingnya riset lebih lanjut mengenai hubungan antara pencemaran mikroplastik dan penyakit paru seperti asma, PPOK, fibrosis paru, dan emfisema perlu diselesaikan. Penelitian juga perlu menelusuri mekanisme bagaimana tubuh manusia memproses dan mengeluarkan partikel-partikel tersebut.
Peneliti BRIN telah menemukan mikroplastik pada seluruh sampel air hujan yang diteliti di Jakarta. Sumber mikroplastik ini berasal dari berbagai hal seperti serat pakaian sintetis, debu kendaraan, sisa pembakaran plastik, dan degradasi plastik di ruang terbuka.
Fenomena ini menunjukkan bahwa siklus plastik telah mencapai atmosfer, dan mikroplastik yang beterbangan di udara bisa turun kembali ke permukaan bumi bersama air hujan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan.
Setiap orang bisa berkontribusi dengan cara sederhana, seperti menghindari pakaian berbahan sintetis dan mengurangi barang dengan lapisan plastik. Dengan kesadaran dan tindakan kolektif, ancaman mikroplastik terhadap kesehatan dan lingkungan dapat ditekan sebelum dampaknya semakin meluas.
Penelitian luar negeri telah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat ditemukan dalam dahak dan jaringan paru-paru. Karena ukurannya yang sangat kecil, partikel plastik ini bisa menembus hingga ke bagian terdalam sistem pernapasan. Jika sampai masuk ke paru-paru, mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi pelindung epitel, dan peradangan.
Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih waspada, terutama di musim hujan, ketika risiko terpapar mikroplastik dari udara meningkat. BMKG telah memperingatkan bahwa intensitas hujan yang akan meningkat dalam waktu dekat, sehingga potensi paparan mikroplastik dari udara dan air hujan juga bisa lebih tinggi.
Selain itu, pentingnya riset lebih lanjut mengenai hubungan antara pencemaran mikroplastik dan penyakit paru seperti asma, PPOK, fibrosis paru, dan emfisema perlu diselesaikan. Penelitian juga perlu menelusuri mekanisme bagaimana tubuh manusia memproses dan mengeluarkan partikel-partikel tersebut.
Peneliti BRIN telah menemukan mikroplastik pada seluruh sampel air hujan yang diteliti di Jakarta. Sumber mikroplastik ini berasal dari berbagai hal seperti serat pakaian sintetis, debu kendaraan, sisa pembakaran plastik, dan degradasi plastik di ruang terbuka.
Fenomena ini menunjukkan bahwa siklus plastik telah mencapai atmosfer, dan mikroplastik yang beterbangan di udara bisa turun kembali ke permukaan bumi bersama air hujan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan.
Setiap orang bisa berkontribusi dengan cara sederhana, seperti menghindari pakaian berbahan sintetis dan mengurangi barang dengan lapisan plastik. Dengan kesadaran dan tindakan kolektif, ancaman mikroplastik terhadap kesehatan dan lingkungan dapat ditekan sebelum dampaknya semakin meluas.